12

"William tidak boleh meninggal!"isak Adelaide.

Louise mengusap air matanya. "Kita tak punya kuasa akan itu..."

"Aku tak akan membiarkan dia pergi. Aku tak bisa hidup tanpanya! Ia tak akan meninggal..."

Louise merangkul Adelaide. Mereka menatap William. Wajahnya sangat pucat. Adelaide mengulurkan tangan menyentuh kepalanya. Terasa panas membara. Lalu ia meraih kain bersih, membasahi dengan air hangat dan mengompres kening William.

"William, berjuanglah. Kau harus hidup. Demi aku, seperti yang kaujanjikan padaku. Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku mencintaimu..."

"Aku tak bisa kehilangan putraku..."gumam Louise terisak.

Adelaide menatap Louise. "Sebelum Eugene memilihku, aku hanyalah gadis desa biasa...."

Louise mendengarkan dengan diam dan menatapnya.

Adelaide memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Louise. "Di desaku, ada seorang pria yang selalu mengejarku. Tapi aku tidak menyukainya. Ia hanya ingin menguasai ternak dan usaha ayahku. Dan ia sudah tua. Ia selalu memaksaku menikah dengannya setelah tak berhasil mendapatkan usaha ayahku."

"Mengerikan..."

"Ya, aku hanya ingin menikah dengan orang yang kucintai. Aku rela meski harus hidup miskin, asalkan bersama pria yang kucintai. Lalu suatu hari desa kami diserang pasukan istana karena ada dugaan desa kami menyembunyikan pemberontak. Ayahku mencoba melawan tapi ia dibunuh oleh mereka. Lalu mereka membawa para wanita, termasuk aku...."

"Oh Adelaide...."sahut Louise dengan sedih.

"Kami di bawa ke istana. Dan Eugene memilihku sementara yang lain dijual sebagai budak. Dan ia mengajariku untuk menjadi seorang putri. Saat akan berangkat kemari, ia memintaku untuk menggantikan dirinya sementara. Eugene ingin menghabiskan waktu bersama pria yang dicintainya. Ia berjanji akan kembali sebelum hari pernikahan. Tapi ia tak pernah muncul...hingga saat ini."

"Apa kau menyesal telah mengambil keputusan ini?"

Adelaide menunduk. "Aku tak pernah menyesal. Aku tak tahu bahwa aku akan jatuh cinta. Juga akan menikah dengan William. Aku hanya berharap bisa memberitahu William tapi aku takut. Aku takut ia akan membenciku.."

Louise memegang tangan Adelaide. "Ia tidak akan membencimu, ia mencintaimu..."

Adelaide mengusap air matanya. Ia mendesah. "Kurasa sudah saatnya kita mengganti perbannya..."

Semakin malam Demam William semakin panas. Suhu badannya naik dan ia sering berteriak.

"Eugene....Eugene!!"

Adelaide memegang tangan William. "Aku di sini!"

"Tidak! Jangan pergi, jangan tinggalkan aku! Eugene..."

Badan William mengeluarkan keringat. Kepalanya bergerak ke sana kemari. Nafasnya pendek dan terdengar berat. "Eugene!!!"

"Aku di sini"bisik Adelaide terisak.

Selama beberapa jam kemudian hal itu terus berlanjut. William terus bergerak gelisah dan selalu memanggil nama Eugene. Adelaide terisak, merasa tak yakin apakah suaminya akan bertahan dan ia hanya bisa berdoa. Berharap William bisa melewati demamnya.

Adelaide dapat merasakan belaian jari di kepalanya. Ia membuka mata. Tanpa sadar ia tertidur saat berjaga. Ia mendongak. Melihat William yang menatapnya dengan senyum kecil dan tampannya.

"Halo,cintaku..."

Air mata menggenang di pelupuk mata Adelaide. Ia beranjak berlutut dan memeluk William. "William!!"

-----

Setelah beberapa minggu pemulihan, William berangsur sembuh dan kuat kembali hingga ia siap menjalankan perannya kembali sebagai raja.

Suatu sore, Adelaide dan William sedang duduk di kursi tahta mereka ketika mendadak pintu terbuka. Dan masuk seorang wanita yang membuat jantung Adelaide mencelos dan ketegangan melanda dirinya. Eugene telah kembali.

