34 | Wano Island

Ini memang bisa dikatakan sangat mendadak. Dia cukup membuat ayahnya pusing perkara keinginannya untuk datang ke negeri Wano, lokasi di mana batu kehidupan terakhir berada. Tapi masalahnya, dia tidak mungkin sendirian, mengingat dia sudah tidak lagi memiliki sayap. Alhasil, dia diantar oleh bajak laut Akagami untuk sampai berada di wilayah perairan negeri Wano secara diam-diam (alias akan melewati air terjun aneh tersebut). Namun saat di tengah perjalanan, mereka kebetulan berpapasan dengan sebuah kapal yang memiliki patung gajah di haluannya. Calypso yang saat itu sedang duduk di geladak bersama ayahnya, mengira akan terjadi pertempuran mengingat Akagami memiliki banyak musuh baik dari kalangan Angkatan Laut maupun sesama bajak laut.

“OY, BOCAH MERAH!! KAU KAH ITU?!”

Tiba-tiba, terlihat di depan haluan seorang manusia kucing bewarna oren melambaikan tangannya. Calypso memicingkan mata, tak lama dia menatap ayahnya yang terkejut dengan mata terbelalak dan mulut sedikit terbuka. Apakah ayahnya ini mengenal makhluk aneh tersebut.

“NE—NEKOMAMUSHI?!” Shanks balas berteriak.

Lalu tak lama, dua kapal itu saling mendekat. Calypso tidak menyangka jika ayahnya memiliki kenalan dengan salah satu orang dari suku Mink yang katanya keberadaannya begitu misterius. Mereka berada di suatu tempat yang bernama Zou. Calypso tidak tahu Zou itu pulau atau sejenis hewan purba dengan ukuran sangat besar. Sebab setahunya Zou itu berbetuk seperti gajah raksasa yang bergerak terus menerus mengarungi lautan.

Gadis itu menatap ayahnya yang sekarang tengah bersulang cawan sake dengan kucing besar tersebut. Untuk pertama kalinya Calypso kurang suka melihat kucing. Padahal dia pecinta segala jenis kucing. Gadis itu mendengkus, memilih untuk memperhatikan Minky, kucingnya yang berada di atas pangkuannya. Entah petulangan macam apa yang telah dilalui oleh ayahnya saat semasa muda, Calypso jadi semakin mengidolakan ayahnya yang di manapun dia berada, pasti pria itu memiliki seorang kenalan.

“Calypso! Kemari, sayangku. Kau harus bertemu dengan Paman Kucing ini! Dia dulu pernah ikut dalam petualangan bersama Gold Roger!”

Calypso membiarkan Minky pergi. Digantikan olehnya yang menghampiri ayahnya dan duduk di sampingnya. Di sana bukan hanya ada si paman kucing saja, tapi ada seorang perempuan mengenakan kimono yang memiliki luka codet di alis kanannya. Sepertinya dia pernah melihatnya, tapi di mana?

“Wah, jadi kau sudah memiliki putri-nyaw?” Manusia kucing itu berbicara dengan dialeg cukup aneh seraya tersenyum menatapnya.

“Yeah. Namanya Calypso. Sebentar lagi dia berumur 17 tahun.” Shanks mengelus kepalanya. Sudah menjadi kebiasaan ayahnya setiap bertemu rekan lama pasti akan memperkenalkan putrinya. Biasanya Calypso akan duduk bersama mereka selama beberapa menit hanya untuk memberitahu jika kaisar laut itu telah memiliki seorang putri, dan putrinya ini sudah besar (meskipun ayahnya itu hanya akan melakukannya pada kenalan yang sudah sangat dekat dengannya). Gadis itu bingung, apakah semua orang tua selalu seperti ini?

“Kau ingat aku, Calypso? Aku Izo, mantan komandan divisi ke-16 bajak laut Shirohige.” Perempuan berkimono itu berkata.

Calypso langsung terbelalak. Dia ingat sekarang. Tapi kenapa suaranya terdengar sangat berat seperti laki-laki? Atau jangan-jangan selama ini dia bukan perempuan?

“Kau laki-laki?”

