55. Misi Baru
Unstoppable - Sia
Perjalanan jauh pun kembali dimulai. Dari Washington, Dinda tak henti-hentinya merenung. Masa lalu Dervin lebih menyakitkan daripadanya. Atau sama-sama menyakitkan karena berusaha bertahan hidup di negeri orang.
Entah kenapa, rasanya satu beban yang ada di hidupnya selama ini terangkat setelah Agatha menceritakan kisah Dervin. Mungkin beban itu adalah bebannya yang berusaha menemukan Dervin karena yakin anak itu tidak mati. Seandainya ayah dan ibunya masih hidup, ia akan memberi mereka kabar gembira ini, walaupun akhirnya anak mereka yang kedua meninggal akibat ditembak pengkhianat Deadly itu-siapa lagi kalau bukan Raven.
Dinda tersenyum. Ia mengingat hari-hari di mana kebersamaan mereka masih terjalin. Ia mengingat saat Dervin tertidur dan mendengkur keras di sampingnya. Dan terakhir, mimpi darinya.
Dinda bertekad untuk tetap hidup demi anak itu. Ia rasa mati tidak akan membuatnya bersama lagi dengan Dervin-terutama bunuh diri yang dilakukannya malam itu. Dinda berdecak kecil saat mengingatnya, mengumpat diri sendiri karena telah melakukannya. Untunglah ia berhasil selamat, diselamatkan Dervin yang menolaknya untuk pergi bersama.
Untuk yang pertama kali, Dinda merasa berjasa menjadi seorang kakak. Kakak yang berhasil melindungi adiknya dari semua kepahitan dunia, walaupun tak saling melindungi saat mereka tersiksa di negeri orang. Dinda rasa ia sudah menepati semua janjinya kepada anak itu.
"Ah, ya." Dinda teringat uang tabungan yang ia pisahkan dari tabungannya. Tabungan untuk Dervin jika ia berhasil menemukannya. Dinda berdecak karena tabungan yang ia kumpulkan dari gajinya sebagai intelijen itu tidak terpakai karena pemiliknya sudah meninggal. Tetapi, Dinda tidak menyesal karena telah mengumpulkannya. Ia akan menggunakan semua uang itu untuk pembangunan Islamic Center dan hal lainnya yang masih ia pikirkan.
"Sebenarnya, aku senang Dervin berpisah darimu dan orang tuamu. Berkatnya, aku tahu rasanya punya adik karena puluhan tahun yang lalu, Ibu didiagnosis tidak bisa hamil lagi dan aku akan menjadi anak tunggal selamanya."
Agatha. Dinda teringat perkataannya. Dinda senang merasakan lelaki itu senang. Setidaknya, selama ia tidak bersama adiknya, Dervin bersama Agatha yang mau menerima dan menjaganya. Mereka diuntungkan pada akhirnya.
Sebelum pulang, Agatha memohon. Ia ingin melihat Dinda yang lama, walaupun ia ditinggalkan adiknya, Dinda yang lama tidak boleh hilang.
"Well, Dinda yang lama itu sudah kembali sejak lama, Agatha. Apakah kau tidak menyadarinya?" tanya Franklin yang disambut kekehan oleh lawan bicaranya.
"Aku menyadarinya, hanya saja belum seratus persen Dinda yang lama kembali."
Dinda juga menyadarinya. Mungkin karena kakinya? Dinda mendengus-menggeleng. Ataukah sifat lamanya sebelum bertemu Dervin yang dimaksud pendiri Deadly itu? Seperti ambisius, kuat, dan tidak terus larut dalam kesedihan. Dinda tahu itu, tetapi untuk sekarang ia tidak mau berubah dulu menjadi yang lama.
Dinda ingin menikmati rasanya menjadi kakak untuk sejenak. Setelah itu, Dinda pun mengeratkan jaket, lalu menutup mata karena kelelahan perjalanan pulang-balik.
~~~
5 tahun berlalu setelah kejadian itu. Selama itu, Dinda berani memasang foto keluarganya di dalam kamarnya. Ia memisahkan mereka dari foto teman-temannya dan memberikan mereka bingkai istimewa. Setelah tahu kalau Agatha menyimpan foto Dervin di hari kelulusan sekolah menengah pertamanya, Dinda pergi ke rumahnya yang hari itu digerebek Gozalez dan mengambilnya sesuai instruksi Agatha.
