4

Selama 2 minggu berikutnya, Eugene terus mengajari Adelaide.  Dan Adelaide memberikan kemajuan yang baik serta memuaskan. Namun semua pelajaran itu harus di hentikan ketika tiba saatnya bagi Eugene dan Adelaide pergi ke Irlandia.

Eugene mengenakan gaun berwarna peach dengan jubah coklat bertudung yang menutupi kepalanya. Sementara Adelaide memakai gaun abu dan Eugene memerintahnya agar mengenakan jubah juga agar tidak kedinginan saat berlayar.

Ketika sudah siap, mereka keluar dan menuruni tangga di mana kereta kuda sudah menanti. Eugene berpamitan dengan sang raja dan ratu. Adelaide berdiri di samping kereta dan melihat Frank yang berjaga. Ia bertanya dalam hati bagaimana pria itu bisa tenang. Sebentar lagi wanita yang dicintainya akan pergi dari Skotlandia dan menikah dengan pangeran Irlandia. Frank Membantu Eugene naik ke dalam kereta kuda dan lalu ia membantu Adelaide.

Empat prajurit berkuda mengelilingi kereta kuda di mana dua orang gadis duduk dengan perasaan berdebar dan gugup. Ke empat prajurit itu siap melindungi dan menjaga sang putri. Ketika roda kereta berjalan, Eugene menggenggam erat tangan Adelaide. Dan mereka pun mulai berjalan menjauhi istana. Berjalan keluar melewati jalanan hingga masuk ke dalam hutan. Suasana begitu sunyi hingga Adelaide merasa makin gugup. Hanya ada suara derak kereta serta suara derap kaki kuda ke empat prajurit.

"Kita sudah memasuki wilayah pemberontak,"gumam Eugene dengan gugup memegang tangan Adelaide.

"Siapa sebenarnya mereka? Aku tak pernah melihat mereka."

"Mereka adalah sekelompok orang yang tak ingin Skotlandia dan Irlandia bersatu. Maka mereka akan melakukan apapun agar hal itu tidak terjadi, termasuk membunuhku..."

"Oh...sangat mengerikan...."

"Ke empat prajurit akan menjaga kita. Setelah tiba di pantai, pasukan Irlandia akan mengawal kapal hingga tiba di Irlandia. Dan menjelang sore seharusnya kita sudah tiba di istana raja William. Kau mengerti?"

"Ya, my lady..."

----

Selama dua jam perjalanan penuh kesunyian dan waspada. Eugene dan Adelaide tak banyak bicara. Keduanya hanya duduk diam seraya berharap agar mereka cepat tiba di pantai. Suasana hutan saat itu begitu sunyi sepi. Begitu mencekam hingga Adelaide merasa seperti tercekik. Hingga ia takut hanya untuk bergerak sedikit saja.

Mendadak kereta berhenti bergerak. Mengagetkan Eugene dan Adelaide. Adelaide mencengkeram gaunnya dengan tegang seraya bertanya dalam hati, ada apakah gerangan?

Eugene menegakkan badan, membuka kerudung jubah dan melongokkan kepala di jendela kereta. "Kenapa kereta berhenti?"

"Maaf, tuan putri, kereta tak bisa maju karena ada batang pohon rubuh yang menghalangi jalan, kami akan segera...."prajurit itu belum menyelesaikan kata-katanya ketika mendadak sebuah anak panah melesat menembus udara dan mendarat di lengannya. Prajurit itu berteriak kesakitan. Tangannya meraih batang anak panah dan mencabutnya.
"Ada penyergapan!!!"teriaknya seraya menarik pedang dari sarung.

Dengan segera para prajurit mengelilingi kereta kuda, melindungi sang putri dengan pedang di tangan mereka.  Eugene segera masuk ke dalam kereta dan bersandar. Badannya gemetar dan wajahnya pucat. Jantung mereka berdebar sangat kencang. Adelaide menahan napas melihat sekelompok orang berlari turun ke arah kereta mereka. Kelompok itu membawa pedang, panah serta tongkat seraya berteriak menyeramkan. Dan terjadilah perang di dalam hutan itu. Suara pedang beradu dengan pedang penyergap. Banyak anak panah terbang melesat hingga salah satunya menancap tembus di kereta kuda. Membuat Adelaide terpekik kaget dan beranjak mundur di kursinya. Jantungnya berpacu sangat cepat. Ia melirik ketakutan pada Eugene. "A..apa yang ha...harus kita lakukan, tuan putri?!"

