34 : Blokir
Kabar tentang Elang yang lolos tes pertama sebuah sekolah penerbangan sukses beredar di mana-mana. Hari ini, Alyssa sudah beberapa kali mendengar adik kelas atau bahkan siswa satu angkatan dengannya yang membicarakan hal tersebut, termasuk peran Kepala Sekolah dalam mendukung Elang mengikuti tes. Ah, mereka juga bergosip jika Bunda memiliki hubungan spesial dengan Kepala Sekolah meskipun, semuanya benar. Tapi hubungan spesial mereka hanya sebatas teman. Alyssa percaya Bunda.
Kabar buruk lain yang beredar adalah merenggangnya hubungan persahabatan Elang dan Ricky. Alyssa benar-benar tak mengerti apa yang membuat keduanya menjauh, tapi semua orang menatap Alyssa seakan-akan Alyssa adalah penyebab utama perang dingin Elang dan Ricky. Gosip yang beredar, Ricky tidak menyukai Alyssa dan benci sifat terlalu pengatur Alyssa yang membatasi ruang gerak Elang.
Apakah dia benar-benar seperti itu?
Lamunan Alyssa buyar, tatapan cewek itu beralih lagi kepada sosok tampan di hadapannya yang tengah asyik memakan Pop Mie yang dia beli di kantin dan sengaja di bawa ke ruang kelas Alyssa sehingga, mereka bisa makan bersama. Alyssa membawa bekal nasi goreng dan jika boleh jujur, dia tak keberatan sama sekali untuk berbagi bekal dengan Elang.
"El, emang lo beneran marahan sama Ricky gara-gara gue?" Alyssa bertanya tiba-tiba.
Masih dengan mulut yang asyik menyeruput mie, Elang menjawab, "Enggak. Enggak marahan. Dih, kayak cewek aja."
"Seriusan gue nanya."
Elang menghabiskan dulu mie di dalam mulut sebelum fokus menatap Alyssa dengan tatapan tajamnya. "Enggak, Alyssa. Gue gak marahan sama Ricky. Dia-nya aja yang lagi sensi kayak cewek. Bukan gara-gara lo juga, kok. Emang lo ngapain?"
"Gue gak ngerasa ngapa-ngapain."
"Nah, itu tahu jawabannya." Elang mulai melanjutkan kegiatan makan Pop Mie rasa Bakso Sapi tersebut dengan lahap.
Alyssa juga mulai menyendok kembali nasi gorengnya. "Terus lo udah denger belum? Karena lo lulus tes pertama sekolah penerbangan, mantan lo ikutan daftar tes pramugari. Biar bisa bareng lo terus, tuh, kayaknya."
Elang berhenti makan, satu alis tebalnya terangkat. "Mantan gue? Yang mana?"
Alyssa memutar bola matanya. "Mantan lo ada berapa, sih?"
Elang menggerakkan jari-jarinya sambil menghitung. Alyssa mengerang kesal, "Anjir, kayaknya banyak banget! Astaghfirullah. Lo mulai pacaran dari kapan, sih?!"
Elang terkekeh geli dan beralih mencubiti pipi Alyssa, gemas. "Bercanda, elah. Mantan gue gak banyak. Cuma dua. Mantan waktu kelas 1 SMP sama mantan waktu kelas 1 SMA, hehe."
"Menurut lo mantan lo yang gue maksud siapa?" Alyssa bertanya, menepis tangan Elang yang masih mencubiti pipinya gemas.
"Oh, Daniza?"
Alyssa tersenyum mengejek. "Mantan terindah, ya, El?"
Elang mendengus. "Indah, sih, tapi tetep aja statusnya mantan."
"Balikan aja biar statusnya berubah jadi pacar."
Elang nyengir dan mengangguk. "Iya. Tapi tunggu lo jadian sama Zayn Malik dulu, baru gue ikhlasin lo dan balik ke mantan."
"Kok lo bahas Zayn Malik lagi, sih? Gue galau lagi, dah, ini inget tanggal 25 Maret lalu!" Bibir Alyssa mengerucut.