Lelaki itu pernah menceritakan kalau selama hidup di jalan, Dervin sangat ingin sekolah. Melihat uangnya yang bisa dikatakan cukup untuk biayanya, Agatha menyekolahkannya. Agatha sendiri tidak sekolah, demi biaya anak itu. Seakan tahu, Dervin belajar sangat keras, setiap jam istirahat dia selalu berada di dalam perpustakaan untuk membaca alih-alih makan siang, sampai didaftarkan ke sebuah olimpiade akibat kepintarannya, dan setelah memenangkannya, Dervin membagi hadiah berupa uangnya itu kepada Agatha. Dinda senang memiliki adik yang pintar.
Dalam 5 tahun itu, beberapa kejadian menggelitik terjadi. Salah satunya Franklin yang melamarnya, tepat di depan orang banyak, dan karena belum siap dan juga kaget Franklin melamarnya, Dinda hanya berkata, "Kita berteman saja ya." Itu membuat Franklin malu, tetapi dia akhirnya setuju. Lagipula dia adalah lelaki tampan, masih banyak perempuan yang bisa ia lamar dan mereka pasti akan menerimanya.
Dinda pun menjalin hubungan dengan Bella di penjara isolasinya. Ia bahkan sempat menjenguk Raven di rumah sakit jiwa.
Saat dijenguk sekali, Bella tidak mau menemuinya. Namun, untuk yang kedua kali, Bella mau, dengan perawakan berantakan dan sifat angkuhnya sudah menghilang.
Dinda hanya bilang ia merindukan Bella. Ia merindukan panggilan "Anak Jalang"-nya, yang sekarang semua orang ketahui dari mana asal-usul panggilan itu.
Dinda memaafkan Bella. Bella yang mendengar hanya menangis sesengukan, tidak mengeluarkan suara, tetapi Dinda yakin ia menunggu kata "maaf"-nya. Sampai akhirnya gadis itu menyahut kalau ia sangat meminta maaf karena telah menembak Dervin.
"Lupakan masa lalu. Itu hanya pelajaran untukmu ke depannya. Lagipula yang membunuh Dervin bukan dirimu, tapi Raven. Sudahlah, aku memaafkanmu. Jangan menangis lagi."
Saat itulah, permusuhan di antara keduanya hancur. Dinda menjadi sering menjenguk Bella, bercakap-cakap santai dengannya, saling menyemangati, bahkan tak jarang Alenzo diam-diam mengikuti untuk menjenguk mantan atasannya itu.
Setelah pertemuan mereka itu, selang satu bulan kemudian Leo mendapat misi selevel Master dari Thomas. Memakan waktu hampir satu tahun untuk menyelesaikannya, tetapi membuahkan hasil yang manis karena beberapa hari setelah misi selesai, Thomas mengabarkan kalau ia telah mendaftarkan Peregryne ke seleksi tim Master, membuat mereka menjalani misi lapangan di luar negara sambil bekerjasama dengan Vyper yang rupanya juga didaftarkan.
Menjalani 6 bulan seleksi ketat, dari kekuatan fisik dan mental, kecepatan menyelesaikan misi, bermain senjata, keberanian diri melakukan hal-hal berbahaya tanpa alat bantu, dan menyamar dari cara bicara, gaya baju, dan bahasa tubuhnya.
Dari 50 tim Elite yang didaftarkan, hanya 26 tim yang berhasil lolos menjadi Master. Peregryne masuk ke dalamnya, membuat Leo dan yang lain terduduk saat pengumuman di tengah-tengah teriknya matahari, karena berhasil mencapai cita-cita kecil yang telah diimpikan sejak dulu.
Karena di Master dua tim harus digabungkan, maka Peregryne bergabung dengan Vyper. Leo dan Gozalez membentuk nama baru untuk tim mereka, yaitu Vygne, campuran antara Peregryne dan Vyper.
Misi pertama sudah berjalan dan menjadi awalan yang bagus untuk mereka. Hari ini adalah permulaan misi ke sekian yang harus mereka selesaikan.
Berdiri di depan makam adiknya, Dinda memasukkan satu tangannya ke saku jaketnya. Di mana, terlihat satu buah pistol dan pisau melekat di ikat pinggangnya, disertai helm yang dilengkapi alat canggih berupa kaca yang dapat menjadi GPS tergenggam di tangan satunya.
Dinda hanya ingin menjenguknya, menyirami pusaranya dengan air, lalu menaburi bunga di atasnya. Ia juga ingin mendoakannya dan memintanya untuk tak menghantui tidurnya dengan mimpi-mimpinya yang membuai, karena sekarang ia sedang fokus dengan misi yang akan menjadi misi tersulit yang pernah ia lakukan.
