01 : Benar

Lo di mana, Al?

Alyssa Pradipta Cempaka menggeram membaca pesan singkat via BlackBerry Messenger─singkatnya BBM─yang masuk ke ponselnya tersebut. Alyssa kesal bukan main. Bagaimana tidak? Seseorang yang mengirimkan pesan itu baru saja berpapasan dengannya, tak sampai lima belas menit lalu saat Alyssa hendak memasuki kelas. Bahkan, seseorang itu tersenyum lebar dan jelas-jelas menatap Alyssa, sebelum dia ikut menghilang masuk ke dalam kelas yang sialnya berada tepat di samping kelas Alyssa. Bel jam pelajaran pertama sudah berbunyi, tapi memang biasanya seperti ini, kan? Tak tahu apa yang mereka lakukan, sepertinya guru-guru itu sibuk melakukan pemanasan di ruang guru sebelum turun langsung ke medan tempur yang sesungguhnya, menghadapi para generasi muda dengan pemikiran kolot dan bahkan jauh lebih dewasa daripada mereka yang sudah puluhan tahun berada di dunia.

Cewek berambut kecokelatan panjang itu sedikit terlonjak begitu mendengar namanya disebut, bersamaan dengan datangnya salah satu teman sekelas di dekat mejanya yang berada tepat di barisan paling belakang dan duduk seorang diri sejak semester awal.

"Al, kata Elang baca BBM dan balas gak pake lama." Ridwan berujar begitu saja dan duduk kembali ke kursinya yang berada dua baris di depan Alyssa.

Alyssa memutar bola matanya dan beralih menatap ponsel tebalnya kembali. Dia membaca ulang pesan dari cowok kelas sebelah yang bernama Elang Devara Septian atau sering dipanggil Elang oleh yang lain meskipun, beberapa teman dekatnya memanggil Elang dengan sebutan Big Baby. Tapi panggilan itu cocok untuknya karena memang begitulah Elang. Si bayi besar yang super manja dan jangan tanyakan Alyssa apakah dia beruntung atau sial untuk menerima perasaan bayi besar itu.

Sampai detik ini, sejujurnya Alyssa masih harus menahan malu tatkala melewati lorong sekolah yang dipenuhi dengan murid-murid yang tengah bergosip ria. Mereka pasti akan berhenti bergosip─karena sadar objek gosipan mereka datang─dan menatap Alyssa dengan tatapan yang Alyssa tak sukai sampai Alyssa menghilang ke dalam kelas lalu, melanjutkan kegiatan bergosip mereka. Alyssa sudah menjadi objek utama para penggosip di sekolah sejak kejadian memalukan tiga hari lalu. Lebih tepatnya adalah hari Senin, tanggal 9 Agustus 2010.

Hari itu, setelah guru-guru meninggalkan lapangan upacara karena upacara yang telah selesai, si komandan upacara yang saat itu adalah Elang, tiba-tiba berbicara dengan suara lantang, masih membariskan siswa-siswa di lapangan dengan rapih meskipun, ada beberapa yang sudah tak tahan di lapangan dan memilih untuk pergi ke kelas ataupun menepi di taman sekolah. Tapi tetap saja, suara Elang cukup lantang untuk membuat semua mata menatapnya, ditambah lagi dengan postur tubuh tinggi dan wajah tampan yang mematikan. Tak heran jika hampir semua siswa memilih untuk menjadikan si komandan upacara pusat perhatian.

"Yang namanya gue panggil, harap ke depan. Ini perintah dari komandan upacara dan gue belum membubarkan barisan." begitu ujarnya, dengan mata elang yang terus membidik sasaran hingga dia berhasil menemukan sasaran, dia tersenyum miring dan lanjut berbicara, kala itu memanggil satu nama dengan cukup keras.

"Alyssa Pradipta Cempaka, silahkan maju ke depan."

Saat itu, Alyssa kehilangan akal dan benar-benar dibuat seperti orang bodoh yang menuruti perintah cowok itu. Tapi begitulah Alyssa. Alyssa benci saat harus menjadi pusat perhatian. Dia selalu membutuhkan privasi berlebih dan setiap menjadi pusat perhatian, jantungnya akan berdebar tak normal dan dia tak dapat berpikir jernih, memilih untuk pasrah akan apa yang terjadi selanjutnya.

Alyssa melangkah dan sampai di depan Elang yang tak mengalihkan tatapannya sedikitpun dari Alyssa. Alyssa menundukkan kepala, keringat dingin mulai ke luar dari pori-pori kulitnya. Dia benci ini, sungguh. Alyssa benci harus menjadi pusat perhatian. Rasanya, dia ingin segera berlari menjauh, masuk ke dalam kamar dan tak ke luar dari sana dalam waktu yang tak sebentar.

