22 | Fire Battle

Calypso senang, ayahnya tidak seburuk yang dia bayangkan. Pria tua itu mau menyambut Ace meskipun dengan ekspresi yang sangat tertekuk. Mereka makan siang bersama dengan para kru kapal lainnya. Sikap Ace yang ramah dan pandai bergaul, membuatnya cepat berbaur dengan kru bajak laut Akagami lainnya. Calypso dan Ace bermain poker bersama George, mengobrol santai mengenai kelakuan konyol para komandan di bajak laut Shirohige hingga akhirnya mereka sampai di sebuah pulau tak berpenghuni yang beberapa kali telah mereka singgahi untuk bermalam.

“Cally, bagaimana jika kita berduel? Kau memiliki kekuatan elemen alam, kan? Pasti ada api salah satunya.”

Ace berbicara setelah dia memenangkan permainan poker secara berturut-turut. Semua kepala menoleh ke arahnya. Termasuk Shanks yang duduk tidak jauh dari putrinya. “Bagaimana kau tahu tentang itu?” tanyanya. Wajahnya yang tadi terlihat riang dan ramah seketika menjadi dingin dan menakutkan.

Ace gelagapan. “Umm ... Waktu aku bertemu dengannya, dia tidak sengaja menggunakan kekuatannya.”

Calypso mendesah, mau tidak mau dia harus menjelaskan hal ini pada ayahnya sebelum pria itu marah dan menyerang Ace. “Aku pernah menunjukkan kemampuanku di depannya. Tenang saja Ayah, hanya Ace saja yang tahu sejauh ini.”

Shanks memicingkan mata, beberapa detik kemudian dia tersenyum miring, seraya melempar tatapan yang sulit dimengerti pada Ace. “Baiklah. Ada tempat yang cocok untuk dijadikan lokasi duel di pulau tersebut.”

Semua kru bajak laut Akagami ikutan menyeringai, tak lama tawa mereka terdengar saling bersahutan. Calypso tersenyum penuh makna dan berdiri dari posisi duduknya. “Baiklah, Ace. Aku terima tawaran duelmu.”

“Dahahaha! Sepertinya putriku tidak sabar untuk memukul pantat temannya!” seru Shanks. Sebab rasa dongkolnya akan terbayar dengan membiarkan Calypso berduel dengan si Tinju Api.

Ace tersenyum, lalu ikut berdiri seraya mengenakan topi koboinya. Benn berdeham membuat pria berambut hitam itu menoleh. “Ada apa, Benn?”

“Hati-hati, anak muda.”

Senyum di wajah Ace tidak meluntur. “Tenang saja. Aku akan hati-hati dan tidak akan melukai Calypso.”

Benn terkekeh sarkas. Pria berambut kelabu itu menepuk pundaknya. “Bukan Calypso yang aku maksud. Tapi kau.”

“Apa ... Maksudmu?”

“Lihat saja nanti.”

* * *

Ini adalah sesuatu yang baru baginya. Selama ini, dia tidak pernah berduel dengan orang lain selain kru bajak laut Akagami. Lalu tiba-tiba saja Ace menawarkannya untuk berduel. Calypso tidak tahu apa maksud pria itu, tapi itu kedengarannya cukup menarik.

“Dengar, teman-teman! Aturannya cukup simpel. Siapa yang jatuh selama 5 detik, dia yang kalah. Pertarungan menggunakan tangan kosong. Khusus untukmu Calypso, kau hanya diperbolehkan menggunakan elemen api. Kalian paham?” Yasoop menawarkan diri menjadi wasit. Pria berambut keriting itu mengikat rambutnya dan mengalungkan peluit di lehernya.

“Paham.”

“Paham.”

Yasoop menyeringai. Dia meniup peluitnya dan duel pun dimulai.