Elang menahan tawa sebelum menggerakkan tangannya mengelus rambut belakang Alyssa sambil berkata dengan nada dibuat manja, "Ututu, sayang-nya Elang gak boleh galau mulu karena Zayn Malik ke luar. Gak ada Zayn Malik, kan, masih ada Elang Malik yang jauh lebih tampan."
"Jangan mimpi ketinggian."
"Lo atau gue?"
Alyssa menghela napas, sudah pasti kalah berdebat dengan Elang karena topik menyebalkan ini. Alyssa menyesal dia harus menceritakan semua kegalauannya di tanggal 25 Maret lalu, di saat One Direction mengadakan konser di Indonesia dan Alyssa kehabisan tiket untuk menonton. Tambah galau lagi, setelah beberapa saat konser selesai, pihak One Direction mengumumkan jika Zayn memilih untuk ke luar dari grup yang membesarkan namanya itu. Alyssa seperti penggemar fanatik kebanyakan, menangis semalaman sambil menghubungi Elang yang malah menertawakannya dan menjadikan One Direction ataupun Zayn Malik sebagai bahan untuk menggoda Alyssa.
"Alyssa, satu hal yang harus lo tahu. Gak peduli seberapa banyak cewek yang ngejar-ngejar gue, yang gue kejar itu cuma lo. Jadi, tenang. Gue pastiin semuanya aman terkendali. Kecuali tiba-tiba cewek kayak Miranda Kerr deketin gue."
Alyssa memutar bola matanya. "Idih."
Elang tertawa kecil dan lanjut memakan Pop Mie-nya dengan lahap, begitupun Alyssa.
🕛🕛🕛
Semenjak kelas dua belas, Alyssa baru sadar jika berada di kelas dua belas benar-benar membuatnya belajar banyak hal. Termasuk tentang kesabaran dan menahan emosi akan sesuatu yang membuat Alyssa jengkel. Dulu, Alyssa tak pernah merasa seperti ini, tapi sungguh, emosi Alyssa tak terkenali sejak beberapa saat belakangan. Dalam dua minggu terakhir, Alyssa sudah berhasil mengumpulkan banyak musuh yang kebanyakan adik kelas yang memperlihatkan rasa sukanya kepada Elang secara jelas atau singkatnya genit.
Dulu, mana peduli Alyssa pada para penggemar Elang. Bahkan jika harus memutar memori lama, Alyssa sendiri tidak mempedulikan kehadiran Elang di hidupnya. Namun namanya juga rasa. Siapa tahu rasa cuek Alyssa dulu berubah menjadi rasa sayang yang sulit dilepas?
"Gue yang delete contact mereka dari BBM lo. Percuma juga, kan? Mereka chat juga jarang lo bales. Keseringan diread doang."
Elang menahan napas mendengar jawaban Alyssa tersebut di saat Elang memancing Alyssa untuk jujur mengenai kontak BBM di ponsel Elang yang awalnya tak begitu Elang perhatikan, tapi nyatanya kontak di BBM Elang berkurang cukup drastis. Dari sebelumnya sembilan puluhan menjadi hanya lima puluh. Padahal, Elang sendiri menyaring kontak di BBM-nya.
"Kan, gue udah kasih tahu lo juga, Al. Kebanyakan anak basket atau anak OSIS. Kenapa didelete? Kontak mereka penting kalau gue butuh apa-apa." Elang menjelaskan, sementara Alyssa menatap cowok itu sinis.
Alyssa menghela napas. "Gue gak suka." Alyssa menjawab penuh penekanan.
Elang memejamkan mata sekilas. "Iya, Al. Tapi seenggaknya lo bisa ngomong sama gue dulu karena gak semuanya begitu." Elang membuka mata, "Gue ada kontak mereka karena gue butuh mereka dalam berbagai hal. Bukan tanpa sebab dan lo tahu sendiri, satu-satunya cewek yang sering gue ganggu itu lo. Gak ada yang lain."
