27 | War Is Getting Hotter
“Sekarang kau tidak bisa berkutik, putri Akagami.”
Calypso terdiam. Semua orang di sekitarnya pun juga terdiam. Yang terdengar hanyalah suara pertarungan di sisi lain alun-alun. Gadis itu menatap borgol di tangannya dan beralih menatap Laksamana Kizaru. Itu yang dia tahu dari cerita Benn dan Mihawk mengenai para petinggi di Angkatan Laut.
“Aku tidak menyangka Akagami memiliki seorang putri. Setelah Portgas D. Ace selesai dieksekusi, kau dan Mugiwara selanjutnya.”
“Pfftt! Dahahaha!” Calypso tertawa. Tawanya begitu renyah hingga membuat semua orang menoleh ke arahnya. “Kau lucu sekali, Kizaru! Ternyata kau memang bodoh seperti yang Paman Benn ceritakan padaku!”
Kizaru memicingkan matanya. “Aneh sekali reaksimu itu. Lebih baik kau simpan omong kosongmu, dan nikmati hidupmu selagi kepalamu masih berada di tempatnya.”
Calypso menatap tajam laksamana tersebut. Lalu mendongak menatap Fleet Admiral yang berdiri di atas platform eksekusi. “Sengoku tidak memberitahu soal ini rupanya,” ucapnya santai dan mengeluarkan energi panas dari elemen magma yang dia miliki. Membuat borgol keras tersebut meleleh dan berjatuhan ke atas salju di dekat kakinya. “Kau mencari gara-gara dengan orang yang salah!”
Kilatan petir muncul bersamaan dengan Calypso yang melompat tinggi meninggalkan Kizaru bersama dengan beberapa marinir yang masih tercengang melihat aksinya barusan. Satu tangannya dia rentangan ke atas, mengumpulkan aliran listrik bertegangan tinggi dan menghempaskannya ke tanah, membuat para marinir yang tidak bisa menghindar tersetrum. Persetan dengan tubuhnya yang kelelahan. Dia perlu menggunakan kekuatan magisnya, atau dia akan kalah!
Calypso lagi-lagi melompat, mendorong tubuhnya dengan elemen angin agar bisa melompat jauh menuju atas platform. Namun baru saja tubuhnya melayang, tiba-tiba dia terhalang oleh kemunculan Garp yang telah siap dengan tinju Hakinya.
“Maaf anak kecil, aku tidak akan membiarkanmu mendekati Ace!”
“Sial—”
Pukulan itu sangat cepat, menghantam wajahnya hingga terpental amat jauh mendekati kapal Moby Dick. Kepala Calypso langsung terasa pusing, dia membiarkan tubuhnya berbaring sejenak untuk mengatur napas. Beberapa detik kemudian dia kembali berdiri, mendapati seberapa kacaunya pertarungan di hadapannya ini. Banyak korban yang berjatuhan dari dua belah pihak. Selama ini Calypso tidak pernah berada di pertarungan yang sesungguhnya. Sejak kecil dulu, dia akan dikunci di dalam kabin atau bahkan lambung kapal selagi Ayah dan krunya melawan Angkatan Laut atau bajak laut yang menyerang mereka.
“KUBILANG HENTIKAN!!!”
Suara teriakan Luffy terdengar begitu keras, bersamaan dengan getaran Haki raja yang begitu kuat meskipun belum terkontrol. Para marinir dan bajak laut di sekitarnya yang tidak bisa menahannya, langsung pingsan di tempat. Luffy tanpa berpikir panjang menggunakan kesempatan itu untuk kembali berlari menaiki tangga menuju atas platform eksekusi. Garp yang sebelumnya telah menyerang Calypso dengan pukulan fatal, muncul dan hendak melakukan hal yang sama cucunya. Tapi entah bagaimana pria bertopi jerami itu berhasil menangkis dan meninju balik sang kakek.
“Jangan biarkan putri Akagami bergerak!” Marinir lagi-lagi kembali muncul. Calypso mengerang, dia tidak bisa membuang-buang tenaga dan harus segera meringkus semua lawan untuk bisa sampai di atas sana. Sial, ayo berpikir Calypso!
“Keparat!” maki Calypso. Sebelum para marinir menyabet dan menembaki dirinya, dia lebih dulu mengeluarkan sayapnya dan mengepaknya dengan dibantu oleh elemen angin. Gadis itu segera terbang dengan tinggi, dia bisa merasakan semua mata memandang dirinya dengan sayap kacanya yang terlihat begitu tidak nyata.
Aku minta maaf Ayah, aku minta maaf.