Semua orang tertawa, bahkan Izo sendiri pun tertawa. Shanks kembali menyentuh kepalanya. Gadis itu mendongak, menatap pria berambut merah tersebut.

“Dengar Calypso, Ayah tidak bisa mengantarmu. Kau akan ikut bersama Nekomamushi yang kebetulan akan pergi ke Wano.”

“Tunggu, kenapa? Kok, tiba-tiba?” Kening Calypso mengkerut. Dia tidak paham dengan ucapan ayahnya barusan.

Alhasil Shanks berdeham. “Ayo kita bicarakannya di dalam,” katanya seraya berdiri dan menuntun gadis itu ke kabinnya.

Sesampainya di sana, Calypso langsung melempar pertanyaan. “Apa maksud Ayah? Aku hanya ingin pergi ke perairan lautnya saja untuk bisa sampai ke kota yang terendam selama ratusan tahun lamanya di masa lampau. Tidak lebih! Itu tidak terlalu sulit bukan? Aku bisa membawa Red Force naik ke atas air terjun!”

“Justru karena itu.” Shanks mengusap wajahnya sejenak. "Akan bahaya jika mereka mengetahui Red Force berada di kawasan mereka. Kaido adalah musuh. Kau tahu tidak etis bukan jika seorang kaisar laut datang ke wilayah kaisar laut lain secara diam-diam? Ayah tidak ingin memperparah keadaan," lanjutnya.

“Memangnya kenapa? Apa yang memperparah keadaan?” tanya Calypso.

Shanks mengelus wajahnya sejenak. “Luffy dan aliansinya telah membongkar kedok perusahaan buah iblis buatan yang dulu pernah kita investigasi. Hancurnya Punk Hazard dan ditangkapnya Doflaminggo, membuat posisi Kaido tergencat. Itu adalah waktu yang pas bagi aliansi Luffy untuk mengalahkan Kaido.”

Calypso terdiam. Dia menatap Shanks lekat-lekat. Dia benci peperangan, tapi dia yakin alasan di balik itu semua adalah demi keadilan. Sedikit banyak dia tahu apa pengaruh buruk yang diberikan Kaido selama puluhan tahun menguasai Wano. Dia yakin itu adalah penderitaan yang tidak ada ujungnya bagi masyarakat yang tidak tahu apa-apa.

“Kau tidak perlu ikut dalam pemberontakan. Kau hanya akan menumpang kapal Nekomamushi untuk sampai di sekitar perairan laut negeri Wano,” lanjut ayahnya.

Gadis itu menghela napas. Dia paham apa yang dikhawatirkan ayahnya itu. Dia juga paham tidak mudah bagi seorang kaisar laut untuk masuk ke wilayah kaisar laut lain. Tapi masalahnya, Calypso tidak memberi tahu jika terdapat rintangan yang cukup berat untuk mengambil batu kehidupan tersebut. Bukan berarti gadis itu pesimis, namun dia hanya tidak percaya diri.

Paham dengan ekspresi wajah putrinya. Shanks kembali mengusap pipi gadis itu. “Semuanya akan baik-baik saja, Calypso. Ayah akan menunggumu di bawah air terjun. Ayah juga akan mengawasimu. Jika sesuatu terjadi, aku akan datang bagaimanapun caranya.”

Calypso mencurutkan bibirnya. Seketika dia memeluk pria itu, yang langsung disambut olehnya. Shanks memberikan kecupan singkat di pucuk kepalanya, tak lupa mengelus punggungnya untuk memberikan semangat padanya.

“Siapkan barang-barangmu. Mereka tidak bisa lama-lama,” ucap Shanks.

* * *

Selama perjalanan Calypso memilih untuk diam duduk di dekat pagar pembatas. Dia hanya memperhatikan air laut yang bergerak amat tidak beraturan. Angin malam juga tidak bisa tenang, menggerakkan layar dan rambut serta pakaian setiap orang yang berdiri di atas dek. Mereka semua fokus menatap air terjun tersebut. Terdapat 5 ikan koi berukuran besar yang menarik kapal menaiki air terjun. Tak jauh dari posisi mereka, terdapat kapal lain yang terlihat familiar bagi Calypso.

“Itu kapal Big Mom!”