"Lo tahu gak kenapa lo gue panggil ke sini?"

Setelah puas melihat bagaimana ketakutan Alyssa saat ini, Elang mulai membuka suara dan seisi lapangan masih hening, tak tahu harus berkomentar apa. Itu sangat langka. Mereka semua juga tahu, Elang bukan seseorang yang akan memaksakan diri untuk menjadi pusat perhatian. Elang sama seperti Alyssa, sama-sama benci menjadi pusat perhatian. Elang hanya akan menunjukkan jati diri yang sebenarnya saat bersama teman-teman terdekat. Itu benar-benar kejadian yang sangat langka dan tak heran jika beberapa siswa dengan ponsel lebih canggih, mengabadikan kejadian kala itu.

Alyssa menggeleng, jawabannya atas pertanyaan Elang dan membuat Elang melipat tangan di depan dada, senyumannya bertambah lebar dan jangan heran jika beberapa siswi mulai menahan napas melihat senyuman manis dan memikat milik Elang tersebut.

"Gue suka sama lo. Jadian sama gue, ya?"

Pertanyaan itu sukses membuat semua yang ada di lapangan bersorak heboh sementara, si penanya saja masih memasang wajah datar nan tenang. Jangan tanyakan bagaimana dengan Alyssa. Cewek yang menundukkan kepala itu terbelalak tak percaya akan pertanyaan yang diajukan Elang, bahkan sorakan heboh yang lain tidak begitu jelas terdengar di telinga Alyssa selain pengakuan Elang tadi.

Perlahan, Alyssa mengangkat wajah dan iris kecokelatannya bertemu dengan iris cokelat tua Elang yang juga tertuju lurus kepadanya. Elang tak tersenyum, wajahnya terlihat benar-benar serius dan lidah Alyssa kelu untuk mengungkapkan segala pertanyaan bodoh yang muncul dalam kepalanya, seperti: Lo suka sama gue? Kok bisa? Sejak kapan? Lo bercanda? Lo aja gak kenal gue? Sumpah?

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

Lagi, pertanyaan Elang mengundang keributan yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Jika sebelumnya semua bersorak heboh karena tak percaya jika Elang melakukan semua hal itu, kini mereka heboh meneriakkan kata 'terima' berulang kali. Sebenarnya, hanya siswa laki-laki saja yang heboh. Jangan tanyakan bagaimana wajah suram para siswi perempuan yang sudah pasti baru menyadari kekalahan mereka dari seorang Alyssa Pradipta Cempaka.

Bukankah sudah dikatakan sejak awal? Menjadi pusat perhatian membuat Alyssa sulit berpikir jernih dan dia sendiri bahkan tak pernah sadar jika bibirnya mengucap kata 'mau' dan membuat keributan yang jauh lebih kencang, mengundang rasa penasaran para guru yang semula ingin beristirahat sejenak setelah upacara, sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Semua siswa pun berhamburan pergi menuju ke kelas masing-masing, beberapa di antaranya iseng menggoda Alyssa dan Elang yang masih bertahan di posisi mereka sambil mengucap kata 'cie'.

"Thanks, ya. Sampai ketemu pulang sekolah nanti?"

Alyssa bahkan masih membeku di posisinya ketika Elang ikut pergi karena guru yang mengajar kelasnya, sudah menatapnya tajam seakan memperingatkan jika Elang tidak segera masuk kelas, dia tidak akan selamat. Mungkin, Alyssa masih akan bertahan di sana jika guru yang akan mengajar kelas Alyssa tidak menghampiri Alyssa sambil bertanya ketus, "Kamu ngapain di sini? Masuk kelas sekarang!"

Setelah masuk kelas, barulah Alyssa sadar akan kesalahan bodoh yang telah dia perbuat. Dia baru saja melompat dari atap sebuah gedung dan jatuh tepat di kandang singa yang lebih dari sebulan belum mendapatkan mangsa.

🕛🕛🕛

Percayalah. Sejak kejadian memalukan itu sampai sekarang, Alyssa tidak berani pergi ke kantin ketika jam istirahat datang. Alyssa bangun pagi sekali dan memasak bekal untuk dia bawa dan makan di jam istirahat. Meskipun ada teman sekelas yang mengajaknya ke kantin, Alyssa menolak dan memilih memakan bekal. Alasan sebenarnya adalah karena dia takut bertemu dengan Elang, apalagi jika harus menjadi pusat perhatian lagi saat bertemu dengan cowok itu.

