- PROLOG -

KEPALA Rachel tertunduk lemas, ia dalam posisi berlutut dengan belasan tombak menembusi tubuhnya. Cairan krimson yang kental menetes dari mulutnya, rambutnya lepek menutupi wajah, pakainya lusuh ternodai warna merah.

Di sekelilingnya berdiri berbagai macam makhluk yang memasang posisi waspada, bahkan hanya pergerakan kecil dari jarinya karena kontraksi otot berhasil membuat satu tombak menusuknya lagi, kali ini tembus di kepalanya.

Langit di atas dipenuhi awan kelabu, diwarnai oleh ombak petir yang menggantikan cahaya matahari. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, terdapat tanah-tanah yang terbelah dua, meninggalkan bekas gosong dan percikan listrik. Di sekitarnya, tergeletak banyak mayat manusia maupun makhluk mengerikan.

Rachel, yang berada di ambang kesadaran, mendengar seseorang berbicara. Suaranya terdistorsi, setiap ejaan yang dikeluarkan terdengar seperti radio susah sinyal. Rachel sudah terbiasa, ia bisa menerjemahkan suara itu di luar kepala.

"Huft. Apa kali ini dia benar-benar mati?" tanya suara yang tinggi terdengar lelah.

"Belum, tapi dia sudah tidak bisa bertarung," jawab suara rendah bariton, dari nadanya Rachel bisa membayangkan bahwa makhluk itu kini tersenyum, "kemenangan ada di tangan kita.

"Aku membaca salah satu ingatan manusia, saat musuh tengah sekarat, mereka akan diberi kesempatan untuk mengucapkan kata-kata terakhirnya. Nah, Rachel. Apa kata-kata terakhirmu?"

Rachel bergeming, sudah tidak memiliki tenaga bahkan hanya untuk berkedip. Mata krimsonnya masih terbuka, tetapi tatapannya redup dan kosong.

"Tidak punya kata-kata terakhir, eh?" kekehnya setelah hening beberapa detik.

"Ka'maz, apakah kali ini kita menang?"

Menang ...? Makhluk-makhluk itu menang?

"Heh heh. Benar, ini kemenangan kita! Kemenangan Qhuts!"

Umat manusia berhasil dikalahkan oleh Qhuts? Sekumpulan alien yang suka menjarah planet orang?

Siapa pun ... tidak adakah manusia yang datang untuk menghentikan ini? Tidak satupun?

Apakah aku satu-satunya manusia yang bertahan? Apakah aku satu-satunya halangan yang tersisa?

Kalau begitu, apakah dunia ini sudah tidak memiliki harapan ...?

"Selamat tinggal, Rachel."

Slash!

Makhluk di belakang Rachel menebaskan tangannya yang berbentuk seperti mata pisau, setelah beberapa detik, kepala Rachel perlahan terpisah dari badannya menggelinding di tanah.

Awan kelabu yang memenuhi langit tiba-tiba pudar, suara petir yang bergemuruh ikut menghilang. Digantikan sinar matahari yang terik, tersenyum di langit biru dengan awan tipis.

Ka'maz diam sejenak sebelum mendongak ke langit, merasakan butiran air jatuh di wajahnya.

Hujan?

Matanya yang hanya berupa segaris cahaya merah menyipit tatkala butiran air yang jatuh berubah jadi gerimis kecil. Salah satu dari empat tangannya yang kekar terjulur dengan telapak menghadap atas, membiarkan air mengguyurnya.

Ketujuh makhluk lain ikut mendongak, ada yang tubuhnya melayang transparan, ada yang memiliki sayap, tubuhnya seukuran kelelawar, ada yang telinga dan buntutnya dipenuhi bulu, ada juga yang wujudnya cantik melebihi manusia, tetapi di kepalanya memiliki tanduk dan bola matanya berwarna hitam.

Semua makhluk itu memasang wajah tak suka ke arah langit, merasakan keberadaan sesuatu yang lebih kuat dari mereka.

"Ka'maz, ada sesuatu atas di sana."

"Aku tahu," ujar Ka'maz sebelum anak buahnya itu menyelesaikan kalimatnya, "ini belum berakhir. Heh. Ternyata planet ini sudah dihuni makhluk lain jauh sebelum kita datang. Arogan sekali mereka menyembunyikan keberadaannya sampai detik ini."

Setelah Ka'maz menyelesaikan kalimatnya, cahaya dari matahari secara tiba-tiba menjadi sangat terang, saking terangnya seakan cahaya itu menyentuh langsung permukaan bumi. Melahap, menyelimuti setiap sudut dunia.

Di dalam cahaya, tubuh Rachel mengambang di tengah udara kosong. Kondisinya tidak lebih baik, tetapi kepalanya masih terhubung dengan badannya.

"Rachel."

Menggema dalam kepalanya, Rachel mendengar suara ilusi memanggil namanya. Matanya dengan lemah terbuka, samar-samar melihat sosok berwujud seperti seorang wanita. Hanya berupa siluet, di belakang sosok itu terdapat kristal raksasa yang memancarkan cahaya. Kristal itu memantulkan warna mozaik akibat bias cahaya, sebuah cincin emas melingkarinya, berputar pelan secara diagonal.

