06 - Target

Selamat Pagi!
Apa kabarnya?

Iya tahu sepagi ini kalian belum pada mandi. Dasar. Saya juga. 😂 Minggu mah hari raya santuy bagi kita. Wqwq~.

Bagaimana menurutmu soal sampul barunya UYS? 😎


Menurut saya sih ini keren banget 🤤
Detail apron sama senjatanya kagak nahan. 🥴

Di bab ini saya minta kalian fokus. Cermati baik-baik karena kita akan mulai memasuki fase berpikir lagi. Hehehe.

Ingat ya, di cerita saya segalanya akan tampak seperti benar sesuai tebakanmu. Tapi awas, justru saya memanfaatkan kemungkinan tebakan kalian sebagai hindaran. So, nikmati saja ceritanya dan saya akan mengupas satu per satu pertanyaan yang ada di benak kalian pada cerita ini sampai segalanya terasa masuk diakal.

Plot twist di UYS bakal nggak kalah jelimet sama Juno.

Btw, saya nulis bab ini 8 jam loh. 😩 Yep, bolak-balik baca referensi riset. Juga hapus-tulis-hapus-tulis terus. Ya, begitulah, saya mau hasil yang good.

Jangan lupa ramaikan komentar dan kasih bintangnya. Hehehe.

Kalau kalian mau posting covernya buat share atau ajak temen-temen kalian yg untuk ikut baca, boleh banget! Asalkan jangan disalahgunakan.

Okey, untuk bab ini lagu yang akan saya sarankan berjudul Mind dari Sleeping At Last. Masih pada simpan kan? Pernah muncul loh di Juno.

Selamat membaca!

***

***

CHAPTER 06

[Sydney Vancouver]

Lexi jalan berjingkrak seperti bocah saat kami memasuki area mal. Dia maksa gue untuk diantar beli baju. Gue aja nggak pernah antar Sahnaz ke mal, tapi cewek gila yang satu ini maksanya bukan main. Dan gue sebel banget kenapa mau aja nurutin. Gue jalan berjarak tiga langkah di belakangnya.

"Area celana dalam cewek sebelah mana? Lo tahu nggak?" dia bertanya seolah gue tukang borong underwear cewek.

Gue tidak menjawab karena emang gue nggak tahu. Gila!

Tapi dia malah tiba-tiba menyetop seorang mas-mas yang lagi bawa ember pel. Lexi menanyakan hal serupa tanpa malu. Dan mengejutkannya mas-mas itu tahu. Tentu dia tahu karena pekerjaannya menjelajah lantai demi lantai.

"Makasih, Maaas."

Sejurus kemudian gue dibawa dia ke gerai obralan celana dalam campuran. Tuh celana dalam numpuk segunung. Gue mundur dan memilih mandek di pintu masuk.

Tak lama kemudian ketika gue lagi mau bikin status WhastApp, Lexi datang menghampiri gue. Kepala gue mendongak.

"Menurut lo bagusan yang kiri atau kanan?" tanyanya sambil menyodorkan dua celana dalam cewek di depan gue. Mukanya songong nggak bisa ditawar.

"Terserah Anda," jawab gue singkat. Lalu langsung kembali menatap ponsel.

Cewek itu mendengus seolah kecewa. Dia nggak ada hak buat kecewa! Gue bukan pakar milihin celana dalam! Ya Tuhan!

"Gue tuh nggak nemu yang ada sakunya," gumamnya sambil lalu.

Gue berjalan semakin menjauh dari pintu. Berusaha mengalihkan perhatian dengan musik yang menggema di seantero mal.

***

***

[Lexi Briana]

Mau dengan cara apa pun, gue harus berusaha membuyarkan pikiran kosong cowok yang satu ini. Sidney Van Tapir. Whatever. Karena gue masih nggak habis pikir kenapa sosok bayangan hitam itu masih mengikutinya bahkan ke tempat keramaian seperti mal ini.

Oke, gue nggak akan terus terang lebih jauh padanya karena situasi sekarang lagi nggak memungkinkan. Sejak ditugaskan untuk mengikuti sosok itu, gue sudah tahu urusannya nggak akan jadi sesederhana buntutin salah satu mafia kartel yang setahun lalu mati di tangan gue. Kaos yang ada bercak darahnya masih gue simpan sebagai kenang-kenangan.

