Part 14


Lama tak jumpa~ datang kembali untuk menemani malming kalian~ *diinjak*

oke. Happy reading~

*********************************************************************************

"Onii-san, sedang apa?" pemuda berambut biru mirip Kuroko menghampiri mereka.

"Shiota-kun, kau... sendiri sedang apa?" Kuroko terkejut. Kenapa tidak, dia sedang rapat yang ia rahasiakan dari Nagisa dan dia datang tiba-tiba. Walaupun ekspresi Kuroko tidak begitu mengejutkan tapi dia panik.

"A-ah... so-soal itu..." Kagami coba memberi alasan. Tapi, kalian tahu sendiri dia tidak bisa berbohong.

A/: Kagami, lebih baik kau diam.

"Kami sedang rapat tentang pertandingan basket selanjutnya. Kami masuk ke babak semifinal dan harus menyiapkan strategi dengan matang." Ucap Akashi dengan lancarnya.

A/: wah... Akashi pandai berbohong juga ya *slap*

"Oh... begitu." Nagisa lalu berbalik badan. "Kami ke sini hanya mampir membeli kue keluaran terbaru. Kalau begitu, aku duluan ya, Onii-san."

"Iya. hati-hati di jalan. Jangan pulang terlalu malam." Kata Kuroko.

"Onii-san juga ya." Nagisa berlalu.

"Hah... woi! Kuroko! Bagaimana dia tiba-tiba muncul?! Mirip kau saja!" Aomine mulai mengomel.

"Aku juga tidak tahu. Seharusnya dia di rumah sekarang." Ujar Kuroko.

"Kuro-chin, kau tidak menyadarinya ya? Nyam nyam~ aneh..." Murasakibara masih mengunyah kripiknya.

"Aneh kenapa, Murasakibara?" Midorima kembali menaikan Kacamatanya.

"Wah... Midorimacchi penasaran ya?"

"Diam!" jawab Midorima spontan.

A/: dasar tsundere!

"Tadi dia bilang 'kami' saat bicara. Apa kau tak menyadarinya karena saking paniknya, Kuro-chin?" ujar Murasakibara.

"Eh?" Kuroko baru menyadarinya. "... benar juga..." dia menunduk.

"Pantas saja sejak tadi aku merasa ada yang janggal." Ucap Kagami tiba-tiba yang tengah menengok ke pintu keluar.

"Eh? Ada apa, Kagamicchi?" Kise penasaran.

"Lihat itu." Semua langsung melihat ke arah yang Kagami lihat. "Orang yang bersamanya jauh lebih tinggi darinya. Dia memakai hoodie, memakai tudungnya pula padahal hari ini cuacanya cerah. Sepertinya tadi aku juga sempat berpapasan dengannya saat kemari. Wajahnya juga tidak terlihat seperti orang seumuran Shiota. Lalu..." Kagami berhenti bicara ketika melihat teman-temannya menatap Kagami seperti tak percaya (kalau Kagami akan seperti itu). "A-ada apa?"

"Kau mengagumkan, kagamicchi. Tumben sekali..." sahut Kise.

"Kise, kau memujiku atau menghinaku?" Kise hanya cengengesan. "Yah... pokoknya gitu. Aku hanya memberitahu apa yang kutahu." Kagami kembali memakan burgernya. Begitu juga dengan yang lain.

***

Matahari telah tenggelam di ufuk barat. Tergantikan oleh bulan yang diiringi bintang-bintang di sekitarnya. Malam pun datang. Aomine, Kuroko, dan Kise berjalan pulang bersama setelah berpisah dengan teman lainnya di stasiun tadi. Di tengah malam yang gelap nan sunyi, mereka tetap berbincang-bincang seperti biasa. Kini waktu menunjukan pukul 10.30. memang bukan waktunya anak SMP berkeliaran di luar apalagi dengan situasi yang berbahaya. Namun, mereka yang mendapat pelatihan khusus, akan berbeda lagi ceritanya.