Alyssa memicing. "You are too nice to some girls, El. Sama aja lo kasih mereka harapan. Kalau lo mau begitu, mending udahan aja. Kelar. Lo bisa tebar pesona ke sana- ke sini."
Elang melotot. "Lo ngomong apa, sih? Tebar pesona? Ngasih harapan? Ya, Tuhan. Lo lagi kenapa, sih? Gak biasanya pikiran lo sedangkal ini! Lo lagi PMS?"
Alyssa menggertakkan gigi-giginya. "Ah, udahlah. Kalau lo ajak gue ketemuan di sini cuma buat ngutarain pembelaan lo, mending gue balik ke kelas sekarang. Permisi."
Alyssa baru hendak melangkah pergi meninggalkan ruang OSIS, tapi Elang menahan lengannya membuat cewek itu menghentikan langkah dan matanya kembali bertabrakan dengan iris cokelat gelap milik Elang.
"Kita belum selesai bicara, Alyssa."
Alyssa menyentakkan tangan Elang yang menahan lengannya. "Udah selesai, Elang. Intinya, lo marah sama gue karena gue hapus-hapusin banyak penggemar lo di BBM dan blokir mantan terindah lo di Instagram, gitu? Ya, udah. Minta kontak mereka lagi dan buka blokir mantan lo. Udah. Kelar."
"Bukan tentang itu."
"Terus apa lagi? Gue lagi males berantem, El. Udahlah. Gue mau balik ke kelas."
Lagi, tangan Elang menahan lengan Alyssa saat cewek itu hendak melangkah meninggalkan ruang OSIS, meninggalkan Elang sendiri.
"Al, kita belum selesai bicara. Denger dulu, sebentar."
"Apa lagi?!"
Elang menatap Alyssa beberapa saat sebelum menghela napas. "Gue tutup masalah ini. Gue gak akan bahas-bahas lagi dan oke. Mulai sekarang, gue akan minta izin lo langsung untuk nambahin kontak di semua akun sosial media gue. Is that clear for you?"
Alyssa berdecak. "Gue gak peduli."
"Alyssa, gue serius. Gue janji, gue gak akan tebar pesona lagi ke semua cewek meskipun, gue sendiri bahkan gak pernah tahu gimana cara gue tebar pesona. Tapi oke. Gue bakal jaga sikap saat berada di sekitar cewek selain lo. Siapapun itu."
"Like I said, I don't care."
Alyssa kembali menyentakkan tangan Elang dan kali ini, cewek itu benar-benar melangkah meninggalkan Elang sendirian di ruang OSIS.
🕛🕛🕛
"Lo ikut nonton Persija gak? Gue sama Zico mau nonton sore ini."
Elang yang semula hanya asyik mencoret-coret buku catatannya menoleh, mendapati Ricky yang mulai kembali bicara padanya setelah sekitar beberapa minggu belakangan tidak menjauh, tidak bertegur sapa sama sekali saat keduanya duduk bersebelahan.
"Sore ini?"
Elang bertanya balik, menyandarkan kepala pada lipatan tangannya di atas meja. Kelas Elang dan Ricky tengah kosong karena guru yang seharusnya mengajar tidak masuk. Katanya, sakit dan belum bisa bangkit dari tempat tidur.
Ricky mengangguk kikuk. "Iya. Sore ini. Tapi kalau lo gak bisa─,"
"Bisa, kok. Bisa." Elang memotong ucapan Ricky dengan cepat.
Ricky mengangkat satu alis. "Yakin? Zico langsung jemput pas pulang sekolah. Lo mau anter cewek lo dulu, kan?"
Elang menggeleng. "Enggak. Dia lagi ngambek, paling nolak dianter pulang sama gue." Elang menerawang langit-langit sekilas sebelum nyengir lebar, "Gue juga, kan, kangen hang out sama lo pada. Akhir-akhir ini, kalian cuma hang out berdua, main games berdua. Gak lagi ngajak gue."
"Yakin gak ngajak? Lo lupa, ya, seberapa sering lo nolak ajakan gue dan Zico cuma karena lo pengen pacaran? Gue sama Bilqis aja gak begitu amat, Lang."