"Serahkan semua pada prajurit. Mereka akan melindungi kita. Kita pasti akan selamat..."gumam Eugene dengan suara gemetar, mencoba memberanikan diri. Meski sebenarnya ia juga merasa takut dan panik.

Adelaide hanya mengangguk. Mencoba mempercayai perkataan Eugene dengan tak yakin.

Hampir 20 menit berlalu dan perang masih berlanjut. Hutan itu dipenuhi suara senjata, kuda meringkik serta teriakan para prajurit yang bertarung dengan nyawa mereka untuk melindungi sang putri. Eugene melirik keluar lalu ia menoleh pada Adelaide dan memegang tangannya. "Kita harus lari!"

"Kenapa? Bukankah kita lebih baik di sini? Bagaimana jika penyergap itu mengejar kita?!!"

Tiba-tiba pintu kereta terbuka dengan kasar, membuat ke dua gadis dalam kereta terpekik kaget. Terlihat sosok pria yang menatap mereka dengan mata ganas. Keringat dan darah kering menghiasi wajah pria itu. Pria itu menarik tangan Adelaide yang teriak ketakutan. Eugene dengan berani menendang perut pria itu hingga terjatuh. Pegangannya pada Adelaide terlepas dan Eugene menangkapnya dengan gesit. Lalu Eugene menarik tangan Adelaide keluar kereta dan berlari cepat tanpa memperhatikan pertarungan yang terjadi di sekitarnya.

Mereka terus berlari hingga melihat sebuah gua kecil dan bersembunyi  di dalamnya. Ke duanya segera jatuh terduduk seraya mengatur napas.
"Kk...kita selamat, aku...aku tak percaya...aku takut sekali tadi...."gumam Adelaide lalu menoleh pada Eugene. "Terima kasih, tuan putri, anda telah menyelamatkan saya...saya berhutang budi pada anda..."

Eugene membuka kerudung dan menatapnya dengan serius. "Apa kau serius?"

"Ya tentu saja. Anda sudah menyelamatkan saya..."

"Jika demikian, kau harus membantuku, Adelaide..."

"Apapun yang anda minta, tuan putri."

Eugene menarik napas panjang. "Kumohon...bantu aku.... Jadilah diriku, Eugene, putri dari Skotlandia..."

"Apa?!"seru Adelaide kaget.

"Beraktinglah seakan kau adalah diriku, hanya untuk sementara..."

"T..tapi...kenapa?"

"Agar aku bisa menghabiskan waktu bersama Frank, hanya untuk sementara hingga hari pernikahanku. Aku ingin...ingin bersamanya...untuk terakhir kalinya..."

"Tapi bagaimana jika mereka tahu tuan putri bukan aku?!"

"Tidak. Mereka tak akan tahu. Kerajaan Irlandia tak pernah melihat wajahku. Dan kau...wajahmu mirip denganku, Adelaide..."

Adelaide menatap Eugene. "Jadi... Karena itukah kau memilihku? Karena aku mirip denganmu?"

"Ya, aku minta maaf karena melibatkan dirimu. Tapi kau pasti tahu, aku harus menikah dengan orang yang tidak pernah kukenal seumur hidupku. Bakal aku harus berpisah dengan pria yang kucintai..."isak Eugene. "Aku hanya ingin bersama Frank beberapa hari. Dan aku berjanji akan kembali sebelum hari pernikahan itu. Aku berjanji..."

Adelaide menunduk. Ia tak tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Tapi ia tahu bagaimana perasaan orang yang harus menikah dengan orang yang tidak dicintainya. Seperti dirinya yang selalu dikejar Aron. Ia menatap Eugene. "Bagaimana jika kau kembali dan mereka tahu aku hanyalah penyusup? Mereka akan menghukumku."