Salah seorang berseru terkejut disusul oleh yang lain. Namun Nekomamushi maupun Izo tetap tenang di posisinya. Calypso meneguk ludah, dia berpikir keras, untuk apa kaisar laut lainnya seperti Big Mom muncul di negeri Wano? Apakah dia dan Kaido beraliansi untuk melawan pemberontakan yang terjadi di sana? Kekuatan besar macam apa nantinya yang akan dihadapi oleh Luffy dan aliansinya? Gadis itu tahu, perkembangan Luffy setelah 2 tahun menghilang begitu pesat, harga buronannya naik drastis menjadi 1,5 miliyar Berry. Jika Luffy bisa mengalahkan Big Mom dan Kaido, maka itu akan menjadi berita yang mengguncangkan dunia.

Suara teriakan panik terdengar, membuat Calypso tersadar sejenak dari lamunannya dan mendapati kapal Big Mom tersebut telah terjatuh akibat serangan dari sesuatu yang terbang di atas sana.

“Marco?” Izo bergumam, sedetik setelahnya dia tersenyum penuh kemenangan. Rupanya, yang menjatuhkan kapal tersebut adalah mantan komandan divisi pertama bajak laut Shirohige, yang datang secara tiba-tiba. Calypso sudah lama sekali tidak melihatnya. Terakhir adalah saat pemakaman Ace dua tahun yang lalu. Pria berambut pirang itu mendarat di atas dek saat kapal berhasil sampai di ujung air terjun. Wujud Phoenixnya pun menghilang, mata pria itu langsung tertuju pada Calypso yang memang sedari tadi menatapnya.

“Kau ... Sudah lama sekali tidak melihatmu, Calypso!” sapanya. Gadis itu membalasnya dengan tersenyum lalu membungkukkan tubuhnya sebentar. “Apa itu alasan kenapa aku melihat Akagami berada di bawah sana-yoi?” lanjutnya.

“Anak ini ada urusan di Wano. Yang jelas dia tidak datang bukan sebagai bala bantuan.” Izo mendekat dan menjelaskan secara singkat tentang keberadaannya di kapal ini.

“Hm, begitu.” Marco mengambil duduk dekat Calypso, tepat di hadapan Nekomamushi.

Beruntung Marco tidak bertanya lebih lanjut. Sebab kini sudah waktunya Calypso untuk turun. Gejolak energi bawah tanah sudah mulai dia rasakan. Gadis itu segera menggulung rambutnya dan melepas sweater dan roknya. Menyisakan tank top putih dan celana street di tubuhnya. Semua orang menatapnya. Terutama Nekomamushi yang terkejut dan datang menghampirinya. “Hey, Nak. Kenapa kau membuka pakaianmu? Di sini sangat dingin!”

Calypso tidak menggubrisnya. Dia justru lanjut melepas sepatu dan kaos kakinya. Tak lupa memasukkan kembali pakaiannya ke dalam tas ranselnya. “Maaf, Paman. Aku akan turun di sini.”

“Apa?!” Nekomamushi dan Izo terkejut. Pasalnya mereka dipercaya untuk bertanggung jawab langsung akan keselamatan gadis itu oleh Shanks. Jika terjadi sesuatu, mereka akan memicu amarah kaisar laut tersebut. “Dermaganya masih jauh! Tunggu sebentar! Kau tidak mungkin terjun ke laut begitu saja!”

“Tidak apa-apa. Itu memang tujuanku. Apakah Ayah tidak menjelaskan pada kalian?”

Mereka terdiam. Baru teringat jika Shanks memang tidak mengatakan apa-apa soal di mana tujuan anak itu. Belum sempat mereka bertanya, Calypso lebih dulu melompat ke laut yang begitu gelap dan dingin.

“Sial! Bawa kembali gadis itu! Aku tidak menyangka anak si Bocah Merah itu begitu nekat dan nakal!” gerutu Nekomamushi.

Marco tertawa. “Sudahlah, tidak apa-apa! Gadis itu memang penuh misteri. Saat perang di Marineford saja dia cukup membuat orang terkesima dengan kemampuan uniknya.”

