- 01 -
SELAMA lima menit, Rachel hanya duduk di kasurnya, tangannya menyentuh dagu berpikir.
Aku yakin telah mati dalam pertempuran melawan Qhuts, bertemu sosok misterius lalu dikirim kembali ke masa lalu untuk mengubah takdir.
Siapa--atau, apa sebenarnya sosok itu?
Kenapa "Dia" ingin aku merubah masa depan? Apakah kemenangan umat manusia memberi "Dia" semacam keuntungan?
Kenapa "Dia" sangat yakin kalau aku bisa merubah masa depan? Apa "Dia" bisa melihat masa depan baruku?
Di awal percakapan, "Dia" sempat menyebutkan kami, siapa "Kami" yang dimaksud? Apakah ada sosok lain seperti "Dia" di atas sana?
Rachel memijat keningnya yang mengkerut, meski sudah mengalami banyak hal, ini tetap pertama kalinya ia bangkit dari kematian dan kembali ke masa lalu, ini juga pertama kalinya ia mengetahui keberadaan sosok misterius itu.
Dengan enggan, Rachel menyibak selimutnya dan bangkit dari kasur, ia akan pergi ke minimarket, di kehidupan sebelumnya, Rachel ingat ia pergi ke minimarket untuk membeli makanan cepat saji.
Kali ini juga sama, bedanya Rachel hanya akan membeli makanan ringan. Karena di kehidupan sebelumnya, kekacauan menghampiri sebelum Rachel sempat menyantap makanan cepat sajinya.
Setidaknya aku ingin perutku terisi ....
Pulang dari minimarket, Rachel berjalan di trotoar sambil mengunyah roti, sebelah tangannya memegang kantung plastik berisi jajanan yang dibelinya. Ia tidak berniat langsung kembali ke apartemennya, melainkan menuju salah satu dataran tertinggi di daerahnya.
Cahaya dari lampu berjejer di trotoar menerangi para pejalan kaki, di sepanjang trotoar terpasang pagar besi yang memisahkan jalanan dan sungai. Airnya mengalir tenang dan stabil, berwarna biru gelap memantulkan cahaya rembulan.
Trotoar malam ini terasa lebih ramai dari biasanya, karena sejak beberapa hari lalu, media internet dipenuhi berita soal hujan asteroid, waktunya tepat jam tujuh malam ini. Banyak orang yang ingin melihatnya bersama kekasih tercinta, teman, atau keluarganya, mereka mencari tempat seperti taman atau atap rumah untuk menonton bersama.
Tidak ada yang tahu kalau hujan asteroid itu akan menjadi bencana yang akan mengubah takdir dunia. Dari tujuh miliar manusia yang hidup di dunia ini, hanya Rachel satu-satunya yang tahu akan nasib dunia.
"Hey, lihat! Cahaya apa itu di permukaan sungai?"
Rachel menengok ke arah sungai setelah mendengar salah satu pejalan kaki berbicara sambil menunjuk ke arah sungai.
Rachel melebarkan mata melihat munculnya bintik-bintik cahaya berwarna oranye di sungai, itu bukan berasal dari dalam sungai, melainkan pantulan dari atas langit!
Saat itu juga, Rachel dan pejalan kaki di sekitarnya merasakan empasan angin dari atas, diikuti suara dentuman yang terdengar kencang tapi sangat jauh, sekilas, langit menjadi sangat terang.
Rachel spontan mendongak ke atas, bersama para pejalan kaki lainnya, melihat ratusan bebatuan asteroid dan ribuan meteorit yang diselimuti api tengah melesat jatuh ke bumi!
Pupil mata Rachel menyusut, para pejalan kaki di sekitarnya memasang ekspresi serupa.
"Apa-apaan itu ...?"
"I-itu meteor, kan?"
"Me-meteor itu akan menghantam bumi!"
"Bagaimana mungkin?!"
"Oh Tuhan ...."
Rachel mendengar orang-orang di sekitarnya bergumam tak percaya, ia segera mengeluarkan ponsel dari sakunya, dan melihat waktu yang terpampang.
