Empat - FIRST CALL
Sumpah part awal ini nyeritain hubungan kakak adik bikin gue kangen sama kakak gue. miss U brother :*
***
"Maaf tadi kakak gak bisa jemput." ujar Kak Arbani yang sedang menonton berita sore di televisi.
Fay menghempaskan tubuhnya di samping kakak laki-lakinya. Menatap kakaknya sebentar kemudian mengalihkan pandangannya ke layar televisi. "Gak papa."
"Pulang naik apa barusan?" tanya Kak Arbani acuh tak acuh.
"Bis." ucap Fay sambil lalu.
"Bis?" tanya Kak Arbani membelalak tak percaya. "Kamu gak bercanda 'kan?" tanyanya lagi memastikan.
"Emangnya aku pernah bohong sama kakak."
"Ah, kenapa kakak jadi ngerasa bersalah gini yah?" gumam Kak Arbani. "Tadi kamu gak diapa-apain 'kan di bis sana? Gak ada yang macem-macemin kamu di dalam bis tadi 'kan? Kalau mama tau gue bakalan di gantung tau gak."
Fay tertawa kecil mendengarnya. Ia senang mendengar Kak Arbani mengkhawatirkannya. Membuat ia merasa bahwa Kak Arbani benar-benar kakak laki-lakinya. Yah, saat akur seperti ini membuatnya merasa mempunyai kakak laki-laki.
"Kenapa senyum-senyum?" tanya Kak Arbani keheranan.
"Gak." Fay menggeleng. Namun senyumnya masih bertahan. Senang sekali rasanya mendengar kakaknya yang hanya beda empat tahun darinya itu mengkhawatirkannya.
Fay mengambil remote dari atas meja. "Ah ya ampun, masha and the bear udah maen." teriak Fay sambil memindahkan ke chanel lain.
Kak Arbani mengumpatinya. "Lo yah. Sehari aja gak bisa buat masalah apa!" aku-kamu yang sebelumnya digunakan berubah menjadi gue-elo seketika setelah Fay memindahkan chanel.
"Kenapa sih. Lo itu udah nonton dari tadi pagi bahkan sebelum matahari muncul lo udah ada di depan TV. Jadi sekarang giliran gue." Fay menyembunyikan remot televisi di tangannya ke samping tubuhnya. Menjauhkannya dari jangkauan Kak Arbani.
"Lo 'kan baru pulang. Lo harusnya langsung masuk kamar bobo cantik bukannya ganggu kakak lo."
"Gue gak ngantuk. Kenapa gue harus tidur?" ucap Fay sewot.
"Siniin remotenya!" Kak Arbani mencoba mengambil remote dari tangan Fay yang Fay lindungi mati-matian.
"Gak!"
"Siniin kenapa!"
"Gak mau! Gue lagi nonton!"
"Sebelumnya juga gue lagi nonton!"
"Iya gue tahu! Tapi sekarang giliran gue!"
"Gak ada. Emangnya ada aturannya kayak gitu." Kak Arbani sekarang beralih merangkul leher Fay menahannya dan menguncinnya. Membuat Fay kewalahan sendiri.
"Gak ada aturannya lo harus nonton TV kalai gue lagi nonton."
Fay mencoba untuk meloloskan diri dari siksaan kakaknya. Akan tetapi, ia tidak berhasil. "Mama!!!" teriak Fay. "Kakak mau bunuh aku ma!! Tolong ma!!"
"Dasar tukang ngadu." umpat Kak Arbani. "Oke, gue ikut cara lo. Gue bakalan bilang kalau lo punya pacar."
"Yah kok lo gitu sih."
"Gue bakalan bilang kalau lo pacaran. Dan kita bisa lihat gimana reaksi mama tahu anak bungsunya yang masih SMA udah punya pacar." ancam Kak Arbani.
"Urus aja hidup lo. Kenapa sampai sekarang lo masih belum kuliah, ha!" Fay membalasnya dengan cara meledek kakaknya yang sampai sekarang belum kuliah padahal tiga tahun semenjak kakaknya itu lulus dari SMA yang sama dengannya. Namun sampai sekarang kakaknya masih menganggur saja di rumah. Tidak kuliah tidak kerja.