Ace membiarkan Calypso yang lebih dulu menyerang. Pria itu mengira gadis itu akan mengirimnya kobaran api, tapi ternyata dia justru berlari ke arahnya, menyerangnya dengan tangan kosong. Ace menangkis beberapa pukulannya. Namun gadis itu begitu gesit, tubuhnya meliuk menyerang titik fatal pria itu seperti rahang, leher, torso dan dadanya. Ace mencoba menyerang, dia mengarahkan pukulan dengan api menyelimuti tangannya, namun Calypso berhasil menghindar dan berakhir tendangan dengan kibasan api menghajar pria itu.

Tendangannya tidak berefek saat tubuh pria itu berubah menjadi api. Sial. Tipe logia rupanya.

Suara tawa penonton terdengar. Calypso tahu, mereka baru saja meledeknya. Alhasil gadis itu mundur dan memadamkan apinya. Berganti dengan menyiapkan tinjunya yang telah dilapisi oleh Haki senjata, kembali merangsek maju melawan si Tinju Api. Ace berlari menghindar, sesekali menangkis dan membalas serangan tinju yang juga sama-sama dilapisi Haki senjata. Calypso menyilangkan kedua tangannya, kala tinju pria itu akan mengarah ke wajahnya. Bentrokan Haki pun terjadi, menciptakan suara dentuman yang cukup kencang.

Gadis itu menatap lawannya lekat-lekat, melihat seringaiannya yang seakan-akan menantang dirinya. Ace merasa sedikit percaya diri dengan hasil latihannya selama hampir setahun berlatih dengan Thatch dan Marco. Terbukti dengan pukulan Haki-nya yang bisa mengimbangi milik gadis itu.

“Jangan senang dulu, kawan.” Calypso berucap sesaat setelah Ace merasakan sesuatu di kakinya. Api hitam muncul, melingkar di kedua tungkainya, membuatnya terbelalak dan memberikan kesempatan bagi Calypso untuk menarik tangan Ace dan melemparnya dengan telak di atas tanah.

Suara penonton semakin ramai. Bahkan ayahnya juga ikut berteriak menyemangati putrinya. “Rasakan itu, Kutu Beras! Ayo sayangku! Putri Ayah pasti bisa mengalahkannya!”

Ace segera bangkit di hitungan ke-3. Dia menguatkan kuda-kuda, mengambil sikap siap menyerang seraya menatap Calypso dengan tajam. Sedangkan yang ditatap menyeringai, merasa duelnya ini semakin menyenangkan. Di saat pria itu menyiapkan sebuah lingkaran api yang mengelilingi tubuhnya, Calypso justru mengepalkan kedua tangannya. Gadis itu kembali melakukan teknik yang sama, mengandalkan Haki senjatanya. Tapi tindakannya ini justru membuat Shanks mengernyit. Haki senjatanya terlihat berbeda, samar-samar terdapat kilatan aura merah kehitaman yang terasa seperti Haki penakluk.

“AYO SERANG!!”

Teriakan para bajak laut semakin meriahkan suasana. Shanks bangkit dari duduknya. Ini bahaya! Calypso secara tidak sengaja menggunakan gabungan dua jenis Haki sekaligus. Ace akan berada dalam masalah jika dia tidak dapat mengimbanginya dengan baik atau minimal dia harus bisa menghindar.

BLARR!

Api besar berkobar dari arah Ace. Calypso melompat, merentangkan tangannya ke depan dan membuat perisai dengan api hitam yang memakan api merah dari lawannya. Ace menggeram, saat gadis itu mendekat dari arah atas, pria itu menyiapkan tinju apinya yang telah dia baluti dengan Haki senjata. Mata mereka saling beradu, seringaian sama-sama mereka lemparkan. Mereka berteriak dengan lantang, memasifkan serangan dalam satu pukulan.

Kilatan aura Haki raja muncul, membuat semua orang menegang yang melihatnya dari kejauhan. Tubuh Ace bergetar, namun serangan belum selesai, masih butuh waktu 3 detik baginya untuk melayangkan tinjunya pada Calypso yang juga sama-sama hendak melayangkan tinju api hitamnya yang terlihat begitu menakutkan.