06:38 pm.
Ini diluar rencananya juga! Seharusnya masih ada setengah jam lagi sebelum asteroid itu tiba. Tapi kenapa ....
Rachel menggertakkan gigi, dalam hati memantapkan diri. Ia tidak bisa lari karena sudah diseret ke sini, ia juga tidak mau mengulang takdir yang sama. Maka dari itu, Rachel akan menerima tantangan ini dengan bermain di pinggir jurang, mari kita lihat apakah takdir yang akan mendorongku jatuh ke jurang atau aku yang menjatuhkan diri terlebih dahulu?
Dengan lantang Rachel berseru, "Semuanya lari! Sebisa mungkin cari tempat terbuka yang jauh dari bangunan dan lokasi asteroid dan meteorit jatuh!"
Mendengar seruan itu, orang-orang tersentak sadar dari lamunannya. Seorang lelaki segera menarik lengan kekasihnya pergi dari sana, dua perempuan berpegangan tangan erat ketakutan, ikut berlari entah ke mana. Sisanya ada yang berlari ke arah taman luas, ada juga yang mencari lapangan terbuka.
Rachel tidak bisa menjamin keselamatan mereka, ia juga tidak tahu apakah di kehidupan sebelumnya mereka selamat atau tidak. Setidaknya, Rachel berhasil memberikan arahan singkat yang akan meningkatkan peluang keselamatan mereka, untuk saat ini hal itu sudah cukup.
Sekarang, huft. Rachel menatap ke langit dengan serius, bukan ke arah hujan asteroid yang sudah setengah jalan menuju permukaan bumi, melainkan pada bintang-bintang di langit. Dari tampilannya, memang bintang-bintang itu terlihat sama seperti bintang pada umumnya, tapi tidak. Setelah suara dentuman dan munculnya cahaya yang menyelimuti langit, bintang-bintang itu ikut berubah.
Mata Rachel memindai jutaan bintang yang berkelap-kelip, berlomba dengan asteroid yang tidak mengurangi kecepatannya sama-sekali, ia mencari bintang miliknya.
Ketemu!
Insting Rachel berseru, melihat salah satu bintang yang bersinar paling terang saat ditatap olehnya. Tangan kirinya terjulur seakan hendak meraih bintang itu, dalam hati ia menyebut keinginannya untuk mendapat kekuatan demi merubah masa depan dunia.
Sinar bintang itu memberikan reaksi, cahayanya mulai berkelap-kelip tak wajar, bersamaan dengan kepala Rachel yang diserang rasa sakit luar biasa. Seluruh emosinya meledak tak terkendali, berusaha mengambil alih tubuhnya, tapi Rachel masih bisa bertahan.
"Kemarilah!" geram Rachel mengeraskan rahang.
Rachel mulai merasakan adanya kekuatan yang mengalir ke tubuhnya, energinya berpusat di jantung. Tapi, kali ini tubuhnya serasa seperti disengat listrik ratusan volt, permukaan kulit tangan, kaki, dan wajahnya mengelupas, menampilkan daging. Selama proses, Rachel hanya bisa mengerang sambil mempertahankan kesadarannya, karena sedikit saja ia menyerah, maka kesadarannya tidak akan pernah kembali, dan tubuhnya akan bertransformasi menjadi monster.
Barulah setelah sekian detik yang terasa sangat lama, rasa sakit itu berhenti seketika, badannya dipenuhi asap yang menguap dari luka-luka itu, menyembuhkannya dengan cepat. Tubuh Rachel sempoyongan ke depan, tangannya segera menggenggam pagar besi, mencegah dirinya jatuh.
Dengan napas terengah-engah, Rachel berusaha mendongak ke langit, melihat ke arah bintang miliknya yang masih berkelip-kelip tak wajar. Tetapi, cahayanya mulai meredup, dan dalam hitungan detik, bintang itu menghilang sepenuhnya.
