- 12 -

RACHEL dan Freya tiba di wilayah berkabut hitam tebal, aura misterius di bawah kaki mereka semakin terasa kuat, menggelitik, membuat kaki terasa kesemutan. Sama seperti sebelumnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini. Tidak ada burung yang terbang di langit, tidak ada anjing dan kucing yang berkeliaran di jalan, bahkan serangga yang biasanya bersuara pun senyap.

Jarak pandang mereka tidak lebih dari sepuluh meter, sinar matahari di langit kesulitan untuk menerobos masuk, membuat pencahayaannya redup. Rachel memandu di depan, sesekali menengok kanan atau kiri, antisipasi jika ada sesuatu yang tertangkap pengelihatan atau pendengarannya.

Freya mengekor di dekatnya, terlihat sangat tenang, ikut mengobservasi sekitar dengan iris emeraldnya. Sebenarnya, Freya ketakutan setengah mati, tetapi ia memanipulasi emosinya sampai benar-benar hilang. Dengan begini, mental Freya tidak akan goyah dan mengacaukan misi. Tetapi, Freya tidak boleh terlalu lama dalam kondisi ini, karena emosinya bisa hilang sepenuhnya yang akan menyebabkan hilang kendali dan bertransformasi.

Rachel mengingatkan agar Freya tidak menggunakan kekuatannya lebih dari tiga puluh menit.

Jika semuanya berjalan lancar, rencana mereka dapat diselesaikan selama kurang dari tiga puluh menit. Berhasil tidak berhasil, Freya tetap akan menonaktifkan kekuatannya setelah tiga puluh menit.

Jalan raya daerah ini dipenuhi mobil yang berjejer, nampaknya terjebak macet saat hujan asteroid terjadi. Beberapa pengendaranya memilih untuk meninggalkan mobil, beberapa lagi bernasib malang tertimpa meteor. Freya menatap mobil yang penyok dengan seorang pria masih terjebak di kursi pengemudi.

Dari luar, Freya bisa melihat pinggul pria itu terputus dari tubuh bagian atasnya, darah mengering membanjiri tubuhnya, menempel pada jok dan pakaiannya. Terjebak selama 24 jam di mobil, tubuh pria itu menjadi sangat kaku, kulitnya memutih pucat dan mengalami pembengkakan. Anehnya, tidak tercium bau bangkai sama-sekali, lalat pun tidak ada.

Mayat pria itu bukan satu-satunya, di sekitar masih banyak tergeletak tubuh tak bernyawa dengan berbagai macam kondisi. Semuanya mati mengenaskan. Tapi, tidak ada satu pun dari mayat-mayat itu yang mengeluarkan bau busuk, seakan mereka tidak mengalami degradasi.

Kabut hitam ini mengubah kondisi lingkungan? Membuat mayat tidak mengalami pembusukan? Atau indera kami yang dimanipulasi?

Freya menerka. Sejak awal, tidak ada hewan yang berani berkeliaran dalam kota ini, seakan tempat ini tidak layak huni, membuatnya menjadi kota mati.

Saat pandangannya masih fokus pada mayat yang bergeletakan, Rachel tiba-tiba berhenti melangkah membuat Freya menabrak punggungnya. Freya membuka mulut hendak protes, tapi, ia melihat Rachel tengah mendongak ke atas. Iris krimsonnya menyusut, seakan baru melihat penampakan hantu. Rasa penasaran Freya timbul, spontan ikut mendongak.

Sepuluh meter di atas kepala mereka, terlihat puluhan sosok manusia berposisi seperti menggantung di udara. Tubuhnya transparan dengan kepala yang terkulai lemas, matanya terbuka menatap ke arah Freya dan Rachel. Penampakan mereka sama persis seperti kondisi mayat yang bergelimpangan di sekitar, ada yang pinggul dan perutnya terpisah, ada yang seluruh tubuhnya hangus terbakar, ada yang kepalanya hancur, dan masih banyak lagi.

"Oh Tuhan ...."

Meski kenyataannya ia tidak merasakan apa pun, Freya tetap menganggap keanehan yang dilihatnya saat ini begitu mengerikan dan gila. Dirinya yakin, jika ia menonaktifkan kekuatannya sekarang, Freya akan pingsan atau merasakan mual dan dan muntah.

"Tetaplah berada di dekatku." Rachel menengok Freya memberi peringatan, ekspresinya serius. "Persiapkan talisman-mu, jangan lengah. Aku belum bisa mengkonfirmasi bahaya yang disebabkannya, tapi kabut ini bukanlah kabut biasa."