* * *
Ace tidak bisa berhenti mengigit bibir bawahnya. Dia khawatir. Dia takut. Dia tidak begitu layak untuk diperjuangkan seperti ini. Tapi kenapa Oyaji dan saudara-saudaranya mau berjuang hingga darah penghabisan? Bahkan ada beberapa yang terluka dan sekarat hanya untuk menyelamatkannya. Terutama gadis itu. Kedatangannya membuat Ace sangat terkejut, dia meronta-ronta agar borgol di tangannya lepas meskipun itu percuma. Dia tidak terima gadis itu datang seorang diri dan bertarung hanya untuk menyelamatkannya. Hidupnya terlalu berharga, Ace tidak akan memaafkan dirinya jika sesuatu terjadi padanya. Pada gadis yang dia sayangi.
“Kumohon Calypso, jangan membahayakan dirimu!” gumam Ace dengan lirih. Matanya berkaca-kaca. Dia nyaris berteriak saat kakeknya, Garp sang wakil Fleet Admiral memukulnya dengan tinju kuatnya hingga terpental begitu jauh.
“Sialan Kakek Tua!” maki Ace. Dia harus kembali dibuat khawatir kala adiknya Luffy mulai naik mendekati platform eksekusi dan dicegat oleh Garp.
“Luffy!”
BUG!
Pukulan Luffy lebih dulu mengenai Garp. Adiknya itu lanjut berlari menghampirinya. “Ace!!” Dia berteriak.
“Luffy! Kau berhasil sampai!”
Ace tersenyum sumringah. Mereka seketika lupa jika Sengoku masih berdiri di sampingnya menatap tak percaya. Luffy mengeluarkan kunci borgolnya, dia nyaris berhasil membebaskan Ace jika saja tembakan laser milik Kizaru dari kejauhan tidak menghalanginya dengan menghancurkan kunci tersebut. Baik Ace maupun Luffy panik. Mereka semakin panik saat Sengoku mengaktifkan kekuatan buah iblisnya dan berubah menjadi sosok Budha emas berukuran raksasa. Kepalan tangannya yang besar mengarah kepada mereka. Luffy dengan sigap memasang badan, membuat tubuhnya mengembang kayaknya balon raksasa untuk menahan serangan tersebut.
Tapi sesuatu yang terbang muncul, melesat dan menendang telak torso Sengoku dengan Haki senjata yang begitu kuat. Serangan itu begitu fatal hingga menghancurkan platform eksekusi. Ace dan Luffy terjatuh. Calypso terbang ke arah mereka. Memegang tangan Ace dan melakukan sesuatu dengan borgol tersebut. Dia melelehkan batu laut tersebut layaknya air.
“GAWAT!! TINJU API BERHASIL BEBAS!! SERANG MEREKA!!”
Meriam diluncurkan, ledakan pun terjadi. Namun mereka terlalu lambat sebab Ace sudah dulu terbebas dari borgol batu laut yang menahan kekuatan buah iblisnya. Ace, Calypso dan Luffy mendarat di tanah dengan wajah yang berseri-seri penuh syukur. Akhirnya mereka berhasil membebaskan Ace. Sekarang, yang harus mereka lakukan adalah pergi bersama para bajak laut lainnya dari Marineford secepatnya.
Ace menatap Calypso sejenak, wajahnya sedikit lebam, tangannya penuh luka-luka, sayapnya begitu indah seperti terakhir kali dia lihat. “Sembunyikan sayapmu. Aku tidak ingin apiku melukainya,” ucapnya. Calypso mengangguk, melakukan apa yang dia suruh.
“Kau masih bisa bertarung, Luffy?” tanya Ace. Pria itu tersenyum lebar, merasa seperti nostalgia semasa kecilnya yang hidup bebas di hutan.
Adiknya itu mengangguk dengan mantap. “Tentu saja!”
Pertempuran semakin memanas. Mereka kembali menyerang para marinir yang juga sama-sama menyerang mereka. Calypso tidak begitu tahu sedekat apa hubungan dua saudara sumpah tersebut, tapi gadis itu bisa dengan cepat berbaur. Ace di tengah, Luffy di sebelah kanan dan Calypso di sebelah kiri. Ace menyerang orang-orang di hadapannya dengan mengirimkan tinju api khasnya. Luffy memantulkan peluru yang di tembakkan ke arahnya. Dan Calypso menyerang menggunakan elemen kayunya. Dia sudah tidak memiliki tenaga. Menyerang jarak dekat terlalu beresiko di saat para marinir datang membawa senapan yang bisa saja pelurunya bukanlah besi biasa.
DOR!