Apa pun yang Sidney tahu tentang gue, semuanya nggak ada yang benar. Well, kecuali soal gue yang siang tadi ngobrol sama Karolin. Gue cuma mau memastikan apakah dengan informasi yang ngaco sekalipun dia masih bisa dikelabuhi atau tidak. Nyatanya, dia langsung percaya begitu saja. Haji Damiri, orang tua cerai, lulusan SMP, tanpa identitas lengkap, semuanya palsu. Itu akal-akalan gue yang bermaksud untuk mengetes sejauh mana cowok ini bisa dipengaruhi. Dan ternyata, Ya Tuhan, dia gampang banget dipengaruhi! Dari sana gue berkesimpulan kalau cowok ini adalah sasaran empuk bagi sosok itu. That's why, meski sudah mendapat lingkaran perlindungan dari Remember Me, sosok itu masih berusaha mengikuti Sid ke mana pun dia pergi.

Sebagai cewek yang sudah dibekali seni halus intelejen, sangat memalukan kalau gue sampai gagal mempertahankan identitas diri di depan cowok dengan kapasitas seperti Sid. Maksud gue, you know what, dia sedang sangat rentan. Pikirannya sering kosong dan melayang-layang. Dia diselimuti aura biru es. Itu adalah warna ketersesatan tanpa kompas. Fokusnya mudah teralihkan. Seperti sedang mencari sesuatu. Dan orang-orang seperti itulah yang sangat empuk untuk jadi incaran sebuah energi jahat untuk hinggap.

Dia beruntung karena seperti mendapat perlindungan dari Remember Me. Gue nggak tahu apa yang sebenarnya ada di dalam toko barang antik itu. Tapi demi apa pun, gue berani bersumpah kalau toko itu dikelilingi oleh distorsi molekul yang bermateri seperti cahaya yang pendarannya berupa susunan warna tipis mirip pelangi. Dan itu menyelimuti area toko dengan sangat rapi. Untuk sementara, ada dua dugaan yang bisa gue ambil. Pertama, energi perlindungan itu berasal dari sebuah benda yang ada di dalamnya. Dan yang kedua, ini hanya tebakan, toko itu sedang dalam perlindungan sebuah mantra. Karena gue juga merasakan susunan bahasa kodifikasi yang merambat di sekitarnya.

Ya, mantra adalah sebuah bahasa kodifikasi semesta yang sangat rahasia. Mantra seperti kata sandi yang begitu diucapkan maka sesuatu akan terbuka atau bekerja. Sekali lagi, iya, alam ini punya banyak kata sandi. Atau yang kebanyakan orang memahami itu sebagai mantra. Yang jelas, energi itu juga mengelilingi Sid. Seperti meradiasi.

Gue kurang tahu pasti. Eksplorasi gue belum bisa terlalu jauh karena gue selalu diikuti sosok yang memperkenalkan dirinya sebagai Karolin. She likes me. Dan gue kaget banget waktu Sid bilang itu adalah adiknya. Yah, gue nggak kenalan lebih jauh.

Asal semua orang tahu, siapa saja yang masuk ke dalam Remember Me pasti langsung mendapatkan radiasi yang membuat emosinya netral dan merasakan ketenangan. Gue bisa mengenali dengan jelas suasana di dalam ruangan itu. Seperti, seberapa besar marahnya seseorang, ketika masuk ke dalam toko itu, amarahnya akan ternetralisir dengan segera. Seolah toko itu tidak mengizinkan energi negatif mengisi setiap sudut ruangannya. Itu yang gue rasakan. Juga, ketika seseorang sedang bersedih, maka sedih yang dirasakan bisa jadi akan terasa lain. Sedih yang rasanya nyaman untuk ditangisi. Sedih yang bisa ditoleransi. Sedih yang nggak akan pernah menyakiti.

Gue punya lexical-gustatory synesthesia. Sebuah bakat sinestesia tak biasa yang membuat gue mudah memahami bahasa-bahasa. Di mata gue, setiap bahasa memiliki warna, rasa, dan aroma yang berbeda. Misal, jika ada seratus orang dengan bahasa yang berbeda berbicara secara bersamaan, maka gue nggak akan kesusahan untuk membedakan semuanya. Karena apa yang keluar dari mulut mereka selain bisa gue dengar, juga bisa gue rasakan tiap bahasanya. Warna, aroma, dan getaran dari bahasa itu sendiri. Sebuah dimensi bahasa.

Namun sebuah fenomena aneh setahun yang lalu telah meningkatkan kemampuan gue ke level yang nggak pernah gue kira. Gue bisa berkomunikasi dengan cakra dan memahami kode-kodenya. Cakra adalah energi yang terdapat pada jiwa seseorang, seperti emosi, karakter, mental, spiritual, dan kesehatan tubuh. Dan yang paling tak biasa adalah spiritual. Ruh. Gue bisa melihat dan berkomunikasi dengan mereka, namun bukan dengan bentuk asli. Ketika gue menyebut melihat anak kecil bernama Karolin, itu bukanlah anak kecil secara fisik. Akan tetap itu sebuah gumpalan energi yang terasa sangat muda, pemalu, dan memiliki suara seperti anak kecil.

Awalnya gue masih nggak mengerti apa hubungannya kepiawaian bahasa dengan cakra dan makhluk tak kasat mata. Sampai akhirnya, gue memahami bahwa yang memiliki cakra atau energi bukan hanya manusia. Tetapi, semuanya yang ada di semesta ini. Binatang, tumbuhan, air, lelembut, tanah, udara, api, listrik, bahkan benda-benda mati bisa memiliki getaran cakra. Mungkin semua orang tidak memahami itu, tetapi mata gue dan insting Sinestesian dalam diri gue nggak bisa menipu. Semua yang ada di sekitar gue, mereka memancarkan energinya masing-masing. Bahkan televisi yang menyala pun, energi listrik yang mengalir di dalamnya terasa pendarannya bagi gue. Itu kenapa, terkadang persepsi dunia di mata gue bisa jadi sangat indah atau bahkan kelam secara bersamaan. Tergantung apa yang gue temui.

Gue jelaskan sedikit lagi kenapa benda-benda bahkan bisa memiliki cakra. Contoh, sebuah boneka yang baru keluar pabrik hanyalah boneka biasa. Tapi berbeda dengan sebuah boneka yang sudah bertahun-tahun hidup menemani pemiliknya. Pasti boneka itu akan memiliki getaran emosi yang jelas berbeda. Dia menyimpan kenangan. Menyerap energi dari pemiliknya. Boneka itu akan memiliki getaran kenangan yang ada padanya. Pernah menyukai sebuah benda sampai rasanya sangat dekat dan memiliki ikatan emosi dengan benda itu? Ya! Gue bisa melihat getaran cakra yang berupa emosi sentimen pada benda seperti itu juga. Dan mungkin saja, hal ini yang membuat Remember Me memiliki pendaran energi yang sangat luar biasa. Karena di dalamnya terdapat benda-benda yang menyimpan kenangan dan perasaan dari para pemilk sebelumnya.

Masih kurang yakin kenapa sebuah energi bisa berpindah? Besi yang menerima gesekan terus menerus dari sebuah magnet lama kelamaan besi itu akan memiliki energi yang menarik seperti magnet. Energi yang menular. Sebuah gesekan. Komunikasi. Energi berbahasa dengan getaran dan frekuensi. Sebuah kode alam yang urusannya antara besi dan magnet itu saja. Perpindahan energi.

Perlu lagi? Kali ini tentang dua orang yang saling jatuh cinta. Jatuh cinta adalah peristiwa kimiawi yang terjadi dalam diri manusia. Sebuah reaksi ketertarikan yang akan membentuk gelombang yang saling bersesuaian. Kemudian terjadi tarik menarik energi antara dua orang itu sampai gelombang itu pada akhirnya saling berkaitan hingga berirama satu frekuensi. Kecocokan. Keterikatan batin. Sebuah cakra cinta terlahir. Rasa saling memiliki. Rasa ingin saling melindungi. Kasih sayang. Cinta kasih. Dan cakra cinta inilah juga terbentuk di antara dua saudara, ibu dan anak, dua orang sahabat, manusia dan binatang peliharaannya. Dan semacamnya.

Cakra juga mewakili sebuah emosi selain cinta. Seperti amarah, duka, firasat, kecewa, cemburu, percaya, khianat, cemas, ambisi, dan lain sebaginya. Setiap emosi itu memiliki warna dan rasa getaran yang berbeda. Gue menyebut itu sebagai bahasa. Dimensi bahasa yang lebih dalam dari sekadar dialek manusia.

Albert Einstein pernah mengatakan bahwa "Segalanya dalam kehidupan ini adalah getaran/vibrasi." Lalu diiyakan lebih dalam oleh Nicola Tesla yang berkata, "Jika kau ingin menemukan rahasia-rahasia semesta, pikirkanlah tentang energi, frekuensi, dan getaran." Getaran yang dimaksud adalah bahwa semua materi yang ada di alam semesta tersusun atas atom yang bergerak. Tubuh kita, organ pencernaan atau pun pernapasan, darah, otak, semua tersusun atas atom yang terus menerus bergerak. Atom lebih kecil dari sel. Bahkan benda-benda yang berwujud cair, gas, maupun padat, semuanya tergantung dari susunan dan seberapa cepat atomnya bervibrasi.

Dan Sidney, dia memiliki getaran energi yang meredup. Seperti ada bagian besar dalam hidupnya yang hilang. Gue bisa mencium energinya yang beraroma seperti sepi.

Tentang siapa gue sebenarnya dan kenapa bisa sampai ke sini dan diam-diam mengikuti bayangan gelap itu, gue nggak bisa ceritakan sekarang. Ini rumit. Lagi pula, jika gue harus membicarakannya, itu berarti, gue akan membongkar rahasia besar para elite di negara ini yang diam-diam sedang merencanakan sebuah konspirasi gelap. Salah satu hal penting dari konspirasi para elite itu adalah, mereka semua merupakan peternak ruh berenergi gelap bernama Antonim. Dan salah satu Antonim yang berkeluyuran mencari inang baru adalah yang saat ini sedang mengintai Sid. Ya, energi itu menginginkan sesuatu dari cowok ini.

Kesedihan, kemurungan, dan kesepian yang meliputi Sid saat ini seolah memancing energi itu untuk hinggap padanya. Gue nggak tahu kenapa sosok Antonim itu mengincar Sid. Apakah Sid berpotensi menjadi jahat dan berbahaya? Lalu kejahatan seperti apa yang disimpan Antonim itu? Apa yang dicari dari Antonim itu di Remember Me?

"Hai, Bos. Gue udah beres pilih celana dalam yang mantulita nih," kata gue mendekati Sid yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya.

Oke, sekarang gue akan kembali pada mode seperti Lexi yang dia kenal. Harus senatural mungkin.

"Sekarang apa? Lo mau nyari baju renang?" pertanyaannya bercanda.

"Umm, aku nyari kaos dan jins bekas."

"Bekas?"

"Yep. Itu style yang edgy, kan?"

"Edgy menurut lo, tapi norak bagi gue," tukasnya acuh tak acuh, "Gue tahu di mana tempat kaos. Ikut gue. Jangan lelet. Gue udah mau balik." Lalu dia berjalan mendahului.

Sementara kali ini gue emang pengin berjalan di belakangnya karena sedikit waspada sosok gelap itu akan merasuk ke dalam tubuh Sid secara tiba-tiba. Tentu saja, aura redup Sid harus dinetralisir dengan sesuatu yang lebih cerah di sekitarnya. Jadi, gue harus lebih riang lagi biar blooming effect aura gue juga sampai pada Sid dan si Gelap itu akan enyah. Ini bagian dari misi. Untungnya, ekstrover dalam diri gue selalu kelebihan energi.

"Itu kegedean ukurannya! Lo jadi kayak rapper tahu nggak. Gila," komentar Sid saat gue memilih dua kaos yang emang oversize sama badan gue.

"Gue suka yang oversize. New style."

"Style mau kayak apa juga, kalau kerja nanti bakal ketutupan sama apron."

"Seenggaknya, gue berpakaian buat diri gue, bukan buat lo atau pelanggan."

"Ya tapi yang normal-normal aja, dong. Dan lo juga harus nurutin gue sebagai atasan lo."

"Normal? What is normal?"

"Normal adalah hal yang nggak ada di diri lo."

"Oke, gue bisa langsung batalin kerja di toko lo kalau misal lo masih mau ngatur-ngatur cara berpakaian gue."

Nah, kan. Dia selalu nggak bisa jawab kalau diancam sedikit. Kelemahannya. Nggak ada ketegasan. Mudah dipengaruhi.

Sid lalu melangkah pergi ke arah pintu sambil bergumam, "Terserah lo deh mau pakai daster atau seragam hansip."

Gue terkekeh melihat reaksinya.

Sejurus kemudian apa yang gue cari sudah didapat dan kami pulang. Hari belum terlalu larut. Gue bonceng Sid. Tidak ada percakapan apa pun karena dia sepertinya lelah. Gue bisa mencium aroma itu.

Hm, PR gue bertambah. Yaitu mencari hal yang bisa bikin Van Tapir ini menyala auranya.