Ia berdiri setelah duduk beberapa menit untuk membaca surah Yaasin dan beberapa surat lain untuk Dervin. Botolnya yang airnya sudah habis untuk menyiram tanah kubur Dervin itu sudah ia buang ke tempat sampah, dan bunga-bunga itu sudah habis ia taburkan ke pusaranya.
"Aku akan menjalani misi sulit di Washington. Jangan membuaiku untuk tidur lebih lama dengan mimpi-mimpi indahmu itu! Aku harus bangun tepat waktu jika ingin mendapatkan uang." Dinda berbicara sambil menatap nisan adiknya, seakan-akan nisan itu bisa menyahutnya. "Setelah misi selesai, silakan membuaiku lagi. Aku tidak akan bangun sampai mimpi darimu itu berakhir."
Dinda diam. Ia tidak tahu cara mengakhiri percakapan, terlebih yang dibincanginya hanyalah sebuah kayu tertancap bertuliskan nama adiknya.
"Hei, kau sudah siap? Kau sudah berdiri sekitar 10 menit dan incaran kita akan berangkat ke bandara sebentar lagi." Suara Gozalez di belakangnya terdengar, membuat Dinda menoleh dan meminta waktu 2 menit lagi.
"Ah, dua menit, dua menit. 5 menit yang lalu kau memintanya dan sekarang kau memintanya lagi," sahut Gozalez, yang kini melajang sama seperti Dinda yang lebih mengutarakan pekerjaan daripada percintaan.
Dinda terkekeh. "Kali ini hanya dua menit. Kau boleh meninggalkanku jika aku terlambat."
"Terserah." Gozalez yang menjadi pemimpin Vygne hanya mengibaskan tangan. "Hanya dua menit. Aku menunggumu."
Dinda mengangguk, lalu menoleh lagi ke nisan adiknya dan kembali membatin, mengucapkan doa untuknya agar selalu diberikan rahmat sampai akhir dunia kelak.
Setelah itu, Dinda membalikkan badan. Melihat Dinda beranjak membuat Gozalez berbalik dan menuju ke mobilnya, di mana di dalam mobil itu beberapa rekannya yang siap beraksi sedang menunggunya.
"Kak Dinda!"
Namun, belum sampai ke motor bike berwarna hitamnya, Dinda berhenti berjalan. Ia menoleh ke belakang, di mana suara tadi berasal, dan menemukan Dervin berdiri dengan cahaya di tubuhnya.
"Semangat!" Anak itu menyemangatinya, disertai kedua orang tua Dinda yang muncul perlahan di sampingnya. Mereka mengembangkan senyum, membuat hatinya sesak dan ingin memeluk mereka jika seandainya mereka nyata. Saat Gozalez memanggilnya dan membuatnya menoleh, mereka sudah menghilang. Dinda rasanya dibuat di antara sadar dan tidak sadar, di mana sadarnya ia merasa kalau keluarganya berdiri nyata di depannya dan tidak sadarnya ia merasa kalau mereka hanyalah imajinasi dari dalam pikirannya.
Panggilan Gozalez terdengar dan kali ini merupakan nama samarannya; D. Dinda segera berlari ke motor bike-nya dan menaikinya. Setelah memasang helm, Dinda mengaktifkan earphone yang terpasang pada helm itu. Ia menyalakan GPS, melihat lokasi incaran timnya yang akan mereka urus.
"Masih ingat dengan rencana, D?" suara Gozalez terdengar.
"Tentu saja. Aku tidak sepertimu yang selalu lupa," jawab Dinda, membuat beberapa pengendara motor bike yang berada di lain tempat-kawan satu tim-tertawa.
"Dia mendapatkanmu, Guff!" suara Franklin terdengar.
"Diam, Freddie!" Gozalez terdengar kesal.
Suara kekehan Leo terdengar. "Dia bercanda. Kenapa langsung dimasukkan ke dalam hati?"
"Dia memang begitu, Lasso. Maklumi saja." Suara Kimberly terdengar, membuat Xin dengan nama samaran Yeo menyahut, "Kiara ada benarnya."
Dua gadis itu masih menekuni jabatannya; Si 'pura-pura' dan peretas yang turun langsung ke misi.
"Sudahlah, persiapkan saja diri kalian!" suruh Gozalez, mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Kami sudah siap. Kau saja yang belum." Lagi-lagi, semua orang tertawa mendengar Dinda menyahut.
"D, jika kau tidak mau kutabrak, maka diamlah!"
"Maaf, Guffandor."
