- 08 -

DARI atas gedung, Rachel berlutut sebelah kaki, menatap kekacauan di bawahnya sambil tersenyum tipis. Di pinggir teluk, ia melihat ada gurita air raksasa yang mengamuk, seluruh tentakelnya bergerak menyapu apa pun yang ada dalam jangkauannya.

Mobil yang berserakan penyok dan hancur, halte kecil yang berjejer di pinggiran lenyap, pagar beton pembatas dan aspal yang melapisi parkiran remuk-remuk, seakan tempat itu baru saja dibombardir oleh misil pesawat tempur.

Pengendalinya sudah hilang kendali, tubuhnya membengkak berisi air, warna matanya berubah menjadi vantahitam, ia hanya berdiri dengan tatapan kosong di depan gurita raksasanya, membuat para Qhuts kesulitan menerobos pertahanan tentakel itu.

Sedangkan Qhuts lain menghadapi dua orang pemuda yang tersisa, salah satunya bisa mengendalikan benang merah transparan, ia adalah lelaki yang disebut Freya di kehidupan sebelumnya.

Collin, seorang Stellar dengan kekuatan Red String, ia selamat dari pembantaian pasukan Bharzea, tetapi tidak bertahan lama karena bertransformasi dan hilang kendali.

Di sini, Collin sudah memiliki tanda-tanda hilang kendali, emosinya tidak stabil, menatap Bharzea dengan dahi mengkerut, rahangnya mengeras menampilkan jejeran gigi, kedua tangannya mencakar aspal, seakan tengah bertarung dengan iblis di dalam tubuhnya.

Benang merah yang seharusnya melukai musuh, malah melukai dirinya sendiri, membuat beberapa kulit di tubuhnya robek. Collin berusaha keras mencegah dirinya dari hilang kendali, tetapi emosinya yang membeludak lebih mendominasi.

Rachel penasaran apa yang membuat Collin menjadi seperti itu, ia menengok ke arah Bharzea dan menemukan jawabannya.

Seorang gadis bertubuh ular, tergeletak di depan Bharzea, kepalanya terpisah dari badan, menggantung di tangan Qhuts yang menyeringai puas, darah segar menetes dari lehernya yang buntung.

Medusa ... Benak Rachel menggumamkan nama kekuatannya. Pemandangan itu sedikit men-trigger ingatan Rachel, membuatnya tanpa sadar memegangi lehernya sendiri. Tetapi, pikirannya segera dialihkan.

Uh, jadi ... Collin kehilangan gadis yang disukainya--atau setidaknya teman dekatnya. Hal itu membuat emosinya meledak dan tidak stabil.

Bagi seorang Stellar, memiliki mental dan emosi yang stabil adalah kunci untuk bertahan hidup. Karena kekuatan asing yang berada dalam tubuh Stellar, selain memberi kemampuan manusia super, ia juga memberi kekacauan dan kegilaan pada pemiliknya.

Itu adalah respons dari jiwa manusia, saat benda asing berusaha memasuki jiwanya, secara otomatis ia akan memberontak, memberi peringatan pada pemiliknya.

Hal itu menyebabkan Stellar sangat mudah untuk bertransformasi dan hilang kendali. Dalam situasi ini, tidak ada yang bisa menolongnya kecuali dirinya sendiri. Hanya dengan mental dan pendirian yang kuat barulah ia bisa bertahan selama mungkin.

Malang sekali ... Kalau Freya tidak kelelahan, mungkin Collin masih bisa diselamatkan ....

Rachel memejamkan matanya menghela napas pendek, kemudian tatapannya beralih pada lelaki di samping Collin, aura jahat yang dirasakannya berasal dari lelaki itu. Siapa dia? Aku merasa familiar dengan aura yang dikeluarkannya, tapi aku tidak pernah bertemu dengannya di kehidupan sebelumnya ... kecuali kalau ingatanku diganti, rasa familiarku juga mendukung hal itu.

Tapi hal ini akan memunculkan masalah baru. Kalaupun aku lupa dengannya, dia juga tidak akan ingat denganku di kehidupan ini, lalu apa gunanya kalau kita sama-sama lupa? Dia memiliki cara untuk membangkitkan ingatannya di kehidupan ini?

Uh, mustahil ... Untuk membangkitkan ingatannya di kehidupan ini, dia harus tahu dulu keberadaan "Sosok Itu". Sedangkan aku yakin, tidak ada siapa pun yang mengetahui keberadaan "Sosok Itu", bahkan Ka'maz dan anak buahnya baru menyadari keberadaannya di detik terakhir.

Lagipula, kalau "Dia" mengirimku ke masa lalu tanpa menunjukkan wujud-"Nya", aku dan Ka'maz tidak akan sadar kalau "Dia" ada.

Mungkin, yang akan kuingat hanyalah :

Aku mati dibunuh oleh Ka'maz dan pasukannya, lalu ada cahaya putih yang menyelimutiku dan mengirimku kembali ke masa lalu ....