Sialan. Ketakutannya benar-benar tetjadi.
Calypso tersentak. Bahu kanannya tertembak. Membuatnya lengah dan serangan peluru berikutnya mengenai pahanya. Dia terjatuh dan rasa terbakar langsung menjalar menyengat tulang. Sial, itu perak! Gadis itu tidak bisa membiarkan dirinya kembali terserang untuk yang ketiganya kalinya, alhasil dia memukul tanah dan menyebabkan permukaan tanah bergetar dan bebatuan terangkat menghentak para marinir hingga terjatuh dan tersungkur.
“Calypso!!”
Ace berteriak memanggilnya. Menyemburkan kobaran api untuk menghentikan serangan para marinir dengan sekali serang. Calypso akhirnya terjatuh. Dia memegang bahunya erat-erat yang terasa basah oleh rembesan darah yang mulai menyebar. Perlahan, rambut dan matanya berubah warna. Ace dan Luffy yang sadar langsung memasang badan untuk melindungi gadis itu.
“BANTU ACE DAN YANG LAIN PERGI DARI SINI!!” teriak Marco dari kejauhan. Semua bajak laut berseru. Tiba-tiba mendapatkan asupan semangat untuk kembali bertarung dan berjuang. Ace meminta Luffy untuk pergi lebih dulu seraya membawa tubuh Calypso yang terasa mati rasa.
“Bertahan, Callio!!”
Calypso mengerang. Rambutnya sudah berubah merah. Dia harus cepat-cepat mengeluarkan peluru tersebut. “Tidak, Luffy ... Tunggu sebentar!” Gadis itu memberontak, dia kembali terjatuh ke tanah. Tangannya merobek sedikit pakaiannya dan mengorek luka tembak tersebut untuk mengeluarkan peluru perak yang bersarang di bahunya. Tapi belum sempat dia melakukan aksinya, Luffy lebih dulu terlempar oleh seseorang. Menyisakan Calypso seorang diri yang menerima sebuah pedang menghunus dadanya.
“CALLY!!”
“CALLIO!!”
Ace dan Luffy berteriak. Calypso terbelalak, napasnya terasa sesak dan berakhir memuntahkan banyak darah. Dia memegang pedang perak tersebut yang menembus tubuh bagian atasnya. Rasa terbakar terasa berkali-kali lipat. Baik di sekujur dada maupun di telapak tangan sudah berlumuran banyak darah. “A—Aokiji ...”
Aokiji memicingkan matanya. Tangannya sudah menciptakan es berbentuk tombak, siap menghunuskan benda tersebut padanya. “Rupanya kelemahanmu adalah perak. Aku tidak tahu siapa kau dan bagaimana hubunganmu dengan Akagami. Tapi kau di sini cukup merepotkan.”
Tidak, tolong!
SRANG!
Tombak es itu pecah, saat sebuah pedang hitam menghancurkannya. Aokiji terkejut saat Mihawk muncul untuk mencegahnya. Mata tajamnya menatap Laksamana tersebut dengan tatapan kebencian. “Kau akan menyesali perbuatanmu jika kau tahu siapa dia yang sebenarnya!” ucapnya. Segera setelah mengatakan hal tersebut, dia berlutut, mengecek keadaan keponakannya itu yang membuatnya merasa deja vu dengan kejadian belasan tahun yang lalu. Rambutnya memerah, semerah darah dan iris terangnya meredup.
“Pa—Paman ... Perak!”
Mihawk tahu, jika dia mencabut pedangnya secara paksa, dia akan mengalami pendarahan fatal. Tapi jika dia tidak segera mencabutnya, efek perak akan segera membunuhnya. Tapi pria itu tidak punya banyak pilihan. Dia mencabut paksa benda tersebut, membuat Calypso lagi-lagi memuntahkan banyak darah. Warna merah muda di pakaiannya sudah berubah menjadi merah darah. Dia nyaris tersungkur karena tidak bisa menahan tubuhnya sendiri. Beruntung Mihawk sigap, membawanya pergi ke tempat yang lebih aman.
Aokiji tidak terima. Dia kembali mengambil ancang-ancang untuk mencegah Mihawk, namun Sengoku muncul dan mencekal tangannya. “Hentikan! Jangan sampai membunuhnya. Akan repot jika Akagami mengamuk!” ucapnya, yang mau tidak mau membuat Aokiji tunduk dan membiarkan Warlord tersebut membawa gadis misterius itu.