"Siapa kau?"tanya William

Eugene menunjuk pada Adelaide. "Dia penipu!!!"

William berdiri dan melindungi Adelaide. "Siapa kau? Dan beraninya kau berkata demikian dengan ratu!"

"Dia bukan putri Skotlandia. Akulah Eugene, putri Skotlandia!"

"Pengawal!!"seru William. "Bawa wanita ini keluar!"

"Jika kau tak percaya, kau bisa bertanya padanya!"ujar Eugene menatap Adelaide dengan geram.

William menoleh melihat Adelaide yang sudah berlinang air mata. Ia menelan ludah dengan sulit. "Katakan apa maksudnya? Katakan kalau kau memang Eugene..."

"Katakan padanya!"seru Eugene.

"T..tolong katakan..."pinta William

Tangis Adelaide makin deras. "Ia benar. Aku memang bukan Eugene. Aku Adelaide, seorang gadis desa biasa!"

William menatapnya dengan tertegun. Mulutnya terbuka. Matanya menyorotkan tak percaya.

"William, biar aku jelaskan,"ujar Adelaide mendekat. Hendak menyentuh tangannya tapi pria itu mundur seraya menggelengkan kepalanya.

"Kenapa kau berbohong? Selama ini kau berbohong padaku!"ujar william. "Aku pernah berkata bahwa aku tak pernah bohong padamu. Tapi apa yang kaulakukan? Kau telah membohongiku!" Suara William tampak putus asa dan pedih.

Adelaide makin terisak. "William, maafkan aku, aku..."

William tak mendengarkan Adelaide. Ia berbalik dan berlari meninggalkan mereka. Dengan Louise yang berlari mengejarnya

"William!!"seru Adelaide jatuh berlutut dan menangis.

Eugene berdiri di depannya. Mengambil mahkota di kepala Adelaide. "Kau tidak pantas menjadi seorang ratu karena kau hanya gadis desa! Bawa penipu ini ke penjara!"katanya.Para prajurit saling menatap dengan bingung. "Patuhi perintahku!!"

Lalu dua orang pria mendekati Adelaide. Menariknya berdiri dan membawanya keluar seraya menangis. Sesampainya di penjara, mereka membawanya masuk ke dalam sebuah sel yang gelap. Salah satu pria membungkuk hormat, "Maafkan saya, yang mulia.."

Adelaide menatap mereka. "Kalian hanya mematuhi perintah dan aku harus menebus dosaku..."

Ke dua prajurit membungkuk hormat dan meninggalkan Adelaide terkurung dalam sel. Gadis itu jatuh terduduk seraya kembali menangis. "William...."

-------

Jam berlalu. Hari sudah larut malam. Adelaide duduk memeluk lututnya. Ia merasa hidupnya sangat aneh. Saat sebelumnya ia merasa bahagia bersama William. Bisa bertemu dengan pria tampan dan gagah. Jatuh cinta padanya. Dan menikah dengannya. Kini ia sudah menjadi orang yang terbuang. Tak ada yang menganggapnya. Ia kembali menjadi gadis biasa.

Ia mendengar suara langkah kaki di luar selnya. Adelaide menajamkan telinga. Terdengar semakin dekat dan ia terlonjak kaget mendengar suara kunci membuka pintu selnya. Lalu ia melihat bayangan dua orang pria membawa obor. Matanya menyipit. Dan saat ia melihat siapa sosok pria itu, lehernya tercekat. Ia berdiri hendak berteriak tapi suaranya tertahan. Ia mundur hingga punggungnya menyentuh tembok batu dingin.

"Tolong, jangan sakiti aku, aku bukan putri Eugene..."

Neville dan seorang pria berdiri di hadapannya.

"Aku tahu. Kabar telah menyebar di istana dan sekitarnya. Kami datang untuk menyelamatkan kau."

"Cepat, sebelum ketahuan..."gumam pria lainnya.

Lalu Neville mengajak Adelaide keluar. Menuruni tangga batu gelap dengan bantuan obor hingga mereka sudah berada di luar. Bulan menerangi malam, Satu-satunya penerangan malam itu. Neville membimbing Adelaide ke sebuah pohon di mana dua ekor kuda menanti. Neville menaikkan Adelaide pada seekor kuda sementara pria lainnya naik di kuda lain. Lalu Neville naik bersama Adelaide dan membawanya pergi menjauh dari istana.