Huft. Rachel menghela napas lega, ia berhasil melewati masa paling kritis. Meski ini bukan yang pertama kali, proses ini tetap menyakitkan dan nyaris membuatku hilang kendali ... jika di kehidupan sebelumnya aku mengambil kekuatan dengan cara ini, tidak salah lagi aku akan kehilangan kendali dan bertransformasi menjadi monster ....
Rachel mengangkat tangan kanannya, masih tersangkut oleh plastik jajanan yang robek-robek dengan bekas gosong, ia bisa melihat telapaknya mengeluarkan percikan listrik. Saat itu juga, ratusan meteor berdiameter 50-100cm tengah menuju ke arahnya, manusia biasa tidak akan mampu bereaksi dan mengambil tindakan tepat waktu, tapi Rachel sudah bukan manusia biasa, ia sudah mendapat kekuatan Stellarnya.
Satu meter sebelum meteor itu menyentuh tanah, tubuh Rachel bergerak sangat cepat, saking cepatnya sampai meninggalkan bayangan di tempat.
Bum! Bum! Bum!
Dentuman dan ledakan terdengar sahut menyahut, diiringi teriakan dari orang-orang yang berlarian panik menyelamatkan diri. Rachel juga lari sejauh mungkin, menghindari asteroid paling besar berdiameter 100 meter.
Saat asteroid itu menghantam bumi, terdengar suara dentuman yang keras, disusul cahaya terang membutakan mata, menimbulkan gelombang ledakan yang dalam hitungan detik berhasil meratakan satu kota.
Asap membentuk jamur menutupi langit, suhu udara malam yang seharusnya dingin secara tiba-tiba naik drastis.
Di kejauhan, di bukit yang tinggi, Rachel menemukan tempat yang tidak terlalu terjamah oleh hujan asteroid. Mata merah sayunya menatap dingin kota yang hancur, ia bergeming, dunianya saat ini terasa seperti simulasi yang diputar ulang hanya untuk membuatnya jengkel.
Ia menghalangi mata dengan kedua lengannya, merasakan angin panas yang menerpa kencang. Dedaunan dari pohon dan semak ikut tercabut akibat embusan angin.
Karena suhu panas, Rachel berkeringat di balik turtleneck hitamnya, dilapisi jaket hitam dengan pergelangan tangan dan tudung berwarna kuning, celananya panjang model cargo.
Rachel menghela napas menggeleng pelan, ini baru permulaan, tantangan yang sebenarnya baru saja dimulai dari sini.
❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖◇◇❖◇❖
TBC
Aku nak cerita (lagi)--kali ini keluh kesah nulis 3 bab pertama. Emang bener, nulis 3 bab pertama itu yang paling sulit, karena dalam novel, 3 bab pertama itu bisa jadi kunci yang bikin pembaca lanjut atau enggak.
Well, aku gak mikir sampai ke sana untuk sekarang--tapi rasanya emang sesulit itu buatku www
Awalnya aku mau masukin back story Rachel di bab pertama (emang maruk ni author), tapi kepanjangan ampe 2000 kata! Yang ada kalian pegel bacanya ....
Akhirnya aku nulis dan hapus tulisanku 3 kali, padahal tiap nulis selalu dapet 1000 kata, tapi ni hati dan pikiran banyak mau dan rewel yang bikin aku hapus lagi ampe total 5 kali nulis ulang.
Sekarang--meski hati dan pikiran masih agak rewel, tapi aku bakal tetep publish bab ini, karena kalau enggak, urusannya gabakal beres www
Yah, seenggaknya aku berhasil masukin apa yang mau aku masukin dalam bab ini, info yang kurang bakal aku masukin di bab selanjutnya. Biar pelan-pelan dan semoga kalian bisa mencernanya dengan baik, karena jujur, aku paling lemah dalam menjabarkan atau menjelaskan sesuatu www
Seperti biasa, siapkan popcorn 🍿 dan minuman dingin 🍻 kalian, selamat membaca!
Regards,
Ryousei Seki
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top