* * *

Di sini begitu gelap. Jarak pandang hanya sampai 5 meter menggunakan cahaya yang menyala dari tangannya. Namun, Calypso yakin dia masih jauh dari lokasi. Alhasil, dia terus berenang mengandalkan arus air yang dia buat, untuk mendorong tubuhnya. Dia pernah berenang selama berjam-jam di tengah malam hingga matahari terbit, tapi dia tidak pernah berenang hingga kedalaman nyaris 100 meter. Meskipun sudah beberapa menit melakukan adaptasi dengan suhu air, namun dinginnya air laut ini membuat kulit serta tulangnya terasa beku.

Calypso menoleh dengan tubuh yang tersentak saat melihat pergerakan aneh dari radius 10 meter. Sebisa mungkin dia berpikir positif jika itu hanya sekumpulan ikan kecil yang habitatnya berada di perairan laut dalam. Alhasil, beberapa detik kemudian dia kembali berenang. Pikirannya sedikit sibuk untuk mengaktifkan kemampuan berbicaranya dengan alam. Merasakan pergerakan lempeng tektonik yang tidak terlalu aktif, serta arus laut yang sedang mengalami upwelling secara besar-besaran sehingga menjadikannya sulit untuk beradaptasi dengan suhu yang selalu berubah setiap beberapa meter dia menyelam. Mungkin ini salah satu alasan mengapa ikan-ikan terdesak naik dari dasar laut.

Dia mendengar sesuatu dari radius 20 meter. Seperti suara percikan listrik. Calypso terdiam, tangan dan kakinya bergerak kecil untuk menstabilkan posisinya. Mata cokelat terangnya itu memicing untuk menangkap sosok yang tengah berenang dengan kecepatan tinggi ke arahnya. Detik berikutnya gadis itu terbelalak, lantas berenang dengan cepat untuk lari dari kejaran mahluk raksasa tersebut.

Bentuknya seperti sea king, namun ukurannya lebih kecil. Lagi pula tidak ada sea king yang dapat mengeluarkan listrik. Sial, jangan bilang makhluk itu adalah hewan purba nenek moyang dari belut listrik?!

Terlalu lelah untuk berenang saat laut tengah mengalami upwelling, Calypso memilih berputar arah. Tangannya dia kepal erat-erat dengan mengaktifkan Haki senjata serta percikan listrik dengan tegangan berjuta volt. Tepat saat belut itu mendekat dan ingin menyerangnya, Calypso lebih dulu melayangnya bogem mentahnya. Listriknya saling berinteraksi dengan miliknya, menciptakan ledakan cahaya yang begitu menyilaukan. Belum merasa puas, belut itu menatapnya tajam. Tapi Calypso lebih dulu menyerangnya dengan Haki rajanya yang membuat tubuh makhluk itu bergetar. Pikirannya termanipulasi oleh aura tekadnya hingga akhirnya belut itu pun terdiam.

Calypso mendecih, dia berenang mendekat dan menyentuh kepala belut tersebut. Percikan listrik langsung menyambut tangannya yang sama sekali tidak merasakan rasa sakit.

“Baiklah, kau kuberi nama Volty,” ucap Calypso. Senyum gadis itu melebar penuh dengan ambisi. “Aku butuh bantuanmu!”

Seperti yang bisa ditebak, belut itu berakhir menjadi hewan tunggangannya. Calypso duduk atas kepalanya dan membiarkan hewan tersebut membawanya ke negeri Wano ratusan tahun lalu. Dengan begini, maka lebih efesien untuk menghemat energinya. Butuh sekitar 30 menit mereka berenang menuju lokasi yang ditunjukkan oleh alam padanya. Volty sejenak terdiam, menunggu aba-aba majikan barunya itu. Merasa paham, gadis itu lantas menembakkan cahaya hingga berhasil membuat sebuah matahari buatan di atas 20 meter dari dasar laut.

Percikan cahaya kecil bergerak menyinari setiap sudut kota. Kini semuanya terlihat dengan jelas, rumah-rumah penduduk, beberapa gedung seperti rumah makan dan bar serta bangunan besar yang Calypso tebak adalah tempat mengatur pemerintahan masih berdiri kokoh. Gadis itu turun dari kepala belut tersebut. Memintanya untuk menunggu di sana selagi dia mencari apa yang dia butuhkan.