Tepat sedetik sebelum serangan itu saling beradu, tubuh Ace lebih dulu terlempar beberapa meter. Shanks rupanya tidak ingin mengambil resiko, pria itu melesat dengan cepat lalu menendang Ace agar menjauh dan menahan pukulan Calypso dengan Haki tingkat tinggi miliknya.

DARR!

Suara dentuman amat keras (lebih keras dari sebelumnya) terjadi. Shanks menarik Calypso turun dan gadis itu jatuh terduduk dengan luka memar di sekitar tangannya. Di sisi lain Ace mengatur napas, tersadar jika dia tetap menerima serangan dari gadis itu, mungkin dia akan terluka dan tak sadarkan diri.

Shanks menatap putrinya itu yang terduduk dan menundukkan kepalanya. Pria itu berjongkok, menyentuh pundaknya dengan lembut. “Calypso. Jika kau masih membenci kejadian di Mock Town, katakan padaku! Luapkan kekesalanmu padaku!”

Calypso terdiam. Tiba-tiba saja dia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis. Suara tangisannya terdengar begitu memilukan, orang-orang di sekitar langsung menatapnya prihatin begitu pula Ace. Shanks lebih dulu menarik gadis itu ke dalam pelukannya, mengusap punggungnya berkali-kali dan membiarkan putrinya menangis di dadanya. “Ayah minta maaf, Calypso. Ini semua karena salahku. Aku sebagai ayah tidak bisa menjagamu dengan baik.”

Tangis Calypso masih belum surut. Dia mengeratkan kedua tangannya pada kemeja ayahnya, kemudian memukul-mukul dada pria itu untuk meluapkan amarah dan kebenciannya pada orang-orang yang berani melecehkannya. Shanks hanya diam, rupanya gadis itu masih belum bisa melupakan kejadian kelam tersebut. Pria itu membiarkan gadis itu mengeluarkan segala hal yang menyakiti hatinya. Melihat dampak yang dialami oleh putrinya, Shanks semakin memantapkan hatinya untuk memberikan balasan yang sangat setimpal pada orang-orang brengsek yang telah melukai gadis kecilnya itu.

* * *

Ace tidak paham apa yang terjadi dengan Calypso. Sejak berinteraksi dan berbicara tadi, gadis terlihat baik-baik saja. Namun saat melihat dia menangis di pelukan ayahnya setelah duel mereka diberhentikan secara paksa, Ace jadi merasa kalau gadis itu benar-benar jauh dari kata baik-baik saja. Suasana pun kini menjadi canggung, kru bajak laut Akagami sibuk mengerjakan tugasnya membuat area camping untuk bermalam. Ace ingin sekali berbicara dengan Calypso, menanyakan kabarnya dan memastikan jika dia sudah merasa lebih baik. Tapi ayahnya seperti tidak memberikannya izin.

Hingga akhirnya Benn pun datang menghampirinya. Pria itu menyesap lintingan rokok dan menanyakan kabarnya selepas duelnya barusan. “Kau baik-baik saja?”

“Yeah,” jawab Ace ala kadarnya.

“Beruntung Shanks menyudahi duel kalian, kalau tidak mungkin kau akan cedera.”

Ace menatap deburan ombak yang menyisir pantai. Suara burung camar terdengar tak lama kemudian. “Benn, apa Calypso baik-baik saja?” tanyanya.

Benn meliriknya dengan sudut mata. Menghembuskan sejenak asap rokok dan menggeleng. “Ada kejadian yang menimpanya. Aku tidak bisa menceritakannya padamu.”

“...”

“Tidak usah risau. Dia akan baik-baik saja.”

Pria bertopi koboi itu menundukkan kepalanya. Dia tidak menyangka jika melihat dan mendengar gadis itu menangis membuat Ace merasa ikut sedih. Hatinya tidak nyaman, dia ingin tahu siapa orang yang membuat gadisnya itu terluka seperti ini.