Pikiran Rachel berhenti setelah menemui jalan buntu, ia kekurangan petunjuk, membuatnya mau tak mau mengesampingkan masala ini, kembali fokus pada keadaan sekarang.

Rachel menatap sulur hitam yang keluar dari bayangan dan punggung lelaki itu. Kedua tangannya berada dalam saku celana, terlihat tenang, tatapan dinginnya tidak lepas dari Bharzea dan pasukannya, dengan senyuman tipis di wajahnya, lelaki itu terlihat seperti predator yang mengunci keberadaan mangsanya.

Sulur hitamnya memiliki ujung yang runcing, menusuk seperti tombak ke tempat para Qhuts berdiri, dengan cekatan mereka melompat menghindar, membuat tombak bayangan itu berakhir menghancurkan aspal.

Shadow Lancer ... Shadow ... Rachel menggumamkan nama kekuatan yang dimiliki lelaki itu, terdiam selama dua detik. Kemudian ia bangkit berdiri, kedua tangannya direntangkan ke samping, telapaknya yang menghadap ke atas terbuka.

Percikan listrik muncul di kedua telapaknya, membentuk bola energi berwarna putih kebiruan. Dengan gerakan seperti melempar bisbol, ia menembakkan bola-bola listriknya ke arah Bharzea.

Bzzt! Bzzt! Bzzt!

Bola-bola listrik itu menghantam tanah dan buyar, entah sejak kapan Bharzea sudah menghilang dari tempatnya berdiri. Collin terduduk sambil mengerang kesakitan, memegangi kepalanya yang seakan mau meledak.

Beberapa Qhuts masih menghadapi gurita air, beberapa menjaga jarak dari tombak bayangan, sambil melemparkan bola-bola hitamnya.

Serangan lelaki di samping Collin berhenti, ia berputar setengah badan menengok ke belakang, mata kuningnya yang gelap langsung mengunci keberadaan Rachel, tatapannya terlihat kosong, namun memancarkan aura kegilaan.

Apa-apaan itu? Kondisinya sangat aneh, matanya kosong tapi memendam kegilaan, emosinya tidak stabil tapi disaat bersamaan jiwanya kosong ..., Rachel menatap balik lelaki itu tanpa merubah ekspresinya.

"Zikeon?" celetuk Bharzea dengan dahi mengkerut. "Tidak, jiwamu berbeda darinya. Siapa kau? Apa yang terjadi pada Zikeon?"

Rachel melirik Bharzea yang menatapnya bingung, hatinya terhibur, dalam kehidupan sebelumnya ia tidak pernah melihat Qhuts ini melunturkan kearoganannya, Rachel terkekeh, "Zikeon? Ya, akulah yang menyambut kedatangannya ke bumi. Baik sekali dia mau memberi kekuatannya padaku sebagai hadiah perpisahan. Kau juga mau memberi kekuatanmu? Hm, tapi aku tidak membutuhkannya ... Oh, bagaimana kalau kau menjadi anak buahku saja?"

Ha? Otot wajah Bharzea berkedut, ekspresinya menggelap. Tanpa aba-aba, tubuhnya kembali menghilang, muncul di belakang Rachel. Tangannya hendak menusuk jantung Rachel, tapi yang ia dapati hanyalah udara kosong.

Rachel sudah merubah tubuhnya menjadi listrik, merambat ke tanah dan muncul di samping Collin, telapaknya langsung menggenggam wajah lelaki itu seperti memegang bola basket. Detik berikutnya, suara statis listrik terdengar membuat tubuhnya mengejang selama tiga detik, saat erangannya berhenti, tubuh Collin tumbang tak bernyawa dengan mata melotot. Ia baru saja terkena serangan jantung!

"Kau Ravenswood?" tanya Rachel melirik Ravenswood, lelaki itu menatapnya sejenak, lalu mengangguk sekali. Tatapannya tetap dingin, tapi tidak kosong seperti tadi, warna kuning di matanya menjadi lebih terang. Rachel menyadari perubahan itu, tapi tidak punya waktu untuk bertanya, ia pun melanjutkan, "Bantu aku mengunci pergerakan para Qhuts, cara barusan sangat efektif untuk membunuh mereka."

Rachel melirik ke tubuh Collin di sampingnya. Ravenswood ikut menatap Collin tanpa memberikan respons apa pun, tapi Rachel tahu kalau lelaki itu mengerti ucapannya.

"Oh, satu lagi. Saat aku membuka kesempatan, jangan ragu untuk menyerang dengan kekuatan penuh."

Ravenswood baru membuka mulut saat Bharzea dari atas gedung sudah melempari bola-bola hitamnya, Ravenswood segera membangun dinding bayangan untuk menahan serangan itu.

Bam! Bam! Bam!