Eugene mengusap air matanya. "Tidak, aku sudah memikirkannya. Saat aku kembali, aku akan memberimu sejumlah uang agar kau bisa pergi jauh dan memulai hidup baru. Aku akan meminta Frank mengantarmu ke tempat yang aman dan jauh..."

Adelaide terdiam. Selama beberapa saat mereka tak bersuara. Adelaide menarik napas. Tak tahu apa yang akan terjadi.

"Maukah kau membantu aku?"

Adelaide mengangguk dalam diam.

"Oke, kita harus segera bertukar pakaian dan aku akan memberitahu langkah selanjutnya...."

----

"Tuan putri!!!"

Frank menoleh dan melihat bayangan gaun berwarna peach mendekati kereta kuda. Dengan kerudung yang menutupi sebagian wajahnya.

"Ini aku, Eugene. Aku Mencoba mengejar Adelaide tapi ia lari ketakutan dan aku tak bisa menemukan dirinya.."ujarnya seraya mendekati kereta dan masuk ke dalam dengan cepat.

Frank berdiri di luar pintu. Melongokkan kepala ke dalamnya. "Tuan putri, apa yang harus kita lakukan dengan Adelaide?"

"Aku... Frank, ini aku, Adelaide. Aku dan tuan putri telah bertukar..."bisiknya.

"Apa yang ia katakan?"

"Tuan putri ingin bertemu denganmu di tepi desa Ford."

"Terima kasih, Adelaide..."sahut Frank menbungkuk hormat padanya dan beranjak keluar.

"Temukan dia dan bantu aku untuk membawanya ke Irlandia sebelum hari pernikahan!"

"Ya, tuan putri!"sahut Frank membungkuk hormat dan naik ke atas kudanya serta melesat pergi.

"Hendak ke mana ia?"

"Aku menyuruhnya untuk mencari Adelaide, pendampingku."ujar Adelaide berusaha berbicara seperti Eugene. Mencoba menahan kegugupan dalam suara serta gerakan agar tidak di curigai. Prajurit mengangguk mengerti lalu mulai memimpin jalan kembali. Dan Adelaide bersandar seraya menarik napas lega.

----

Setelah beberapa jam, mereka tiba di garis pantai. Di mana beberapa pria Irlandia telah berdiri menunggu di depan kapal besar yang akan membawanya ke Irlandia. Kereta berhenti. Prajurit Skotlandia membantu putri turun dan mengawal hingga naik ke atas perahu.

"Apa yang terjadi? Kenapa kereta penuh dengan anak panah?"tanya seorang pria

"Kami di sergap oleh pemberontak dan berhasil mengatasi mereka."

"Apakah tuan putri baik-baik saja?"tanya pria lainnya.

"Saya baik berkat perlindungan para prajuritku."

Setiap pria Irlandia yang berdiri di hadapan Adelaide membungkuk hormat seraya menyapanya.

"Jika anda sudah siap, kami akan segera berlayar.."

Adelaide merasa jantungnya berpacu dengan cepat. Ia mengangguk. Dan seorang pria membimbing dirinya masuk ke dalam kabin untuk berisitirahat. Adelaide duduk seraya merasakan kapal mulai bergerak. Membawa jauh dari tanah kelahirannya. Ia menarik turun kerudung dan menghirup udara asin laut.
"Apa yang aku lakukan..."gumamnya seraya menarik napas. Menggenggam erat tangannya yang sudah basah karena keringat.

Selama beberapa menit ia hanya duduk diam mendengarkan kegiatan para pelaut yang berada di luar. Mendengarkan suara debur ombak yang menampar tepi kapal. Dan di kejauhan ia bisa melihat bayangan daratan Irlandia. Semakin dekat. Mata Adelaide menatap daratan itu dengan dada sesak. Tangannya gemetaran. Ia berharap semua akan baik saja. Semoga Eugene bisa kembali lebih awal dari yang ia janjikan. Kapal mulai memperlambat lajunya hingga berhenti dan pintu kabin terbuka.

"My Lady, kita sudah tiba di Irlandia..."ujar salah seorang pria pelaut.

❤❤❤❤
To be continue...
Jangan lupa voment nya
Thanks all....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top