Freya mengangguk, keduanya berjalan mengikuti arah mobil-mobil itu menghadap. Semakin jauh mereka berjalan, semakin tebal kabut hitam di sekitar. Sekarang jarak pandang mereka hanya lima sampai tujuh meter, membuat pencahayaannya memburuk seperti pada pukul lima di pagi buta.

Setelah beberapa menit berjalan, Rachel dan Freya melihat ada perempatan besar di tengah kota. Banyak zebra cross dari berbagai arah, gedung-gedung tinggi terhalang oleh kabut hitam, papan iklan terbelah dua karena jatuh. Di bagian kanan, mereka melihat pintu menuju stasiun bawah tanah.

Uhh ... mengapa aku tiba-tiba mengantuk?

Freya merasakan kelopak matanya menjadi berat, pikirannya seakan dibuat melayang di atas awan.

"Fure, bangun!" Rachel menepuk bahu Freya membuat wanita itu tersentak sadar.

"Apa itu barusan?" tanya Freya mengernyit, ulah kabut ini? Tapi, kenapa tidak berefek di awal dan baru ampuh sekarang?

Sebelum merespons, sekelebat angin tiba-tiba melesat di samping wajah Rachel. Sangat cepat, membuat Rachel dan Freya baru bereaksi setelah sepersekian detik.

"Rachie pipimu ...," gumam Freya pelan, ia melihat segores luka tipis di wajah kanan Rachel.

Rachel menyentuh pipinya, merasakan sebuah cairan menempel di tangannya. Detik itu juga, insting Stellar Rachel berseru-seru menandakan adanya bahaya mendatang.

Insting Stellarku baru terpicu setelah pipiku terluka ... mereka ahli dalam penyergapan ....

Rachel sadar, mereka baru saja memasuki teritori musuh!

◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖

Ravenswood tenggelam dalam tanah, hanya menampakkan sepasang mata kuning yang menyala, mengintai dalam bayangannya. Di sebuah bangunan kosong dari kejauhan, ia mengamati gedung kampus yang diselimuti bayangan, membuatnya terlihat seperti kastel kegelapan yang akan menguasai malam.

Banyak makhluk kegelapan berkeliaran di sekitarnya, tubuhnya dilapisi jubah ungu gelap, tangannya berupa tulang, terjulur ke depan seakan hendak meraih punggung seseorang. Tubuh bagian bawahnya bukan kaki, melainkan asap yang mengerucut seperti ekor, mereka bergerak halus melayang di atas tanah.

Undead ....

Rachel bilang anggota Qhuts terdiri dari berbagai macam ras, dan berasal dari berbagai macam galaksi, bahkan dimensi. Dalam dimensi bayangan, undead merupakan penghuni terbanyak di sana. Meski mereka memiliki IQ rendah, Ravenswood tidak heran jika Qhuts-- terutama Vrolh, The Commander--menjadikan undead sebagai pasukannya.

Undead bisa dibangkitkan berkali-kali!

"Sudah kubilang membawa wanita itu akan merepotkan! Aku benci Clairvoyant! Bicara seakan tahu segalanya."

Sepasang mata muncul di samping Ravenswood, menunjukkan kekesalannya dengan ekspresif. Sejak awal, Nox merasa Rachel akan mengetahui keberadaannya. Tapi, Nox tidak menyangka secepat ini, bahkan ia belum melakukan apa pun! Sekarang, Rachel akan mengawasi pergerakannya, membuat Nox semakin terpojok.

"Clairvoyant? Itu hanya alasan yang dibuatnya."

Ravenswood menepis ucapan Nox, membuat parasit bayangan itu membalas, "Oh, kau punya penjelasan yang lebih baik?"

Ravenswood tidak menjawab. Ia merasa Rachel memberikan separuh informasi saja, hanya menunjukkan permukaannya dan menyembunyikan kedalaman asli bongkahan esnya. Tapi Nox benar, ia tidak punya penjelasan yang lebih baik soal siapa sebenarnya Rachel, bagaimana caranya ia memiliki informasi krusial di hari pertama hujan meteorit terjadi?

"Heh, sudah kuduga." Nox mencemooh. "Aku yakin para Qhuts telah menyadari kejanggalannya. Kalau kau tidak ingin terlibat dalam konflik, sebaiknya kau segera pergi."

"Kau tidak ingin berada di dekatnya?"

"Ck, tentu saja aku tidak ingin berada di dekatnya! Aku tidak ingin mati mengenaskan di tangannya."

"Dia waspada terhadapmu, kenapa kau malah takut?"

"Waspada terhadapku? Heh, kau salah paham. Dia tahu keadaanku pasif, kenapa dia harus waspada terhadapku? Seharusnya dia waspada terhadapmu dan Fleur! Kalian makhluk bumi sangat mudah untuk dimanipulasi."