Elang menghela napas. "Ya, mau gimana lagi, Rick. Akhir-akhir ini, Alyssa nempel mulu sama gue. Kan, lo tahu udah berapa lama gue nunggu saat-saat kayak gini dateng. Lo tahu sendiri seberapa keras gue ngejar-ngejar dia."
Ricky mengangguk. "Tapi dia baru pacar, ya, Lang. Lo pikir gue gak tahu apa aja yang udah dia lakuin? Pakai ngebatesin pergaulan lo segala. Bunda aja gak begitu."
"Bukan begitu, Rick. Tipikal Alyssa, dia susah jatuh cinta dan sekalinya jatuh, ya pasti jatuhnya dalam. Gue gak mau jadi cowok brengsek yang manfaatin perasaan dia ke gue. Gue juga punya rasa yang sama ke dia so, gak masalah, dong, kalau gue terus sama dia, jaga dia?"
Ricky menghela napas. "Kalau udah ngomongin Alyssa, lo gak butuh pendapat gue, kan?"
Tiba-tiba, Ricky bangkit dari kursinya dan menatap Elang lekat. "Cinta boleh, Lang. Pacaran juga boleh. Tapi semua ada batasan dan jangan jadiin pacaran sebagai alasan lo batesin diri dari teman."
Setelahnya, Ricky melangkah meninggalkan kelas yang masih ramai karena tidak ada guru yang mengajar. Elang tak tahu harus berkomentar apa, sekarang kepalanya mulai pusing dengan semuanya.
🕛🕛🕛
⚫ Al, lo dijemput Pak Sur, kan?
⚫ Sori, gue ada janji sama Ricky sama Zico
⚫ Mau nonton Persija, hehe
⚫ Lo balik hati-hati, ya?
⚫ 😘😘
Alyssa memejamkan mata mengingat isi pesan yang Elang kirimkan sebelum ponsel Alyssa mati total karena kehabisan baterai dan sialnya, Alyssa tak membawa charger. Cewek itu masih berada di kelasnya, ketika jam di dinding sudah menunjukkan pukul lima sore. Pak Surahman menghubungi Alyssa tadi, tapi Alyssa menolak untuk dijemput Pak Surahman dengan alasan ingin menemani Elang membeli buku. Setelah menunggu cukup lama, Elang tak kunjung datang dan pesan itu masuk ke ponsel Alyssa satu jam setelah bel tanda pulang sekolah berbunyi.
Pesan Elang juga tak Alyssa balas. Cewek itu memilih hanya untuk membacanya dan pun, Elang pasti tengah asyik menonton sepak bola dan tak ingat dengannya.
Alyssa ingin pulang, meminta Pak Surahman menjemputnya, tapi ponsel Alyssa sudah keburu mati dan tak bisa digunakan untuk menghubungi Pak Surahman. Di luar hujan turun, cukup deras dan tak tahu apakah di Stadion Gelora Bung Karno Senayan juga turun hujan, tapi Alyssa tak bisa ke luar sekolah menempus hujan tersebut.
Bukan, bukan karena Alyssa takut hujan. Jika boleh mengaku, Alyssa adalah penggemar berat hujan dan petrichor. Hujan memberi ketenangan batin untuk Alyssa dan membuat perasaannya membaik. Tapi saat ini Alyssa hanya mengenakan seragam sekolah tipis yang tatkala terkena air pasti akan menerawang apa yang ada di bawahnya.
Alyssa tak cukup percaya diri dengan bentuk tubuhnya, tapi tetap saja. Bukankah kebanyakan pria dibutakan oleh hal-hal sederhana karena nafsu mereka yang kelewat besar? Apalagi sekolah Alyssa terkenal cukup rawan karena adanya komplotan preman yang terkadang muncul untuk memalak para siswa. Sama saja cari mati.
Alyssa menyandarkan kepalanya kembali ke atas meja, mulai memejamkan mata sambil berharap penuh jika hujan dapat segera reda sehingga dia bisa segera pergi dari sekolah, bersembunyi di hangatnya selimut ranjang tidur.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top