Lokasinya ada di tengah-tengah, Calypso bisa merasakan keberadaannya. Dia berenang dan menapakkan kakinya di sebuah lapangan yang kini telah ditumbuhi oleh ganggang laut. Dia berjongkok dan meletakkan tangannya di permukaan tanah. Beberapa detik dia berada di posisi tersebut, hingga kemudian dia mulai menggerakkan tanah hingga patahan pun terjadi. Lautan terasa bergoyang. Kini patahan itu semakin besar, di dalam celah patahan terdapat sesuatu yang bersinar. Bewarna cokelat keemasan yang terlihat begitu kontras dengan gelapnya celah sempit tersebut. Calypso memberanikan diri untuk masuk ke dalam, dengan hati-hati dia mengambil benda bercahaya tersebut. Menghitung beberapa detik baginya untuk meyakinkan dirinya sendiri jika akan terjadi sesuatu yang mengancamnya.

Oke, Calypso. Tidak ada yang mudah di dunia ini.

Srak!

Benda itu berhenti bersinar, digantikan oleh sebuah batu cokelat keemasan yang kini berada di tangannya. Gadis itu menatapnya sejenak, hingga tak lama kemudian terdengar suara gemuruh dan raungan yang sangat keras. Panik langsung menyelimuti Calypso. Gadis itu dengan cepat langsung berenang keluar dari celah tersebut. Buru-buru dia melesat menuju Volty.

“Kita harus keluar dari sini! Cepat!”

Belut raksasa itu patuh, tanpa menunggu lama langsung menggerakkan ekornya berenang menjauhi kota. Namun seperti yang dikatakan oleh Oread, makhluk itu muncul. Jumlahnya ada 3 berukuran berkali-kali lipat dari Volty terbuat dari bebatuan yang memiliki cahaya kuning di sekitar mata dan persendiannya. Mereka muncul dari patahan tanah tersebut, mengaum layaknya binatang buas seraya menggerak-gerakkan tangan panjangnya ke sembarang arah menghancurkan apa saja yang ada di sekitarnya.

Pertanyaannya, haruskah dia kabur?
Atau memasukkan mereka kembali ke patahan tersebut? Jika tidak, maka akan terjadi bencana Tsunami yang bisa menenggelamkan pulau di atas sana. Sial, ini pilihan yang sulit!

Calypso memasukkan batu kehidupan tersebut ke dalam tas nya. Menatap 3 monster batu tersebut yang kini menatapnya seperti sesuatu yang pantas dimusnahkan. Alhasil mereka kompak kembali mengaum lebih keras kepadanya.

Sialan.

“Volty berhenti! Aku harus mengatasi mereka atau negeri Wano akan hancur!”

Calypso turun dari kepala Volty. Dia berenang dengan kecepatan penuh menuju monster-monster tersebut. Gadis itu tanpa menunggu lama memuluskan tendangan berdentumnya pada salah satu yang berdiri di tengah. Karena partikel air yang menyelimuti mereka, membuat gerak para monster begitu lambat. Calypso kembali melayangkan tendangannya ke monster yang lain. Namun belum sempat melakukan hal yang sama pada satunya lagi, mereka lebih dulu melayangkan tangan panjangnya yang menghantam tubuhnya begitu keras hingga menjauh beberapa meter.

Demi apapun, dia lebih baik melawan 10 monster raksasa sekaligus di daratan dibandingkan harus bertarung di dalam air!

Tiga monster itu membuka mulut, selang beberapa detik, cahaya muncul dan tembakan laser menyerang ke arahnya. Mata Calypso terbelalak, dia tidak sempat memikirkan untuk melawan, lantaran menghindar secepatnya dari serangan fatal tersebut. Gadis itu melesat, dibantu oleh arus yang mendorong ujung kakinya untuk bergerak ke arah mereka. Tapi 3 monster itu kompak mengaum, menciptakan gelombang air yang kuat dan melempar tubuh Calypso menjauh puluhan meter. Kalau saja Volty tidak muncul dan menangkap tubuhnya, dia sudah habis menabrak bangunan di bawah sana.