Ravenswood melirik Nox sejenak, hendak menyanggah tetapi makhluk itu menyatakan fakta, ia menggeleng sambil menghela napas, tidak berkomentar lebih lanjut. Ravenswood dalam bayangannya bergerak senyap, mendekati bangunan kampus yang berdiri di tengah jalan raya kota.

Sangat berhati-hati, Ravenswood menjaga jarak dari undead yang berada di dekatnya, mencegah mereka mendeteksi kehadirannya. Tiba di samping bangunan, Ravenswood menengok kanan dan kiri sebelum keluar dari bayangannya, ia melompat masuk melalui jendela yang bolong, berdiri dalam ruang kelas lalu mengedarkan pandangannya, Ravenswood melihat meja-meja kayu yang berantakan, sebagian kursi tergeletak, sebagian lagi bergeser jauh dari tempatnya, kertas yang menempel di mading berserakan di lantai, tembok dan atapnya hancur, menghasilkan berlapis-lapis puing.

Ia baru sadar bahwa bangunan ini sebagian besarnya sudah hancur, tapi dari luar kelihatan masih utuh karena bayangan yang menyelimutinya. Tembok yang roboh ditambal oleh bayangan, atap yang bolong juga sama. Ravenswood berjalan memasuki koridor, ujung kanan dan kirinya sudah tidak bisa diakses karena terhalang reruntuhan, sedangkan ruangan kelas lain keadaannya tidak berbeda jauh.

Ravenswood berdiri di tengah koridor, dari bawah kakinya keluar tikus-tikus bayangan bermata merah, dengan senyap berlarian memencar ke segala arah, segera hilang dari pandangan.

Rachel bilang Andromeda tidak memiliki lebih dari sepuluh anggota, salah satu anggotanya punya puluhan pasukan undead yang dipanggil lewat portal. Saat ini, fokus Andromeda adalah menyerap kekuatan Fleur Melbourne dengan quasar. Selama proses penyerapan, tidak boleh ada gangguan apa pun, sehingga mereka memperkuat pertahanan dan memperbanyak jebakan. Ravenswood mengambil momentum ini untuk menggagalkan rencana mereka, ia hanya punya satu kesempatan.

Di sisi lain, seekor tikus bayangan berlari dalam ventilasi lantai tiga. Kaki mungilnya berhenti melangkah untuk mengintip dari celah plafon ventilasi. Terlihat sebuah pintu ruangan yang dijaga oleh dua undead, Tikus Bayangan itu memerhatikannya sejenak, mata merahnya berkedip sambil memiringkan kepalanya, kemudian ia lanjut melangkah menuju ke dalam ruangan itu.

Tiba di dalam, Tikus Bayangan itu keluar dari pipa ventilasi. Di pojok ruangan, Tikus Bayangan itu berdiri dengan dua kaki belakangnya, hidung dan kumisnya bergerak sembari kepalanya menengok kanan dan kiri.

Sebuah kantin yang luas dan berantakan, meja-meja terbelah dua tertimpa puing, atap dan lantainya bolong-bolong, nyaris tidak bisa diakses. Sebelum Tikus Bayangan melanjutkan observasinya, tiba-tiba ada bayangan raksasa dari belakangnya, membuatnya spontan menoleh.

Sebuah sepatu yang terbuat dari bayangan, sudah berada di depan wajah si tikus. Tidak sempat beraksi, sepatu itu langsung menginjaknya, membuat tubuh tikus itu pecah seperti balon. Orang yang menginjaknya kembali mengangkat kakinya, wujudnya seperti manusia yang dilapisi jubah penyihir. Bedanya, tubuh dan pakaiannya murni terbuat dari bayangan hitam yang berkobar seperti api.

Ia mendongak setelah memastikan kematian si tikus, wajahnya rata, seperti tengah memakai topeng. Ia baru saja melacak di mana orang yang mengirim tikus itu, meski tidak memiliki mata, wajahnya menghadap ke arah pintu seakan menunggu seseorang dari baliknya masuk.

Tak lama, pintu menuju kantin terbuka perlahan, makhluk berwajah rata itu tidak menginterupsi saat seseorang melangkah masuk. Seorang manusia, dengan rambut hitam dan mata kuning, memakai pakaian kantoran. Manusia itu perlahan mendekatinya dan menatapnya dingin.

Makhluk berwajah rata itu menaikkan sedikit dagunnya, seakan menyambut kedatangan Ravenswood dengan senyum lebar. Ia sedikit bersemangat, karena Stellar di planet ini sangat kuat, makhluk berwajah rata itu mengharapkan pertarungan yang sengit.

◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top