"Hah... lelahnya..." keluh Aomine.

"Aominecchi, jangan mengeluh gitu dong-ssu. Memangnya kenapa sih?"

"Hah? Masa tidak tahu. Kita hari ini membahas tentang hilangnya murid-murid itu lagi. Aku sampai lelah dan bosan."

"Yah... mau gimana lagi. Jangan salahkan yang lain dong. Salahkan saja pelaku yang membuat kita kewalahan." Jalannya Kise mulai menyeret karena lelah.

"Sabar saja. Nanti setelah menemukan mereka dan pelakunya, kita akan pensiun." Kata Kuroko menyambar tiba-tiba.

"Ku-kurokocchi?! Apa kau baik-baik saja?! Harusnya kau lebih lelah karena kau 'kan lebih lemah fisiknya." Ujar Kise.

"Wah, Kise-kun... kau jujur sekali." Balas Kuroko dengan datarnya.

"Yang pasti, kita harus menyelidiki setiap kemungkinan yang ada." Kata Aomine sambil memisahkan Kuroko dari Kise yang sedang berusaha memeluk Kuroko.

"Kita memang tak bisa berbuat apa-apa dengan pelakunya. Sepertinya dia memiliki IQ yang tinggi-ssu. Dia selalu berhasil kabur saat kita sudah dekat dengannya. Benar-benar menyebalkan. Kenapa pelakunya tidak menyerah saja? Benar-benar sebal!" Kise menggerutu.

"Kalau pelakunya menyerah begitu saja, tidak akan seru. [dan kalau itu terjadi, cerita ini takkan ada *bisik]" kata Aomine.

"Aomine-kun, kau masih mengganggap ini bukan apa-apa ya? Lagipula, apa maksudmu 'kalau itu terjadi, cerita ini takkan ada'? aku mendengarnya, Aomine-kun." Balas Kuroko.

"Aominecchi selalu meremahkan orang lain-ssu. Nanti akan kena dampaknya lho. Kamu tahu waktu pertandingan melawan tim senior kan? Kita hampir saja kalah." Kise mengingatkan.

"Hah? Kok salahku? Bukannya kamu ya, amatiran?!" Aomine menarik kerah Kise. Dia mulai emosi.

"Aku bukan amatiran. Itu kau yang salah! Kau bermain sendiri!" Kise terbawa suasana dan ikutan marah.

Dan berakhirlah pertenggakaran yang bukan membuat orang geram melihatnya tapi tertawa karenanya. Mereka saling menjambak rambut, mencubit pipi, dan menarik baju.

"Tolong hentikan. Kalian ini seperti anak kecil." Kuroko berusaha memisahkan mereka.

Seketika Aomine dan Kise menengok ke Kuroko.

"Iya deh. Kami hentikan." Kise melepas pegangannya.

"Hah? Kau yang kecil, Tetsu." Tampang sangar ditampakan Aomine.

*semenit kemudian...

"Yang benar saja, Tetsu! Kau hanya bisa menghentikan kami dengan kata-kata! Tunjukan kekuatanmu!" Aomine menjepit leher Kuroko dengan lengannya.

"A-aduh, Aomine-kun. To-tolong lepaskan." Kuroko mulai sesak napas.

"Aominecchi! Lepaskan Kurokocchi! Dia bisa mati! Dia milikku." Kise panik.

A/: Kise, siap-siaplah dihajar Kuroko's fans.

"Hah... sudahlah. Ini sudah larut malam." Aomine melepaskan capitannya(?).

"Kurokocchi, kau masih hidup?!" Kise menggoyang-goyangkan badan Kuroko.

"A-ku ba-ik-ba-ik sa-ja, Ki-se-kun. To-long le-pas-kan. A-ku pu-sing." Kuroko terbata-bata. Jelas, dia bicara sambil diguncangkan begitu.