“Volty aku butuh bantuanmu!” Calypso berseru seraya naik ke atas kepala belut tersebut. Merasa paham apa yang diinginkan oleh majikannya, hewan itu berenang dengan cepat, memutar arah menuju belakang monster tersebut. Tepat di mana celah retakan yang menganga lebar itu berada. Calypso menggerakkan tangannya, mengendalikan tanah tersebut untuk terbuka semakin lebar.

Merasa ada pergerakan dari arah belakang, monster-monster itu serempak menoleh, kembali mengaktifkan tembakan laser dari mulutnya. Tapi sayangnya, Calypso lebih cepat bergerak. Dia menyuruh Volty untuk berenang membawanya kabur dari posisi mereka. Dalam hitungan 5 detik, Calypso kembali turun dari kepala belut tersebut, sekejap dia mengendalikan elemen air untuk menciptakan arus raksasa. Mendorong 3 monster raksasa tersebut sekaligus hingga terjatuh dalam lubang besar yang barusan diciptakan olehnya.

Tanpa menunggu lama lagi, gadis itu menyatukan tangannya dengan kencang, mengendalikan tanah tersebut untuk menutup rapat-rapat celah tersebut hingga hilang tanpa jejak, menelan monster tersebut yang memang sebelumnya berada di dalam sana.

Calypso mengaturnya napasnya di dalam air. Dia menoleh ke arah Volty yang masih tidak percaya dengan kejadian barusan. Gadis itu berenang mendekati belut tersebut, memerintahkannya untuk segera pergi dari sana.

Cahaya yang semula menerangi seluruh kota, meredup seiring kepergian mereka yang berenang naik ke atas permukaan. Gadis itu terdiam sejenak, memikirkan jika barusan dia nyaris membuka pintu menuju senjata rahasia kuno pluton. Perlahan senyum kecil tertarik dari sudut bibirnya. Dia menoleh sejenak ke belakang, melihat kota tersebut yang perlahan menggelap.

Sekitar 20 menit, Volty berhasil membawanya ke atas permukaan. Dia mengelus kepala belut tersebut. Tujuannya sekarang adalah kembali turun ke bawah air terjun. Dia tidak boleh lama-lama berada di sana, sebab urusannya sudah selesai.

Tapi baru saja dia meminta Volty untuk membawanya ke ujung tebing, seketika di kepalanya terdengar suara detak jantung yang begitu kencang, begitu cepat, menciptakan suara genderang besar yang memacu jantungnya untuk ikut berdegup kencang.

Suara apa itu?

Calypso menoleh, melalui Haki observasinya, dia melihat pulau Onigashima yang melayang di atas langit, bergerak perlahan menuju pulau utama negeri Wano.

Sial, apa yang sebenarnya terjadi? Terlebih, suara genderang itu semakin memekakkan telinganya. Perlahan, dia melihat langit yang cerah akibat pancaran sinar bulan purnama. Tepat saat iris cokelat terangnya memantulkan cahaya rembulan, sesuatu terjadi dalam dirinya. Cahaya biru tiba-tiba muncul menyelimuti sekujur tubuhnya. Selama beberapa detik, dia tersadar ini adalah fase purnama di bulan keenam. Kekuatan magis Nymph akan meningkatkan 5 kali lipat. Tapi, cahaya biru apa ini?

Belum sempat Calypso memahami semuanya, Haki raja seseorang terpancar dari belasan kilometer jauhnya di ujung sana. Energinya begitu kuat, membuat Calypso merasa merinding. Tapi dibandingkan hal itu semua, dia belum tersadar jika sesuatu muncul dari balik punggungnya.

“ARGGHHTT!!”

Gadis itu melepas tas ranselnya. Dia mencengkram lututnya kala rasa panas dan terbakar menjalar dari satu titik di belakang tubuhnya. Cahaya biru itu belum kunjung menghilang, justru semakin pekat dan perlahan berubah menjadi putih terang. Calypso membelalakkan matanya, kala dia merasakan itu lagi. Setelah dua tahun lamanya dia kehilangan anggota tubuhnya, sayapnya muncul, merobek bagian belakang tank topnya. Ukurannya begitu besar dan bercahaya memantulkan sinar rembulan.

Sayapnya ... Telah kembali.

* * *

A/N:

Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sincerely, Nanda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top