Calypso tidak bisa bergerak. Tapi matanya tidak bisa berhenti menatap Ace yang juga menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti. Tapi entah bagaimana, dia terlihat sedang mengucapkan sesuatu padanya. Sesuatu yang tidak bisa dia dengar tapi dapat dia rasakan. Sahabatnya itu berbalik menghadap Laksamana lain yang memiliki kekuatan magma. Mereka mengalami cekcok, sebelum akhirnya menyerang dengan begitu impulsif dan sangat sulit untuk ditebak. Akainu melesat, dia tidak mengincar Ace. Dia justru mengincar Luffy yang terduduk menatap Vivre Card milik kakaknya. Napas Calypso yang sudah sesak semakin sesak, saat tinju magma itu nyaris mengarah pada Luffy. Dia hampir meneriaki sahabat kecilnya itu. Namun hal yang tidak terduga pun kembali terjadi. Ace muncul, menahan tinju Akainu dengan tubuhnya yang dia yakin itu bukanlah tinju biasa, melainkan tinju berlapis Haki tingkat tinggi.
Semua orang terkejut. Bahkan Mihawk pun dibuat berhenti melangkah untuk mengecek situasi apa yang sedang terjadi.
‘Aku menyayangimu, Calypso. Maaf aku tidak bisa datang ke acara ulang tahunmu.’
“ACEE!!!”
* * *
Entah datang dari mana, tenaga Calypso muncul mendadak. Dia memukul-mukul dada pamannya. Hingga terlepas dari gendongannya. Mihawk merutuki keponakannya yang begitu bebal. “Calypso, kumohon jangan keras kepala! Kau sudah sekarat!!”
“LEPASKAN!!”
Calypso berteriak, dia menghentakkan tangannya dan mengeluarkan sayapnya lebar-lebar. Mihawk gagal menarik kakinya saat gadis itu sudah lebih dulu terbang dengan cepat. Rasa terbakar di tubuhnya mendadak hilang oleh rasa emosi. Rambut merahnya berkibar dengan gumpalan api hitam di kedua tangannya. Dia menyerang Akainu, disusul oleh Marco dan Vista yang juga sama-sama menyerang dengan kekuatan penuh, merasa emosi atas apa yang telah dia lakukan pada Ace. Laksamana tersebut tidak bisa mengelak saat tiga serangan tersebut mengenai tubuhnya. Namun pria itu dengan cepat mencengkram leher Calypso dan melemparnya ke tanah.
Mihawk berlari, sudah bersiap dengan pedangnya. Hal yang serupa pun terjadi pada Sengoku yang berupaya untuk menghentikan aksi Akainu yang hendak mencelakai Calypso.
CRAK!
Laksamana itu merobek dan mencabut paksa sayap indah tersebut sedetik sebelum tebasan Mihawk menghempaskan tubuhnya. Sengoku mematung, dia telat. Aksi dari bawahannya itu kini berganti oleh suara teriakan kesakitan yang begitu memilukan dari gadis tersebut.
“AAAARGHT!!”
Calypso berteriak, sayap yang selalu dibanggakan oleh ayahnya itu robek dan tercabut dari punggungnya secara paksa. Darah mengalir begitu deras. Matanya terbelalak dan mulutnya meracau untuk mengekspresikan rasa sakit luar biasa yang menggerogoti tubuhnya dalam sepersekian detik. Mihawk mendekat, wajahnya yang selalu menatapnya tanpa ekspresi, kini menatapnya penuh khawatir dan ketakutan. Tangannya yang selalu kokoh, kini bergetar menyentuh pundaknya. “Ca—Calypso. Bertahanlah!”
Dia mengangkat tubuhnya dengan hati-hati, memposisikan kepalanya agar berbaring di atas pahanya. “Se—seal penyembuh! Gunakan seal penyembuhmu!”
Calypso tidak bereaksi. Dia tidak bisa bergerak, matanya buram oleh air mata. Tenaganya sudah tidak ada yang tersisa. Mihawk mengumpat dirinya sendiri yang tidak bisa menahan dan menjaga keponakannya. Pria itu mengangkat tubuhnya. Berlari ke tempat yang lebih aman dan membaringkannya di tanah. “Medis!! Tolong bantu anak ini!!” teriak Mihawk pada marinir yang secara harfiah berada di pihaknya.
“Ta—tapi Hawkeye, dia berada di pihak musuh!”
“Lakukan apa yang dia suruh! Bawakan tim medis dan obati lukanya!” Sengoku muncul, dan memberikan perintahnya. Akan runyam jika cucu dari keluarga Figarland tewas oleh Angkatan Laut!