Tunggu, apa? Gadis?

Ace menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Calypso itu masih 14 tahun, dia bisa kena amuk Shanks jika berani-beraninya menyukai anak perempuannya. Benar. Ace memang sudah menyukai Calypso sejak melihatnya di pulau musim dingin saat gadis itu berusia 12 tahun. Dia mengira hanya respon biasa saat melihat gadis cantik pada umumnya. Namun entah kenapa bayangan Calypso tidak pernah pergi dari pikirannya, apa lagi saat mengetahui sikap asli gadis itu yang ternyata periang dan cerdas. Ace semakin menyukainya.

“Apa aku bisa berbicara dengannya?” tanya Ace.

“Kau menyukainya?” Benn malah menjawab dengan pertanyaan

“Ya.”

Benn menoleh. Beberapa detik, Ace tersadar apa yang barusan dia katakan. “Tidak—tunggu! Maksudku bukan itu!”

Pria berambut kelabu itu menghela napas. Membuang puntung rokoknya dan menginjaknya. “Kau tahu, Calypso adalah permata bagi kami. Dia putri kesayangan bajak laut Akagami. Keberadaannya benar-benar kami sembunyikan sebaik mungkin. Jika ada yang berniat menyakitinya, kami tidak akan membiarkan mereka melihat matahari terbit di esok pagi.”

Ace terdiam. Wajahnya terlihat murung. Dia tersadar jika dirinya ini tidak pantas untuk Calypso. Dirinya memiliki darah terlarang dari raja bajak laut. Keberadaannya di dunia akan sangat dibenci dan dikutuk oleh orang-orang. Bagaimana bisa Calypso yang hidup bahagia bersama ayah serta keluarga yang begitu menyayangi mau menerimanya yang bahkan tidak pantas mendapatkan cinta dari orang lain. “A—aku minta maaf sudah lancang.”

“Cobalah hampiri dia. Shanks tidak akan sampai membunuh putra kaptennya.”

Deg!

“Apa?!”

Benn menoleh dan melemparnya senyum miring. “Dia tahu siapa kau. Bersikaplah yang sopan, dan kau akan diberikan izin untuk mendekati putrinya.”

“Tapi aku dan Calypso ... Aku hanya menyukainya sebagai sahabat.”

“Benarkah?”

Ace ragu untuk menjawab. Dia tidak seharusnya menaruh perasaan pada gadis itu. Dia masih terlalu muda, tidak bijak jika Ace meminta lebih.

“Kau pembohong yang payah.”

Pria bertopi koboi itu mengepalkan tangannya. Dia berpikir keras, meyakinkan dirinya untuk menghampiri Calypso dan juga Shanks untuk berpamitan. Dia harus segera kembali berlayar dengan rakit striker-nya. 15 menit kemudian akhirnya dia memutuskan untuk datang ke area camp. Menghampiri Shanks yang tengah duduk di depan tenda seraya menikmati sakenya. Salah satu alisnya terangkat saat melihat pemuda tersebut.

“Kau baik-baik saja? Tendanganku tidak melukaimu, bukan?” tanyanya.

“Tidak. Aku baik-baik saja,” jawab Ace.

Shanks meneguk sakenya kembali dan menatap pria bertopi koboi itu lekat-lekat. “Jika kau macam-macam dengan putriku, maka aku akan menendangmu 10 kali lipat dari itu.”

Ace tersenyum. Pria itu melepas topinya, dan membungkuk sebentar. “Aku menemuimu untuk berpamitan sekaligus berterima kasih.”

“Untuk apa? Kau sudah berterima kasih sejak 2 tahun yang lalu,” balas Shanks.

Pria muda itu menatap arah tenda. “Terima kasih sudah mengizinkanku menemui Calypso. Mohon izinkan aku sekali lagi untuk berpamitan langsung dengannya. Aku sudah menganggapnya sebagai sahabat sekaligus adikku.”

