Red - 8

Ulangan. Satu kata beribu makna itu telak buat gue luruh lantak saat tahu gue dapet meja paling depan deket guru. Sial.

"Red! Awas aja kuping lo mendadak budeg!"

"Jangan di silence kupingnya, pliss.. "

"Red, satu, dua, tiga, noleh woi."

"Denger suara batin gue ya, Red. Gue yakin lo pasti nengok gue."

Gue melengos panjang. Buat apa mereka minta jawaban ke gue yang notabene gak bakalan bisa gue lakuin? Asu, temen-temen gue emang bangsat semua.

Ulangan yang gue maksud di sini adalah ulangan harian Geografi. Lo pada pasti tahu ilmu geografi itu kayak gimana, kan? Pokoknya tentang fenomena alam, gejala bumi, dan sebangsatnya. Tapi, untuk kali ini, materi yang diulangankan adalah tentang SIG. Sistem Informasi Geografi.

Gue nyengir, melihat soal-soal yang bersaudara-sepupu ini emang bener-bener buat gue gelagapan. Entahlah, gue jawab soal yang lebih mudah dulu. Dan yang gue baca, semua soal gak ada yang mudah. Namanya juga ulangan atau ujian, gak ada yang mudah kalau gak dibarengi persiapan.

Dan seperti biasa, di sini mulai ada soal itung-itungan skala peta. Dan yang gue tahu, soal ini beda, jauh banget sama yang ada di latihan sebelumnya. Ceritanya, ini soal mau ngikutin trend matematika. Dari mulai contoh, latihan, sampai ulangan beda drastis. Waktu latihan, easy to get done. Waktu ulangan otak jadi sariawan, otak sariawan Cuk.

Dan yang paling buat gue gengsi minta jawaban ke temen adalah, Sarah duduk tepat belakang gue. Duh, ini cewek kenapa lagi urutan nama absennya deketan sama nama gue.

"Red!"

Samar-samar gue denger Sarah berbisik dari belakang. Refleks, gue menyandarkan kepala pada kursi, menjawab dengan bisikan, "Apaan?"

"Kata Budin di pojok."

Gue mendengus, susah banget buat noleh ke arah Budin yang beruntungnya dapet kursi di belakang, di pojok pula.

Gue kembali berbisik, "Susah nolehnya, Sar, gue juga belom ngisi. Susah."

"Okey."

"Lo udah jawab semua soalnya, Sar?" tanya gue antusias.

"Belom, baru setengahnya,"

Gue mendengus, "Bukan soal yang itu,"

"Terus, soal yang mana?"

"Soal belajar buat suka sama gue."

Gue tertawa tanpa suara, bisa-bisanya gue godain dia pas waktu genting kayak gini. Di arah belakang gue denger tuh cewek mendesis pelan. Sebal sekaligus kesal dengan pertanyaan dan pernyataan konyol gue. Bodo amat. Siapa suruh tuh cewek gak peka-peka.

Beberapa menit berlalu, gue mulai jenuh nyari jawaban pake logika. Selintas ingat, selintas lupanya bukan kepalang. Paling-paling gue diremedial lagi kayak biasa. Siapa suruh ulangannya mendadak. Gue yakin, tiga puluh persen temen di kelas pasti kena remedial Geografi.

Sesaat kursi gue bergerak, ternyata Sarah baruaja keluar dari meja, menyimpan secarik kertas kecil yang dilipat menutupi penghapus kecilnya di atas meja gue. Gue menatap kepergiannya menuju meja guru, menyerahkan kertas jawaban ulangan bersama teman sekelas yang lain. Tanpa banyak bacot gue buka tuh kertas, ternyata jawaban soal-soal yang belum gue isi. Gue menaikan kedua alis, melirik si pemberi kertas jawaban yang kini berjalan keluar kelas.

Gue terkekeh, mendengus geli sebelum akhirnya menyalin semua jawaban dari kertas itu tanpa diketahui guru di depan yang kini terus dikerumuni temen sekelas yang tengah mengumpulkan kertas jawaban.

"She is bad, bad genius."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top