Mihawk menatap dua tenaga medis yang mengatasi luka di dadanya. Pria itu tahu, luka di tubuh Calypso tidak bisa disembuhkan oleh medis jenis apapun. Tapi pendarahannya harus segera dihentikan, atau sesuatu yang buruk akan terjadi pada gadis itu. Mihawk tidak bisa membayangkan dia harus kembali merasakan situasi ini lagi setelah belasan tahun berlalu.
“Bertahanlah, Calypso,” gumam Mihawk seraya menggenggam tangannya. Dia tidak tahu bentuk seal khusus yang berfungsi untuk menyembuhkan efek perak di tubuh keponakannya. Tapi Mihawk yakin Shanks akan datang ke Marineford, dan sekarang satu-satunya harapan pria itu adalah ayah dari gadis ini. “Akagami ... Cepatlah datang, brengsek!”
* * *
Shanks mematung di depan haluan kapal. Keringat dingin mengucur di pelipis kala suara detak jantung itu terdengar begitu lemah. Putrinya. Apa yang terjadi pada putrinya?!
“Atur emosimu, Shanks. Bawa Calypso ke kapal, setelah itu baru kau urus permasalahan yang ada di sana!” Suara Benn terdengar begitu tenang namun terasa dingin di telinga. Shanks menyentuh dadanya, rasa khawatir yang sudah meluap, semakin terasa kuat saat detak jantung Calypso terdengar sangat lemah. "Aku tahu Calypso terluka. Tapi yang perlu kau lakukan adalah dinginkan kepalamu!"
Shanks menggeram. Dia mengepalkan tangannya hingga dia bisa merasakan kuku tangannya melukai telapaknya. Pohon beringin yang terletak di dek atas telah banyak menggugurkan daunnya. Bahkan beberapa dahan berjatuhan, yang menandakan sesuatu yang buruk tengah terjadi pada putrinya. Shanks tidak mau memikirkan apa saja kemungkinan yang terjadi, bahkan dia menutup sejenak ikatan batin dengan Calypso agar tidak kalap dan bisa menghancurkan Marineford. Yang dikatakan Benn itu ada benarnya, dia cukup mengambil Calypso dan meminta para penyihir (yang telah mereka panggil) untuk menyembuhkannya. Lalu dia akan menyelesaikan peperangan itu secepat mungkin.
Tepat saat Red Force berhasil memasuki gerbang yang entah bagaimana bisa terbuka, Shanks tanpa banyak basa-basi melesat. Dia mendarat tanpa diketahui oleh orang-orang, dan menghampiri 4 orang yang tengah bergumul mengelilingi Calypso. Mihawk yang sadar akan kedatangan Shanks tersentak, namun belum sempat dia menoleh, Shanks lebih dulu menendang pendekar pedang tersebut dan menyerang 3 tenaga medis dengan Haki rajanya.
Mihawk tidak melawan, menurutnya reaksi Shanks itu normal. Dia ayah dari gadis itu. Dia yang merawat dan menyayanginya lebih dari apapun di dunia ini. Pria itu justru merasa bersalah karena tidak bisa menahan Calypso untuk tidak terlibat dalam peperangan.
“Calypso!” Shanks menyentuh wajah putrinya yang terlihat pucat. Rambutnya sepenuhnya memerah, tubuhnya begitu kacau. Darah ada di mana-mana. Pria itu mengigit ibu jarinya, menyalurkan amarahnya hingga tidak butuh waktu lama hingga darah menetes dari jarinya. Shanks menggambar seal penyembuh di dada putrinya. Setelahnya dia mengangkat tubuh gadis itu dan melesat kembali menuju Red Force. Lagi-lagi pergerakannya begitu cepat hingga tidak terdeteksi oleh orang-orang di sekitar.
Sesampainya di kapal, semua kru kompak panik dan terkejut mendapati kondisi putri kapten. Mereka mematung, tidak ada satupun pun yang berani mendekat untuk membantu. Lantaran takut makin melukai tubuh penuh luka tersebut. Alhasil yang berani mengambil langkah adalah wakil kapten. Benn membantu mengangkat tubuh Calypso, dan membawanya ke kabin khusus tempat pertemuan. Di sana sudah terdapat Eliza dan Elise yang menatap terkejut akan kondisi gadis setengah Nymph tersebut. “Aku sudah memberikan seal penyembuh. Tolong bantu dia!” Shanks mengelus kepala Calypso dan mengecup keningnya sejenak.
“George, temani Calypso!” perintah Shanks.
Beberapa detik kemudian, Calypso ditinggal bersama dua penyihir beserta George dan beberapa tenaga medis. Shanks masih memiliki beberapa urusan di Marineford, dan dia harus bertindak cepat.
* * *
A/N:
Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Sincerely, Nanda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top