Shanks memicingkan matanya, sebelum akhirnya meludah dan bangkit untuk menuntun pria itu ke tenda. “Calypso, kutu beras ini ingin berpamitan denganmu!”

Calypso yang tengah berbaring menyelimuti tubuhnya menoleh. Dia tiba-tiba teringat dengan pria bertopi koboi itu yang telah berduel dengannya. Gadis itu cepat-cepat bangkit dan menghampirinya. “Ace—maaf, aku melupakanmu. Aku ... Aku sedang banyak pikiran.”

“Tidak apa-apa. Aku mengerti.” Ace mengambil sesuatu dari tas blancu hijau miliknya, mengeluarkan sebuah gelang mute hitam dan memberikannya pada Calypso. “Untukmu. Aku membuatnya bersama Haruta.”

Shanks yang melihatnya mendecih. “Tch, sudah berapa gadis yang kau berikan gelang?”

“Aku hanya membuat tiga. Satu untukku, satu untuk Calypso dan sisanya untuk Luffy saat dia sudah berlayar ke Grandline tahun depan.”

Jawaban Ace barusan sukses membuat pria berambut merah itu menutup mulutnya rapat-rapat. “Kau bilang kau ingin segera pergi, bukan? Cepat pergi!”

Calypso terkekeh. Gadis itu mengenakan gelangnya dan mengantar Ace ke pinggir pantai ditemani oleh Shanks dan Benn. Ace datang dengan sebuah rakit striker berukuran sangat kecil. Lebih kecil dibandingkan rakit milik Mihawk. Saat pria itu berdiri di atas rakitnya, dia mengaktifkan kekuatan apinya dan rakit itu pun melaju, meninggalkan pulau.

“Sampai jumpa Ace!!” seru Calypso.

Ace melambaikan tangannya. Membalasnya dari kejauhan.

* * *

Kabar burung itu menyebar ke seluruh kota. Semua orang terkejut saat mengetahui jika kapal salah satu kaisar laut Dunia Baru berlabuh di kota kecil tersebut. Kedatangan mereka juga tidak diawali dengan baik-baik. Mereka memang tidak mengacau, namun para bajak laut tersebut datang dengan penuh intimidasi. Mereka menyebar ke seluruh kota, masing-masing dari mereka membawa sebuah foto seorang gadis berambut hitam dengan mata cokelat terang indah rupawan.

Mereka mendatangi setiap tempat, bertanya tentang kehadiran seorang gadis yang ada di foto tersebut. “Gadis ini telah mencuri barang berharga dari kami! Jadi katakan padaku, apakah kalian pernah melihatnya? kapten kami ingin sekali membunuhnya?”

Salah satu pengunjung bar mendekat, dengan wajah songong dia memperhatikan foto tersebut yang kemudian menyeringai penuh arti. “Aku pernah melihatnya. Dia gadis yang sangat cantik, meski sepertinya masih remaja, dia memiliki dada yang cukup besar! Andai saja saat itu dia tidak memberontak, kami sudah mencicipi tubuhnya beramai-ramai. Hahahaha!”

Mendengar penuturan brengsek pria itu, membuat Lime dan Hongou mengeraskan rahangnya menahan amarah. Mereka tidak boleh menyerang dulu, semua harus seusia dengan rencana. “Maukah kau memberikan kesaksian siapa saja yang melihat dan berinteraksi dengannya? Boss kami ingin sekali mendengar informasinya langsung dari mulut kalian,” ucap Hongou masih memainkan peran.

Pria brengsek itu terkekeh. Memanggil teman-temannya yang berjumlah sekitar 7 orang. Lime mengepalkan tangannya, sekali lagi menahan letupan emosi yang sudah memanas di ubun-ubun. “Ikut kami.”

Tidak butuh waktu lama kru Akagami muncul bersama para penduduk yang merupakan dalang di balik kejadian mengenaskan tersebut. Total ada lebih dari 20 orang. