35 | Joy Boy
Calypso tidak paham apa yang sebenarnya sedang terjadi. Sayapnya (yang dia kira tidak akan pernah tumbuh) kembali muncul. Membentang lebar di belakang tubuhnya. Tapi bukan hanya kemunculan sayapnya lah yang membuatnya kebingungan, melainkan suara yang begitu menggelegar terdengar di kepalanya.
Suara detak jantung itu begitu cepat dan berirama. Membuatnya terdengar seperti genderang kebebasan. Calypso bergerak secara impulsif. Dia mengepakkan sayapnya, terbang dengan kecepatan tinggi menuju pulau Onigashima. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada aksi pemberontakan tersebut. Tapi yang jelas, jika pulau itu dibiarkan bergerak, itu akan membahayakan para masyarakat di ibu kota yang sedang mengadakan acara festival.
Saat gadis itu semakin dekat, kini dia bisa melihat dengan jelas jika terdapat seekor naga bewarna merah muda tengah kesusahan menarik pulau tersebut agar menjauh dari area pemukiman. Calypso terbang semakin mendekat, kini nampak jelas terdapat seorang gadis berambut putih yang terlihat familiar baginya, berada di atas kepala naga tersebut.
“Yamato!”
Gadis itu menoleh, terbelalak saat melihat kehadiran tamu tidak diundang sepertinya. “Calypso?!”
Calypso berhenti di sampingnya. Sayapnya terus menerus mengepak agar tetap stabil di posisinya tersebut. “Apa yang terjadi—ah, sial itu tidak penting! Kita harus mendorong pulau ini!”
“Memang itu yang sedang kami lakukan!” teriak naga merah muda itu.
“Kenapa lama sekali? Badanmu saja yang besar, tapi tidak sanggup menarik pulau ini!” sindir Calypso. Gadis itu memicingkan matanya menatap naga tersebut yang sekarang justru malah ketakutan menatapnya. “Baiklah, aku bukan bermaksud ikut campur. Tapi tubuhku bergerak sendiri! Aku akan membantu kalian.” Calypso hendak terbang ke bagian belakang pulau. Namun terhenti saat sesuatu muncul dan melayang di atas langit. Seseorang berpenampilan serba putih muncul bersamaan dengan suara tawa yang begitu lepas dan bebas. Calypso maupun yang lain terbelalak. Itu ... Itu adalah perwujudan yang selalu diceritakan oleh ayahnya. Itu adalah wujud Nika! Luffy berhasil membangkitkan kekuatannya!
Tawa tiba-tiba keluar dari bibir Calypso. Dia tertawa begitu lepas selama beberapa detik, hingga kemudian dia berkata. “Itu ... Itu Joy Boy!”
Merasa paham dengan sebutan tersebut. Baik Yamato maupun si naga merah muda ikut terkejut. “Ka—kau tahu tentang Joy Boy?!” tanyanya.
Calypso hanya menyeringai. “Kita bahas itu nanti saja. Fokus kita adalah memindahkan pulau ini agar terjatuh di tempat yang aman!” ucapnya yang kemudian terbang ke sisi lain pulau. “Tarik yang kuat, Merah Muda!!”
“Namaku Momonosuke!!” balas Momo.
Tapi Calypso hanya berdecak. Dia mengaktifkan Haki senjata di kedua tangannya, lalu menyentuh bebatuan padat tersebut dan tak lama dia juga mengaktifkan elemen angin untuk membantu mendorong pulau. Angin berhembus dengan kencang, upaya tersebut cukup berefek hingga akhirnya pulau tersebut berhasil bergerak sedikit demi sedikit menjauhi lokasi festival berlangsung.
Tepat saat itu pula, Luffy yang telah membangkitkan kekuatan buah iblisnya berhasil mengalahkan Kaido. Bersamaan dengan Calypso yang mengepalkan tangannya, mengambil kendali pulau tersebut untuk terjatuh ke tempat yang telah dia perkirakan akan baik-baik saja.
“YAMATO, MOMO! LEPASKAN PULAUNYA!!” perintah Calypso memberi aba-aba beberapa detik sebelum pulau itu benar-benar terjatuh. Suara berdentum terdengar memekakkan telinga. Setelah itu Calypso terbang ke atas pulau, tempat di mana pertempuran antara Luffy dan Kaido berakhir. Gadis itu menghampiri teman masa kecilnya tersebut, menatap tubuhnya lekat-lekat yang tengah mengalami perubahan begitu amat drastis. Tangan mulusnya menyentuh wajah Luffy yang lemas dan mengeriput. Dia tidak menyangka, efek dari kekuatan Nika bisa sefatal ini. Luffy harus segera diobati atau dia tidak akan selamat. Alhasil, gadis itu dengan hati-hati mengangkat pria tersebut dan melompat pada lubang yang langsung terhubung dengan orang-orang sekutu yang masih berkumpul untuk mengobati korban yang terluka. Semua orang terkejut, menatap dirinya seperti sesuatu yang tidak diharapkan untuk muncul, terlebih melihat wujudnya dengan sayap kaca yang bersinar memantulkan cahaya rembulan. Beberapa orang waspada dan menarik pedangnya untuk mengancam. Terlebih Calypso tengah mengangkat tubuh sang pahlawan itu layaknya karung beras.
“Topi Jerami masih hidup! Tapi dia sekarat! Di mana dokternya?” tanya Calypso.
* * *
Batu kehidupan elemen tanah memiliki warna emas kecokelatan. Di dalamnya terdapat titik-titik kecil seperti serbuk yang terlihat berkilau jika terkena sinar matahari.
Demi menghormati orang-orang, dia memilih untuk menerima tawaran Yamato yang memintanya tinggal selama beberapa hari sembari menunggu Luffy dan wakilnya siuman. Sebenarnya, Calypso tidak memiliki urusan apapun lagi di sini, namun karena dia mengenal baik Luffy sebagai teman masa kecilnya dan Zoro sebagai murid dari pamannya, membuatnya memilih untuk tetap berada di negeri primitif tersebut.
Calypso sudah berbicara dengan ayahnya, dan beruntung beliau mengizinkannya. Pria itu bilang anggap saja kehadirannya di sana sebagai perwakilan dari Akagami yang memiliki hubungan baik dengan Oden dan keluarganya. Dia menghabiskan waktunya dengan berkeliling bersama Yamato dan seseorang yang bernama Hiyori, putri Oden. Suasana kota benar-benar sengat ramai dan penuh suka cita. Mereka juga mengunjungi kota-kota yang terletak sangat pelosok dengan kondisinya yang begitu miris. Calypso sekarang jadi paham, mengapa warga Wano mau berjuang hingga titik darah penghabisan untuk menggulingkan tahta shogun terakhir yang ternyata memiliki kerja sama dengan Kaido. Negeri Wano benar-benar sudah berada di ambang kematian.
Dia bersyukur, meskipun bajak laut Akagami terkenal dengan kebengisannya, mereka tidak akan sampai tega melakukan ini pada pulau yang berada di bawah kekuasaannya. Dia berani bertaruh, pulau Blossom (pulau yang menjadi favoritnya) adalah pulau yang begitu aman dan menyenangkan. Ada banyak tempat-tempat bagus yang tidak pernah absen dia kunjungi. Bahkan pulau Elbaf tak kalah bagusnya, meskipun harus berhati-hati mengingat penduduk di sana memiliki ukuran tubuh berpuluh-puluh kali lipat dari ukuran manusia normal.
“Oy, Calypso!”
Seseorang memanggilnya. Gadis itu refleks menoleh, mendapati Marco yang terbang dan mendarat di hadapan mereka. “Marco?”
“Mereka baru selesai membangun kuil untuk makam Izo dan Ashura. Kau ingin ikut melihatnya?” tawar pria itu.
Calypso terdiam. Sebenarnya dia tidak ingin melihat hal yang berduka lagi. Seminggu yang lalu mereka melakukan kegiatan pemakaman untuk para korban yang gugur. Termasuk Izo. Dia tidak menyangka pria itu akan tewas. Namun hal itu sebanding dengan pengorbanan nyawanya atas kemenangan yang negeri Wano dapatkan.
“Tidak usah memaksakan kalau kau keberatan, Calypso. Aku mengerti.” Marco tersenyum. Pria itu mengeluarkan kembali sayap api birunya. Sebelum dia benar-benar pergi, dia kembali mengatakan. “Luffy dah Zoro pasti akan siuman hari ini. Mereka tidak selemah yang kalian kira!”
Hiyori terkekeh. Yamato tersenyum kecut, pasalnya gadis yang terus menerus mengaku sebagai Kozuki Oden itu telah berpuasa selama 7 hari semenjak Luffy dan Zoro tak sadarkan diri. Dia bilang itu adalah adat seorang samurai atau apalah, Calypso tidak mengerti.
“Amin, semoga saja begitu.” Calypso balas tersenyum. Lalu Marco pun kembali terbang meninggalkan mereka.
Setelah itu, mereka kembali menuju ke kediaman shogun. Calypso duduk di pinggiran ruangan tempat di mana Luffy dan Zoro tengah berbaring. 3 ahli medis menjaga mereka siang malam dengan telaten. Gadis berambut merah itu menatap mereka dari kejauhan, hingga kemudian tiga orang datang. Mereka adalah kru bajak laut Topi jerami. Di antaranya ada Sanji (koki), Jimbe (juru kemudi) dan Nami (navigator).
“Apa kau haus, nona manis?” tanya Sanji.
Calypso menggeleng, menolak dengan sopan. Mereka pun duduk di sampingnya, mengajaknya berbicara. Setelah memperkenalkan diri jika dia adalah teman masa kecil dari kaptennya, dan juga kenalan Zoro yang pernah berguru dengan Mihawk, membuat mereka langsung menyambutnya dengan baik. Dia tidak menjelaskan siapa dia yang sebenarnya dan mengenai bajak laut Akagami. Tapi melihat ekspresi dan respon mereka, sepertinya mereka sudah tahu.
“Mereka sudah siuman!!”
Suara rusa kecil itu terdengar, dia adalah dokter kru bajak laut Topi Jerami. Mendengarnya, semua orang langsung heboh, beberapa berlarian untuk menyebarkan informasi ke orang-orang. Calypso menatap mereka lekat-lekat yang perlahan bangkit. Bukannya mengaduh kesakitan atau mengeluh akan luka yang didapat, mereka justru berteriak minta makan dan minum. Calypso seketika lupa sekonyol apa Luffy dan Zoro. Tapi tetap saja itu cukup membuatnya mental breakdown.
“DAGING!!”
“SAKE!!”
Seperti yang sudah ditebak, ruangan tiba-tiba berubah manjadi ramai. Para pelayan bulak-balik mengambilkan makanan untuk dua pasien tersebut yang makan sudah seperti kesetanan. “Kau seharusnya tidak minum sake, Buta Arah.”
Zoro tersedak. Saat mendapati dirinya berada di hadapannya. “Merah?! Apa yang kau lakukan di sini?!”
“CALLIO!!” Luffy berteriak terkejut. Dia memakan daging raksasa tersebut dengan sekali suapan, dan melompat ke arahnya. “Kau datang ke Wano?! Di mana—”
“Dia tidak ikut. Aku datang sendiri bersama Nekomamushi untuk mengurus beberapa hal. Tenang aku tidak bermaksud buruk,” ucap Calypso. Sengaja memotong kalimat pria itu yang nyaris menyebutkan nama ayahnya.
“Oh, begitu. Shishishi!” Luffy merentangkan tangannya dan mengambil daging lagi. “Bagaimana kabarnya? Sudah lama sekali tidak bertemu dengannya.”
“Dia baik-baik saja. Masih suka berpesta dan minum alkohol saban hari.”
Luffy terkekeh. Ini sudah lama sekali bagi Luffy tidak bertemu dengan pria berambut merah tersebut. Sekalinya bertemu hanya bersama putrinya saja. Kini penampilan teman masa kecilnya itu sedikit berubah. “Calypso, kau mengecat rambutmu agar sama seperti rambut ayahmu?” tanyanya.
Calypso tersenyum. “Tidak. Ini memang warna asli rambutku. Aku mewarisinya dari ayahku.”
* * *
Berita tentang kejadian pemberontakan yang terjadi di negeri Wano telah turun beberapa jam yang lalu. Shanks memerintahkan krunya untuk mengarahkan kapal lebih dekat dari posisi air terjun. Pria itu membiarkan Calypso berada di sana selama seminggu untuk memastikan Luffy dan krunya baik-baik saja. Dia yakin Nekomamushi pasti sudah memberitahu siapa dirinya sehingga pria itu tidak perlu khawatir akan keselamatan putrinya.
Pria itu menatap poster buronan milik Luffy yang naik begitu drastis dengan gambar yang benar-benar memperlihatkan wujud dari dewa Nika. Mungkin ini sebabnya mengapa seminggu yang lalu tepat saat kejadian itu berlangsung, detak jantung Calypso berdetak begitu kencang. Bagai genderang kebebasan yang berirama begitu harmonis. Dia tidak begitu yakin apa hubungan akan kebangkitan Joy Boy ini dengan putrinya. Tapi mengingat apa yang dikatakan oleh kaum Elbaf, Shanks jadi semakin penasaran. Apa yang telah terjadi pada putrinya (dalam konteks yang baik).
“Bos, sebentar lagi kita sampai di negeri Wano!” Roo tiba-tiba berbicara seraya memakan daging berukuran besar di tangannya. “Ayo kita bertemu dengan Luffy, Bos! Sekarang dia sudah menjadi bajak laut yang hebat! Kaisar laut termuda!” lanjutnya. Lalu disusul oleh Monster yang berseru seakan-akan setuju dengan usulannya barusan.
“Oy! Aku ... Aku belum siap bertemu dengan Usoop!” Yasoop tiba-tiba berceletuk. Dia memiliki perang batin untuk bertemu dengan putranya (salah satu kru Topi Jerami) yang telah dia tinggal sejak masih bayi.
“Oh, ayolah!” Roo memberengut.
Lime yang berada di sampingnya mendengkus. “Dibandingkan itu semua, Bocah Kid itu juga ada di Wano. Dua tahun yang lalu dia datang untuk berkelahi dengan kita!”
“Lupakan bocah itu, yang penting kita harus bertemu Luffy!” sanggah Roo. “Bagaimana, Bos?!” tanyanya meminta pendapat Shanks yang masih berdiri menatap poster buronan tersebut.
Pria berambut merah itu tersenyum. “Kita datang ke sini untuk menjemput Calypso. Bukan untuk bertemu Luffy.”
Roo dan Monster kecewa. Pasalnya sedari tadi mereka yang paling antusias untuk bertemu dengan bocah jangkar tersebut. Shanks berbalik badan, berjalan mendekati para eksekutifnya. “Lagi pula, kita masih punya banyak masalah yang harus kita selesaikan.”
“Bos benar. Beberapa hari yang lalu ada laporan jika kelompok bajak laut yang mengaku sebagai anak buah Luffy datang ke wilayah kekuasaan kita dan membakar bendera Jolly Roger Akagami, lalu diganti dengan lambang Luffy. Siapa namanya, Barto ... Entahlah.”
“Nah itu dia! Yang dikatakan Boss benar!” ucap Yasoop mencoba untuk mencari alasan agar mereka tidak jadi bertemu dengan Luffy yang artinya akan bertemu dengan putranya.
“Ya ampun, Bos. Padahal aku ingin sekali bertemu dengan Luffy!”
Shanks terkekeh. Pria itu akhirnya menghampiri Benn yang duduk di kursi, tengah merokok seraya membaca koran. Wakilnya itu menoleh sejenak sebelum akhirnya kembali fokus dengan bacaannya. “Apa Calypso baik-baik saja?” tanyanya.
“Dia baik-baik saja.”
“Apa yang membuatnya begitu lama?” tanya Benn. Dia melipat korannya dan menuangkan sake ke cawan, mempersilahkan sang kapten untuk meneguknya.
“Aku memintanya untuk membeli oleh-oleh. Kau tahu, sake negeri Wano itu memiliki rasa yang enak,” ujar Shanks lalu meneguk sakenya.
Benn mendengkus. “Kau ini. Calypso itu kalau sudah belanja tanpa diawasi akan menghabiskan waktu berjam-jam! Belum lagi dia hanya membawa sedikit uang.”
Shanks tidak mengatakan apa-apa. Dia terdiam sejenak seraya menyesap tegukan terakhir sakenya. “Benn, bukankah ini waktu yang pas untuk mengambilnya?”
“...”
Pria berambut merah itu menyeringai. “One Piece.”
Benn tersenyum miring. “Kau bilang kita memiliki banyak urusan yang harus diselesaikan.”
“Yeah, memang. Aku akan mengambilnya setelah aku bertemu dengan-nya.”
“Kau yakin dengan batu kehidupan bisa mengembalikannya?” tanya Benn.
Shanks menatap cincin batu akik bewarna biru yang selama ini telah dia simpan baik-baik di lemarinya. Dia baru mengenakannya lagi sejak dua tahun yang lalu. Saat ingatan tentang Karina hilang dan hanya menyisakan beberapa. “Aku percaya pada putriku. Dia adalah keajaiban.”
* * *
Tas ranselnya terasa berat. Terisi penuh oleh 3 botol minuman alkohol khas negeri Wano. Ditambah beberapa setel kimono yang dibelikan oleh Hiyori. Karena Luffy dan Zoro sudah siuman, dan tampaknya mereka sudah baik-baik saja. Akhirnya Calypso memutuskan untuk pulang malam itu juga. Gadis itu juga menawarkan tumpangan Red Force pada Marco, yang langsung diterima oleh pria itu. Katanya, dia sudah lama tidak bertemu ayahnya.
Tepat saat festival tengah berlangsung, mereka berdua terbang meninggalkan pulau. Namun, mereka sempat berpapasan dengan Luffy, Zoro, Jimbe dan Sanji. Mereka sedang duduk santai melihat kota dari atas tebing. Marco memanggilnya, menyapanya dan berpamitan. Sedangkan Calypso bergegas turun menghampiri mereka.
Semua mata menatapnya takjub. Mungkin karena sayapnya yang begitu indah. Dirinya saja mengagumi bagian tubuhnya itu yang baru kembali setelah dua tahun meratapi nasibnya yang tidak akan pernah bisa terbang lagi.
“PE—PERI ... PERI CANTIK!” Sanji berceletuk, tiba-tiba mimisan dan terjatuh terlentang.
Calypso dan Jimbe terkejut. Namun Zoro buru-buru menjelaskan, “Hiraukan saja alis keriting itu. Dia memang aneh!”
“Shishishi! Aku senang melihat sayapmu baik-baik saja, Callio!” ucap Luffy. Pria itu pasti tahu kejadian bagaimana sayapnya bisa hilang saat perang 2 tahun yang lalu.
“Terima kasih. Aku ingin berpamitan. Dan juga menyampaikan salamku dari Ayah.”
Luffy tersenyum penuh makna seraya membetulkan topinya sejenak. “Beri salamku juga padanya. Tapi Callio ... dari pada itu, bagaimana jika kau bergabung menjadi kruku? Aku senang memiliki anggota yang bisa terbang.”
Sanji tiba-tiba bangkit, meski hidungnya masih mengeluarkan darah. “BENAR! Bergabunglah bersama kami, Calypso-cwaan!”
“Tch, Idiot!” sindir Zoro pada Sanji.
Pria berambut pirang itu menoleh dengan melayangkan tatapan tajam pada Zoro. “Sialan! Apa yang kau katakan barusan, kepala lumut?!”
“Idiot!”
“Brengsek kau!”
Calypso terkekeh melihat tingkah mereka. Lalu tanpa aba-aba dia memeluk Luffy. Bohong jika gadis itu tidak merindukannya. Pria itu adalah teman pertamanya, sekaligus adik Ace. Dia juga adalah seseorang yang benar-benar dipercaya oleh ayahnya untuk meneruskan tekad dari raja bajak laut terdahulu. Dia dan ayahnya percaya suatu saat Luffy akan mewujudkan impiannya. “Aku tidak berencana menjadi bajak laut, Luffy. Aku punya tujuanku sendiri nanti setelah usiaku genap 18 tahun,” ucap Calypso seraya melepas pelukannya.
“Wah, begitu? Yasudah, aku tunggu kabar baiknya, shishishi!” ucap Luffy.
Calypso terkekeh. Lalu dia kembali mengepakkan sayapnya. “Sampai jumpa semuanya!” ujarnya berpamitan. Lalu terbang menyusul Marco.
Dia dan Marco terbang menuju lokasi di mana beberapa menit yang lalu terasa pancaran Haki raja milik ayahnya. Entah apa alasan pria itu mengeluarkan Haki begitu besar ke salah satu lokasi di Wano. Namun itu cukup mempermudah dirinya untuk melacak lokasi ayahnya. Tepat saat Red Force terlihat, dia menambahkan kecepatannya.
Ayahnya berdiri di depan haluan. Matanya terbelalak terkejut, begitupun bajak laut lainnya di kapal yang melihat gadis itu dengan tatapan tidak percaya dan takjub secara bersamaan. “Calypso ... Sayapmu ...” Shanks bahkan sampai tak sadar bergumam.
“AYAAH!!” panggil gadis itu dengan riang.
Shanks tidak bisa menahan haru. Alhasil, dia tersenyum dan merentangkan tangannya, mencoba untuk menangkapnya seperti yang dia lakukan saat putrinya pertama kali belajar terbang di usia 6 tahun. Saat tangan pria itu berhasil menangkap tangan putrinya, gadis itu langsung memeluk ayahnya. Pelukannya erat, kentara sekali ingin menunjukkan betapa senang dirinya.
“Calypso, sayapmu kembali?!” tanya Hongou. Calypso menatap dokter tersebut dari bahu ayahnya, dan mengangguk antusias.
Shanks tersenyum. Dia menyentuh sayap itu dengan hati-hati, lalu mengusap kepalanya dengan lembut. “Ayah ikut senang,” ujarnya. Lalu seperti bisa mengecup keningnya dengan penuh sayang.
“Aku berhasil mendapatkannya, Ayah!”
“Ya. Ayah tahu kau pasti bisa melakukannya.” Shanks mengusap keningnya, menyingkirkan helaian rambut halusnya yang menghalangi wajahnya. “Ayah selalu yakin kau bisa melakukannya.”
* * *
A/N:
Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Sincerely, Nanda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top