Suara kriuk-kriuk terdengar dari perut Sid di antara deru suara motor yang melaju.

"Lo laper?" tanya gue setengah teriak.

Dia nggak jawab. Malah mengabaikan gue dan terus melajukan motornya sampai kami tiba di depan warung nasi padang. Gue lantas turun.

"Lo tidur ada alasnya nggak?" dia bertanya.

"Ada lah. Uda Fahru bilang ada kasurnya sama lemari kosong sama meja sama poster Iwan Fals di dinding sama-."

"Iya, iya!" sergahnya. "Besok jam tujuh pas lo harus udah stand by di depan toko. Gue pasti tepat waktu karena kunci di gue. Tugas rutin kita setiap hari dimulai dengan bersih-bersih ruangan. Catat, lo nggak gue kasih izin untuk masuk ke kamar dengan alasan apa pun. Cuma gue yang boleh masuk. Selain itu, lo boleh pakai area mana pun."

"Siap, Bos!"

"Besok kayaknya kita bakal kedatangan beberapa pelanggan rutin. Jaga sikap. Nggak usah kebanyakan tingkah. Oh, iya, periksa uang di mesin kasir sebelum membalik tanda 'Buka' di pintu. Besok lo gue ajari dulu."

"Siap!"

"Satu lagi. Lo mandi!"

Gue berdecap mendengar tambahannya. "Iya!"

Lalu dia menyalakan motor dan melaju sebentar ke parkiran Remember Me. Gue terkejut dia masih cukup berani mendatangi toko itu setelah gue ceritakan sesuatu padanya tadi sore. Ternyata, dia hendak memasukkan bunga-bunga yang masih di luar. Tunggu, kenapa dia nggak minta gue buat bantu angkat?

Gue berdiri di depan warung nasi padang memandang ke arah Remember Me. Sekadar memantau sampai Sid benar-benar selesai. Dan sesuai dugaan gue, auranya menyala lagi. Remember Me berhasil menetralisir kepenatan Sid. Ada getaran baru di sekeliling Sid yang jelas sekali itu positif.

Selesai mengangkat bunga-bunga itu, dia lalu mengunci pintu tanpa mematikan lampu di dalamnya. Lalu berjalan ke arah parkiran, mengenakan helm, sebelum kemudian dia berangkat pulang. Oke, harusnya gue bisa tenang karena energi Sid menyala lagi. Tapi ketika gue melihat sosok bayangan gelap itu mengikuti Sid dan bahkan seolah duduk di jok belakang, gue khawatir.

Bagaimana kalau Antonim itu berhasil memasuki tubuh Sid?

*********
*********

Apa komentar kamu untuk bab ini?

Paham atau masih perlu mencerna?

Harusnya paham yah. Kalau belum paham coba tanyakan di sini. Nanti Kakanda jawab.

Pelajaran di bab ini. Jangan sampai jadi orang yang gampang bengong. Bukan cuma di cerita seperti ini saja. Di dunia nyata orang yang selalu redup juga bakal jadi incaran makhluk tertentu. Berusahalah untuk selalu aktif kesadarannya. Halu secukupnya saja. Hehehe

Kalau kamu punya teman pendiam, jangan segan buat diajak bergaul.

Kalau di kelas ada yang kelihatan nggak punya teman, maka jadilah yang inisiatif mengajaknya bergaul.

Kalau teman lagi ada masalah, misal kamu nggak bisa bantu banyak, seenggaknya temanilah dia.

Kadang mendapat teman jauh labih dibutuhkan dari pada bantuan dari masalah itu sendiri.

Yang jelas bahaya banget kalau sampai Sid kemasukan Antonim. Segalanya akan menjadi lain.

Oke, sudah dijelasin di blurb kalau Lexi adalah Sinestesian. Tapi kalian tahu latar belakang Lexi sebenarnya?

Dia masih bisa dipercaya nggak?

Siapa yang mengutus Lexi untuk mengikuti energi Antonim itu?

Apa ada hubungannya dengan Juno?

Jelasnya, cerita ini bakal penuh dengan petualangan.

Dan selamat! Kalian menjadi orang-orang pertama yang mengikuti cerita ini di awal waktu. Karena kemungkinan besar UYS juga bakal terbit. 🤤 Tapi nggak bakal sekarang-sekarang. Juno duluan. Lagian ceritanya juga baru aja dimulai. Hehehe.

Sampai jumpa di bab selanjutnya!

Have a great day!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top