"Ah, maaf Kurokocchi." Kise melirik ponselnya. "Sudah larut. Aku pulang dulu ya. Dah~" Kise berlari sambil melambai menjauh.

"Kalau begitu, kita juga harus pulang." Aomine kembali berjalan.

Malam itu sangat melelahkan. Kemarin sudah melalui hari yang menegangkan. Peristiwa yang belum pernah terjadi sekali pun dialami. Yang membuat orang takut bahkan untuk professional. Peristiwa yang mungkin tidak akan dilupakan. Lalu, keesokannya ada rapat untuk menelusuri peristiwa yang terjadi sebelumnya. Hari ini tepatnya. Tak henti-henti mereka berpikir untuk menyelesaikannya. Berusaha lebih "cerdik" dibandingkan pelaku. Bahkan hari ini berakhir hingga larut. Kejadian yang seharusnya tidak terjadi pada anak SMP.

Bzzzttt... Bzzzttt...

"Aomine-kun, ponselmu bergetar." Kuroko mengingatkan.

"Iya, iya." Aomine mendekatkan ponselnya ke telinga yang sebelumnya dia lihat dan angkat. "Halo, ada ap-"

"D-dai-chan, kau dimana?" suara Momoi terdengar seperti ketakutan.

"Hah? Ya, di jalan yang biasa kulewati untuk pulang."

"Siapa itu, Aomine-kun?" Kuroko mendekat.

"Ini? Satsuki." Aomine kembali fokus ke ponselnya. Dia menekan loud speaker. "Ada apa, Satsuki?"

"To-tolonglah jemput aku!"

"Eh? Kenapa?"

"Tempatku menunggu bis, gelap."

"Terus, kenapa? Tinggal menunggu dan naik bis kan?"

"Ma-masalahnya, aku ketinggalan bis terakhir. Hiks... hiks... Dan a-aku juga sendirian di tempat yang gelap ini." Momoi terdengar ingin menangis.

"Kalau begitu, naik taksi saja."

"A-aku juga ingin melakukan itu. Tapi, entah kenapa, aku tidak bisa dapat sinyal padahal aku bukan di tempat terpencil."

"Huft... memangnya kau habis apa? Kok pulang larut begini?"

"A-aku baru pulang kerja kelompok. Su-sudahlah! Ce-cepat jemput aku!" Momoi mulai tersedu.

"Dasar... sepertinya aku takkan sampai tepat waktu. Percuma saja. Berusahalah pulang sendiri."

"DAI-CHAN!! JEMPUT AKU!"

"Hoi! Sudah kubilang, percuma. Pasti jauh. Aku juga su-"

"Aku takut, Dai-chan." Momoi memotong perkataan Aomine. "Sejak selesai kerja kelompok, perasaanku tidak enak. Seperti ada yang mengikuti. Dan semakin lama, semakin dekat. Aku takut, Dai-chan... aku takut..." Momoi menangis. "Jadi, tolong jemput aku..."

"Iya, iya... baiklah, kau ada dimana?" Aomine menyerah. "Eh? Satsuki?" Aomine bingung. Tiba-tiba pembicaraannya putus begitu saja. "Dasar... pasti sinyal di sana, jelek. Dia juga belum memberitahukan tempatnya. Hah... pasti dia bisa pulang." Dia menutup ponselnya. "Ayo, Tetsu."

Kuroko hanya mengangguk. Momoi-san... Kuroko khawatir. Memang, entah sejak kapan, dia takut akan sesuatu yang ia tidak ketahui. semoga kau baik-baik saja...

[Bersambung...]

.

.

yo, minna-san! maaf lama update T^T

maaf semua :" *sungkem satu-satu*

terlalu sibuk dengan urusan RL- //alah

apalagi saya mau... menganu- *slapped*

Mohon dukung terus ya~ Kritik dan saran diperlukan^^

komentar kalian bagaikan asupan bagi saya sebagai author :v //ngenes

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top