Dinda mengecek motornya, apakah sudah siap diajak mengebut atau tidak. Setelah ya, Dinda memajukannya, langsung tancap gas dan meninggal Gozalez karena permulaan misi diawali oleh acara kebut-kebutan.
Beberapa kilometer masuk ke jalanan perkotaan, beberapa rekan Dinda yang sama-sama memakai motor bike muncul. Mereka melaju bersama dengan Leo memimpin di depan.
Gozalez mengendarai mobilnya dan menjaga jarak dengan pasukan bermotor itu. Ia mengikuti instruksi peretas yang berada di sebuah lokasi lewat earphone-nya.
Di sisi peretas, Zack dan tiga rekannya sibuk mengutak-atik komputer. Di layar lebar, tergambar semua yang mereka retas; mulai dari orang yang mereka kejar, rumahnya, catatan kasus yang menjeratnya, nomor ponselnya, dan lokasi mobil yang sekarang menjadi incaran.
Setelah berada dekat dengan incaran, pasukan bermotor bike itu berpisah. Mereka akan ditunjukkan jalan lewat GPS di kaca helm mereka, bahkan Gozalez pun ikut berpencar, meninggalkan Dinda yang mengebut santai di jalan.
"Cuacanya bagus. Anginnya segar sekali."
"D!"
Dinda tertawa, lalu memasang senyum menakutkannya. Ia melaju, berhasil melalui mobil itu, dan menghentikannya dengan cara membuat kepulan asap dari roda motor bike-nya.
3 penghuni mobil pun menghentikan kendaraannya. Saat mereka keluar, motor bike yang ingin mereka tembak karena telah menghentikan perjalanan mereka itu menghilang dan muncul dari belakang dengan Dinda yang berhasil memukul keras salah satunya dengan bodi pistolnya.
Baku tembak terjadi, tetapi tidak lama. Dinda sudah terlatih menembak sasarannya dengan tepat dan sangat jarang ia membuat kesalahan akibatnya.
3 orang dapat dilumpuhkan dengan cepat. Saat seseorang yang mereka incar keluar dari mobil dan terlihat melarikan diri, Dinda hanya diam, menunggu yang lain beraksi sambil menikmati sensasi dipandangi orang karena menembak dua manusia dengan peluru bius.
"Apakah yang kaulakukan di sana, Bodoh!?"
"Maki terus! Urus saja mobilmu itu, jangan sampai kehabisan bensin saat misi sedang berlangsung."
Dinda kesal karena Gozalez selalu membuat acara bersantainya terganggu. Namun, ia tahu kenapa Gozalez berkata seperti itu; tidak ada santai saat misi berlangsung, kecuali Dinda yang selalu melanggarnya.
Dinda pun tancap gas, tetapi tidak menyusul pria itu. Pria itu akan berurusan dengan rekannya, ia harus mengamankan mereka karena katanya ada beberapa orang dari pihak lawan sedang mengincarnya.
Dinda harus menjauhkan mereka dari dua rekannya. Untuk itulah ia mengebut dan mencari lokasi tepat sesuai intruksi teman-teman peretasnya.
Nanti di sana, ia akan berhadapan dengan mereka. Salah satu rekannya akan membantunya, padahal ia bisa menanganinya sendiri.
Dinda kembali menaikkan laju kendaraannya dan menerobos lampu merah. Sejenak ia melihat empat orang di trotoar-sepertinya dua orang merupakan kakak-beradik dan satunya suami dari si kakak. Mereka tertawa ria dengan anak kecil yang sepertinya anak dari kakak si adik yang sudah bersuami. Jika seandainya itu adalah Dinda dengan suaminya dan si adik itu adalah Dervin ... Dinda dapat membayangkan betapa bahagianya mereka. Ah, halu! batinnya.
Melihat tim lawan mengekorinya di belakang membuat Dinda berdecak. Kembali fokus ke misi, Dinda melajukan motor bike-nya.
TAMAT
~~~
Hiks.
Kelebihan target:'V
Terima kasih, terima kasih, dan terima kasih kepada kalian yang sudah membaca cerita ini sampai tamat. Aku tahu kalau ceritanya cukup membosankan dan aku janji bakal revisi entah bulan ini atau bulan depan.
Cerita baru? Tunggu saja. Kemungkinan langsung dua karena menunda itu MERUGIKAN>:)
Ada saran atau kritik untuk cerita ini?:) Kuharap ada, karena aku tidak akan pernah puas dengan karya yang aku buat.
Sampai jumpa lain waktu!!!^O^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top