"Papa bakalan murka banget tahu lo pacaran." ancam Kak Arbani lagi. Kali ini dia menyebut sosok yang disegani di keluarganya.
Fay mendengus kesal. "Oke gue nyerah. Gue gak bakalan biarin lo bilang sama papa." Fay menyerahkan remote televisi pada Kak Arbani.
"Nah, gitu kek dari tadi."
Fay menatap sebal kakak laki-lakinya. Tangannya ia lipat di depan dada. Fay merasa sangat lemah sekali saat Kak Arbani sudah mengancamnya dengan nama papanya. Seumur hidupnya ia tidak pernah menginginkan mendapat marah dari papanya.
"Oh, ngomong-ngomong tentang pacar lo." Kak Arbani membuka mulutnya lagi setelah beberapa detik sebelumnya terjadi keheningan. "Dia gak nganter lo pulang?" tanyanya.
"Gak."
"Kenapa?"
"Dia harus ngaterin sepupunya pulang."
"Sepupunya?"
"Iya."
"Cewek?"
Fay hanya bedeham pelan.
Kak Arbani tertawa mengejek. "Wah... dia bukannya ngaterin lo pacarnya malah nganterin sepupu perempuannya. Lo dianggap pacarnya gak sih. Kok bisa di malah nganterin..."
"Dianggap lah." potong Fay sambil menunjukkan layar ponselnya yang menunjukkan adanya panggilan masuk. Membiarkan Kak Arbani melihat nama 'Kairo Ikhwan' dilayar ponselnya. "Sekarang dia nelpon gue."
Kak Arbani mengangkat kedua bahunya.
"Hallo." ucap Fay setelah menggeser tombol hijau.
"Hallo."
"Wahh lo nelpon gue lebih cepet. Gue pikir lo bakalan nelpon gue nanti malem." Fay mengambil tasnya yang berada sofa dan berjalan menuju kamarnya. Setelah sampai di dalam kamarnya ia langsung menutup pintunya rapat-rapat lalu menghempaskan tubuhnya kea tar ranjangnya.
"Gue ngerasa gak enak sama lo tadi." ucap Kai dari ujung sana.
"Gapapa kok. Santai aja." Fay tersenyum-senyum sendiri. "Lo tahu? Lo cowok pertama yang nelpon gue. Jujur gue agak bingung mau ngomong apa sekarang."
***
"Siapa?" tanya Aruna. Menanyakan siapa yang sedang Kai telpon saat ini.
"Siapa lagi." sewot Kai. "Kepo banget sih."
"Fay?" tanya Aruna.
Kai mengangguk. Kemudian Aruna mengisyaratkan padanya untuk pergi ke halaman belakang. Sebelum Aruna mempersilahkannya, Kai sudah lebih dulu berjalan ke halaman belakang.
"Iya emang harusnya gitu Kai. Lo lupa punya sepupu cantik tapi malah sibuk sama pacar lo." sindir Aruna sengaja mengeraskan suaranya supaya Kai mendengarnya.
"Sehebat apa sih si Fay itu." dengus Aruna kesal. Tak lama ponselnya yang berada di atas meja berdering. Menunjukkan nomor yang tak dikenali.
"Siapa?" tanya Aruna to the point. Sedikit membentak yang menelponnya akibat dari rasa kesalnya pada Kai barusan.
"Aku." ternyata seorang pria.
"Aku? Kamu siapa yah?" tanya Aruna dengan kening berkerut sangat waspada.
"Ini aku, Kara."
Aruna menggigit bibir bawahnya. "Kara? Kapten tim basket sekolah?" tanyanya agak ragu.
"Iya, Kara yang itu." jawab pria dari ujung sana yang ternyata memang benar Kara yang itu. Kara kapten tim basket keren yang disukai banyak gadis di sekolahnya. Tapi, mau apa Kara menelponnya. Aruna melirik sebentar layar ponselnya. Bahkan ia tidak mengetahui nomor ini.
Ini pertama kalinya Kara menghubunginya. "Mau apa?"
"Nanti malem lo ada acara?" tanya Kara. Membuat alis Aruna bertautan lagi.
"Gak." jawab Aruna sedikit lambat. "Emang ada apa?"
"Nanti malem nonton bareng gue yu!"
***
Hmmm... No coment.
Flower flo
23/8/18
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top