Ruangan cahaya tempatnya berada ini terasa tenang dan hangat, rasa sakit yang Rachel rasakan juga segera mereda. Apa aku berada di surga? Rasa nyaman yang aneh ini membuat Rachel ingin berada di sini selamanya dan beristirahat dari perjalanan panjangnya.

"Rachel, kami akan memberimu satu kesempatan. Selamatkan lah dunia."

Haha. Aku baru saja gagal menyelamatkan dunia. Kau ingin aku gagal untuk yang kedua kali?

Aku hanya ingin beristirahat dari segalanya. Apakah masih belum cukup? Kenapa aku harus mengulang kembali perjalanan yang sia-sia?

Setelah sekian lama, akhirnya Rachel berani mengeluh. Selama ini ia merasa tidak pantas untuk mengeluh, tapi kali ini ia sudah mati, jadi tidak apa kan untuk mengeluh?

"Rachel, aku akan mengirimmu ke masa lalu dengan ingatan dari masa kini, tugasmu hanya satu, ubahlah nasib dunia."

Sosok itu mengulurkan sebelah tangannya ke arah Rachel, wajahnya yang gelap oleh bayangan tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Selendang yang melingkar di tangannya berkibar pelan.

Rachel menatap tangan yang ramping tapi tegas itu, ukurannya berkali-lipat lebih besar dari tangannya, ia sebenarnya tidak memercayai keberadaan Dewi, tetapi sosok di hadapannya ini bisa dibilang mendekati sosok Dewi yang ada dalam imajinasinya.

Heh. Kalau aku gagal lagi, apa aku akan dikirim ke masa lalu untuk yang kedua kali?

Tanpa sadar, tangan Rachel meraih uluran tangan itu. Rasanya hangat, terakhir kali ia merasakan kehangatan seperti ini saat dirinya masih berumur lima tahun.

Di hari ulang tahun ayahnya, Rachel dan ibunya diam-diam menyiapkan kue dan kejutan. Ketika ayahnya pulang, Rachel menembakkan party pooper dan menyanyikan lagu ulang tahun bersama ibunya. Ayahnya terkejut sampai menangis terharu, saat itu Rachel menjadi gadis yang paling bahagia sedunia, ia senang saat melihat orang-orang di sekitarnya bahagia.

Dengan kilasan memori yang terputar di kepalanya, pandangan Rachel kembali dimakan oleh kegelapan, kesadarannya perlahan-lahan hilang.

❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖

Ah, sakit sekali ....

Kepalaku ....

Rasa seperti dihantam palu dan ditusuk ribuan jarum menyerang kepala Rachel, ia sadar dirinya masih di dalam kegelapan alam mimpi, ia ingin bangun. Tapi, rasa sakit ini membuyarkan fokusnya, membuat isi kepala Rachel seakan mau meledak.

A-aku harus bangun!

Dengan sekuat tenaga, Rachel memberontak dalam mimpinya, berusaha menerobos tembok lucid dream dan mengirimkan sinyal ke otaknya untuk segera bangun!

Entah untuk berapa lama, Rachel yang bertarung akhirnya bisa membuka matanya di dunia nyata. Ia langsung duduk tegak, kedua tangannya mencengkeram selimut kuat-kuat. Rachel merasakan detak jantungnya memompa sangat cepat, dan tubuhnya dipenuhi oleh keringat dingin.

Sejenak, pandangannya disambut oleh kegelapan yang sama, membuat hati Rachel tercekat, sampai dirinya sadar bahwa ruangan ini hanya tidak diterangi lampu. Rachel memegangi kepalanya yang berdenyut, ingatan-ingatan lain ikut memenuhi benaknya.

Adegan saat Qhuts mengeksekusinya, adegan saat ia berada di ruangan misterius serba putih bersama sosok misterius yang menyerupai Dewi, juga ingatan-ingatan akan perjalanannya menyaksikan kehancuran dunia.

Aku kembali hidup ....

Rachel menggigit ujung bibirnya, tanpa sadar tangannya meraba leher yang sempat terpisah dari tubuhnya, ekspresinya menunjukkan teror dan kengerian.

Kenapa aku harus mengulangi kehidupan bagai neraka ini?

Ekor matanya kemudian menangkap keberadaan ponsel di lantai, terhubung dengan stopkontak dan earphone. Tanpa ragu, Rachel segera meraih ponselnya dan menyalakan layarnya, sebuah kunci pola dan wallpaper default terpampang, menunjukkan waktu dan tanggal hari ini.

06:00 pm.

12 May 20xx.

Mata Rachel melebar, melihat tanggal yang tidak pernah dilupakan olehnya. Tanggal yang mengubah hidupnya menjadi lebih buruk.

Haha ... aku benar-benar dikirim ke masa lalu. Terlebih satu jam sebelum semuanya dimulai ....

❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top