Sudah tiga hari berlalu, memang. Tapi sungguh, Alyssa yakin, dia dan Elang masih menjadi trending topic di sekolah. Bahkan Alyssa tak lagi membaca majalah sekolah yang disediakan di perpustakaan karena dia mendengar dari teman sekelasnya bahwa ada kolom khusus yang membahas kejadian Elang menyatakan perasaannya itu kepada Alyssa dan Alyssa menjawab 'mau' yang menandakan keduanya sudah resmi berpacaran. Secara status, iya. Tapi tidak dengan hati.

Alyssa baru membuka tutup Tupperware hijau berisikan roti bakar bekalnya hari ini, saat pintu kelas yang semula tertutup dan meninggalkan dia sendiri di kelas, tiba-tiba terbuka. Tambah terkejut lagi saat Alyssa mendapati seseorang yang sudah setengah mati dia hindari sejak kejadian tiga hari lalu, muncul dari luar dan melangkah mendekati Alyssa dengan tatapan tajam, seperti namanya. Elang.

"L─lo nga─ngapain ke sini?" Alyssa tergagap saat Elang duduk di sampingnya, melipat tangan di atas meja dengan mata yang hanya terfokus pada Alyssa.

Elang menyandarkan dagu lancipnya di lipatan tangan, bibirnya melengkung ke bawah. "Kangen."

Alyssa mengernyitkan dahi sebelum memutar bola mata. "Jangan lebay. Mending lo pergi, deh. Gue gak mau ngelihat muka lo."

"Kenapa?" Elang bertanya singkat, sedikit memajukan wajahnya mendekati Alyssa yang mundur seketika hingga nyaris menabrak dinding di belakangnya. Elang menahan tawa.

Alyssa menggeleng kikuk, "Ih, apaan, sih?! Jangan bikin mood makan gue ilang!"

Elang tersenyum. "Ya, udah, deh. Silahkan makan. Gue temenin dan janji gak bakal ganggu." Elang kembali melipat tangan di atas meja dengan mata yang tak sedikitpun beralih dari Alyssa.

Alyssa memejamkan mata, sedikit kesal. "Gue gak suka makan dilihatin orang!"

Cowok itu terkekeh kecil sebelum menyembunyikan wajah di lipatan tangannya sambil berkata, "Oke. Silahkan makan, gue gak lihatin, sumpah. Gue merem, ini."

Tak mau berbohong, Alyssa tersenyum menahan tawa melihat bagaimana Elang benar-benar melakukan hal itu hanya untuk membuat Alyssa mau makan. Alyssa membuka Tupperware dan meraih satu potong rotinya sementara, Elang masih diam seakan menunggu. Alyssa mulai memakan potongan roti itu dengan mata yang tertuju seutuhnya pada Elang yang masih terdiam. Sampai potongan roti pertama habis, Alyssa mulai kasihan melihat Elang.

"Lo ngapain di sini? Enggak makan?"

Masih dengan wajah yang disembunyikan di lipatan tangan, Elang bertanya, "Udah boleh angkat kepala dan buka mata, nih?"

Alyssa berdecak. "Terserah."

Elang akhirnya, mengangkat wajah dan menampilkan senyuman manisnya kepada Alyssa yang hanya mendengus melihat senyuman yang di mata Alyssa terlalu sering diumbar tersebut. "Akhir-akhir ini, gue jarang makan. Soalnya, gak ada yang ngingetin. Padahal, baru nembak cewek beberapa hari lalu, dan dia nerima. Tapi kayak gak ada bedanya hidup gue."

"Mungkin lo nembak cewek yang salah."

"Ya, enggak, lah. Sebelum nembak, gue udah sholat Tahajud seminggu penuh. Gue udah sedekah. Gue udah jalanin sholat lima waktu, bahkan sunnah-nya juga gue jabanin. Tapi setelah dia nerima gue, dia malah ngejauhin gue. Gak tahu kenapa." Elang menampilkan wajah pura-pura merasa sedih.

Cewek berambut panjang dengan poni rata yang jatuh di keningnya itu menghela napas. "Mungkin cewek itu yang salah udah nerima lo."

Elang melotot. "Heh, masa gitu?"

"Serius, ya. Mending lo jauh-jauh dari gue. Yang kemarin, anggap aja gak pernah kejadian." Alyssa memberanikan diri berkata demikian, Elang memicing mendengar ucapan cewek itu. "Gue...gue gak sadar pas bilang 'mau'. Gue harusnya nolak lo saat itu. Lo juga aneh. Masa lo nembak cewek kayak gue, sih? Lo gak salah cewek, kan?"