---

Tak lama kemudian mereka memasuki hutan hingga jauh ke tengahnya. Terdapat banyak tenda yang dihuni oleh para pemberontak, termasuk wanita dan anak-anak. Adelaide turun dari kuda. Orang-orang yang berada di sana memperhatikan dirinya. Menatapnya.

"Tidak perlu takut,"ujar Neville.

"Terima kasih sudah menyelamatkan aku,"sahut Adelaide

"Kau harus membantu kami. Kau sudah berjanji. Kami mendengar kabar bahwa yang menyerang desa bukanlah para pemberontak. Tapi orang Skotlandia yang bertindak."

"Apa?!"

"Skotlandia ingin mengacaukan dan menghancurkan Irlandia."

"Tapi...tapi kupikir mereka menginginkan perdamaian.."ujar Adelaide tak percaya.

"Percayalah pada kami bahwa mereka tak ingin hal itu. Mereka ingin mengacaukan kita dari dalam. Sehingga akan dengan mudah menjatuhkan raja William."

"Tapi, mohon katakan padaku, kenapa mereka ingin menghancurkan Irlandia, sedangkan ratu adalah putri mereka sendiri?!"

"Itulah rencana mereka. Rencana yang sempurna untuk membuat Irlandia percaya bahwa Skotlandia adalah sekutunya. Dengan demikian, mereka dapat dengan mudah menjatuhkan raja William, menguasai Irlandia dan memperluas wilayah mereka. Dan jika putri mereka sudah menjadi ratu, semua akan mematuhi perintahnya"

"Lalu mengapa Eugene ingin aku menjadi penggantinya?"

"Aku bisa memberitahu alasannya..."

Adelaide menoleh ke arah suara yang dikenalnya. "Frank?!"ucapnya kaget.

"Hai Adelaide..."

"Apa yang kaulakukan di sini?"

"Aku salah satu orang yang memberitahu mereka,"ujar Frank. "Jujur, baik aku dan Eugene tidak tahu rencana mereka dan Eugene sudah berniat tidak ingin kembali ke Irlandia dan menikah dengan raja.."

"Lalu kenapa ia kembali?"

"Beberapa hari lalu, ia menemukan rencana orang tuanya. Eugene meninggalkan aku dan kembali ke Irlandia. Mengambil peran sebagai ratu agar Skotlandia dapat dengan mudah menjatuhkan raja William.."

"Kita harus memberitahu raja!!"

"Kami sudah berusaha. Tapi apakah ia mau mendengar? Mengingat kami adalah pemberontak!"

"Kapan Skotlandia akan menyerang Irlandia?"tanya Adelaide panik.

"Dalam tiga bulan lagi."

"Eugene akan segera menikah dengan William!"seru Adelaide panik seraya terisak. Menahan rasa sakit di dadanya.

"Tidak, ia tidak akan..."sahut Frank. "Sebelum hal itu terjadi, mereka harus menemukan dirimu. Kau masih menjadi istri William. Dengan demikian kau masih menjadi ratu Irlandia."

"Kita harus memberitahu raja secepatnya!"Kata Neville.

"Kita harus segera menyusun rencana,"ujar Adelaide.

----

Beberapa minggu telah berlalu. Para pemberontak mengalami kesulitan untuk memberitahu masalah Skotlandia pada raja. Begitu pula dengan Adelaide. Hingga ia merasa putus asa. Siang malam ia habiskan waktu di dalam tenda. Mencoba mencari cara. Suatu malam istri Neville, Enya, mengunjungi Adelaide dan melihat ia tampak pucat dan sakit.

Enya memeriksanya. "Oh sayangku..."

"Ada apa? Apa aku sakit?"tanya Adelaide panik.

"Kau hamil...."

"Apa?!" Adelaide beranjak duduk dan merasa kepalanya pusing.

"Ya,"ujar Enya mengangguk. "Tapi kau harus banyak istirahat. Bayimu lemah. Kau harus banyak berbaring hingga bayimu lahir. Jika tidak, kau bisa kehilangan bayimu..."

Adelaide mengusap perutnya. Menyadari adanya kehidupan kecil di dalam dirinya. Dan ia menyadari bahwa anak di dalamnya adalah keturunan raja, pewaris William!

❤️❤️❤️❤️
To be continue.....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top