Tak diberi jeda, Qhuts yang lain berdatangan mengerumuni Rachel dan Ravenswood, mereka baru saja menghentikan amukan gurita air, pemiliknya terkapar tak bernyawa. Ravenswood menurunkan dinding bayangannya, memperlihatkan Bharzea sudah turun dari atap gedung berdiri lima meter dari mereka.

Awan petir sangat cocok dalam situasi seperti ini, sayangnya aku tidak memiliki cukup energi untuk memanggilnya ... Rachel menghela napas pendek, setelah pertempuran ini, ia memerlukan istirahat panjang untuk memulihkan energi Stellar-nya.

"Makhluk rendahan arogan." Bharzea berkacak sebelah pinggang, matanya menatap Rachel jengkel, anak buahnya tidak ada yang bergerak sebelum mendapat perintah, mengepung dua manusia yang tersisa. "Kau ingin menjadikanku anak buahmu? Heh. Terlihat seperti sebaliknya."

Rachel terkekeh, "Zikeon juga berpikir seperti itu. Dan dia berakhir mati di tanganku."

Bharzea terdiam sejenak, sebelum menarik ujung bibirnya ke atas seakan baru mendapat sebuah hidayah, kemudian ia membalas, "Provokasimu sangat buruk."

"Haha, aku kekurangan inspirasi." Soalnya aku terbiasa menjadi anak baik dan pendiam, Rachel menambahkan dalam hati, menertawakan dirinya sendiri.

Keduanya terdiam selama dua detik, lalu nyaris bersamaan bergerak dan beradu serangan. Anak buah Bharzea menyerbu Rachel dan Ravenswood, dengan cakarnya hendak menusuk bagian vital mereka, tetapi bayangan hitam segera tumbuh dari tanah, membentuk tangan dan menggenggam tubuh Qhuts itu. Sebagian berhasil menghindar, tetapi ada tiga terjerat di depan Rachel.

Tanpa menunda kesempatan, kedua tangannya terangkat menyentuh wajah mereka. Suara statis listrik terdengar samar membuat tubuh Qhuts itu kejang-kejang, sebelum terkulai lemas dengan mata melotot.

Mereka terkena serangan jantung!

Lapisan kulit bagai porselen milik Bharzea dan anak buahnya sangatlah kuat bagai baja, ledakan bom sekalipun tidak cukup untuk menggoresnya. Tetapi, aliran listrik Rachel bisa merambat ke dalam tubuh mereka dan menyerang bagian vitalnya untuk menyebabkan serangan jantung.

Sebenarnya, Ravenswood juga bisa menusuk mata atau mulut untuk menembus pertahanan kulitnya, tetapi Bharzea dan anak buahnya sangat tahu kelemahannya, mereka akan selalu melindungi bagian wajahnya ....

Melihat Rachel bisa membunuh mereka dengan sekali serang, tentu Bharzea dan anak buahnya semakin berhati-hati, memilih untuk menyerang jarak jauh dengan bola-bola hitamnya. Mereka terlihat tenang, tidak terburu-buru, membuat Rachel sadar kalau qhuts-qhuts itu tengah mengulur waktu.

Mereka sudah mengirim sinyal pada pasukan lain?

Para Qhuts itu juga sadar kalau Rachel dan Ravenswood mulai kehabisan energi, jadi mereka tidak perlu membahayakan diri dengan serangan jarak dekat.

Rachel menggertakkan gigi, berpindah ke hadapan Bharzea, tubuh Qhuts itu diselimuti aura berwarna kuning membuat gerakannya melambat dan telat untuk menghindar. Rachel mengepal tangan kananya yang diselimuti sarung tinju listrik, hendak menghantam perut Bharzea.

Bzzt!

Tetapi, Qhuts itu berhasil menahan tinju Rachel dengan telapaknya, listrik yang menyelimuti kepalannya tiba-tiba buyar. Rachel melebarkan mata, mendongak menatap Bharzea yang tersenyum miring ke arahnya.

Tangan kanan Bharzea yang kosong meraih Rachel dan mencekiknya di udara. Rachel mencengkeram lengan Bharzea berusaha mengalirkan listriknya, tetapi listriknya kembali buyar sia-sia. Bharzea melihat ekspresi tak percaya dan bingung Rachel, membuatnya tertawa lepas.

"Kau pikir aku takut dengan kekuatanmu itu? Kau pikir aku tidak memiliki pertahanan terhadap listrikmu?

"Provokasimu itu mengungkap kelemahanmu. Aku bisa menebak kalau kau belum pulih dari pertarunganmu melawan Zikeon, tapi kau sengaja memberitahu bahwa kau seorang Pulsar.

"Jelas sekali kau berusaha menekanku, jadi aku pura-pura termakan untuk memancingmu menyerangku. Yang kau tidak tahu adalah; aku bisa menetralkan kekuatanmu. Dan kau berhasil masuk dalam jebakanku."

Senyuman Bharzea berubah menjadi seringaian, puas melihat musuhnya memberikan tatapan horor dan putus asa seperti mangsa yang terjerat cakar predator.

❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top