Elang memutar bola mata. "Lo yang namanya Alyssa Pradipta Cempaka, kan? Kelas XI-IPA 1 yang kemarin masuk tiga besar di kelasnya. Siswi kesayangan Pak Imron saking pinternya Bahasa Inggris dan punya tempat kesukaan di sekolah, yaitu di perpustakaan?"

Alyssa bungkam untuk beberapa saat sebelum menghela napas dan menggeleng. "Coba lo cek ulang, deh. Kayaknya lo benar salah orang."

"Enggak. Gue yakin seratus persen, gue gak salah orang." Elang bersikeras dan Alyssa sudah malas mendebat cowok keras kepala yang satu ini.

Salahkah jika Alyssa bertanya demikian? Alyssa juga punya alasan kenapa bertanya demikian. Hei, semuanya masih seperti mimpi, seperti dongeng Cinderella di mana sang pangeran jatuh cinta pada si cewek miskin yang sering menjadi bahan siksaan Ibu dan Saudari tirinya. Yang membuat kisah Alyssa dan Elang berbeda adalah siksaan Ibu dan Saudari tiri yang tidak Alyssa miliki.

Jika pangeran seperti yang ada di dunia dongeng datang ke dunia nyata, Alyssa tak akan heran jika mereka berwujud seperti Elang. Elang memiliki garis wajah tegas. Alisnya tebal dengan mata sipit dengan iris berwarna cokelat yang terkadang terlihat jauh lebih kelam dari semestinya. Hidungnya mancung seperti papan luncur anak TK dan bibirnya tipis, terlebih lagi bibir bagian atas dengan warna natural yang merah muda dan selalu terlihat lembab. Rambutnya hitam kelam dan tebal, sering menjadi incaran guru BK yang paling anti melihat siswa-nya berambut gondrong. Selain itu, Elang juga termasuk siswa dengan tinggi di atas rata-rata siswa lainnya yang membuatnya mudah untuk dikenali. Kurangnya Elang adalah di berat badan. Dia termasuk kurus, di mata Alyssa.

Dengan penampilan fisik seperti itu, bagaimana bisa Alyssa tidak ragu saat Elang menyatakan perasaan padanya dan meminta Alyssa menjadi pacar cowok nyaris sempurna itu? Jika dibandingkan dengan Alyssa, Alyssa mencemaskan reputasi Elang. Bisa-bisa Elang diledek bodoh karena mau memacari cewek seperti Alyssa.

Secara fisik, Alyssa memiliki wajah bulat, mata sedikit belo, hidung mancung dan bibir yang terkadang terlihat kering karena memang cewek itu sangat anti memoleskan make up di wajahnya. Menurut Alyssa, cantik yang sebenarnya itu tidak harus dilihat secara fisik, melainkan hati. Alyssa selalu mempercayai semua itu. Ah, intinya, Alyssa masih tak yakin jika cewek yang Elang tembak adalah dia.

Alyssa terkejut dan panik sendiri saat pintu kelasnya kembali terbuka. Dua orang teman kelasnya yang bernama Wahyu dan Robert baru hendak melangkah masuk, tapi mereka menghentikan langkah begitu melihat Alyssa dan Elang yang hanya berdua di ruang kelas, entah sejak kapan. Jelasnya, Wahyu dan Robert memilih kembali ke kelas setelah selesai makan daripada harus bertahan di kantin, tepat lima menit sebelum jam masuk berbunyi.

"Bales BBM, oke?"

Elang berbisik di telinga Alyssa. Cowok itu bangkit berdiri dan berjalan menghampiri dua teman sekelas Alyssa yang tampak bingung melihat senyuman Elang. Cowok itu melakukan high five dengan Wahyu dan Robert yang memasang wajah bingung, tapi menuruti Elang.

"Titip Alyssa, ya. Kalau ada yang macam-macam sams dia, lapor aja ke gue."

Alyssa tak bisa berkomentar apa-apa saat mendengar Elang berkata seperti itu kepada Wahyu dan Robert sebelum memutuskan untuk meninggalkan kelas Alyssa, entah menuju ke mana. Wahyu dan Robert masih diam, seperti dua orang linglung sampai akhirnya, Wahyu memecah keheningan dengan berkata sesuatu yang menggelitik perut Alyssa.

"Gue high five sama Elang. Itu berarti gue berhasil gabung ke The Bangsats, ya?"

Untuk informasi, The Bangsats adalah julukan dari para siswa SMAN 188 yang ditujukan untuk Elang dan kawan-kawan, yang memang bangsat dari segi manapun atau dengan kata lain, memiliki aura mendominasi yang tak dimiliki siswa lainnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top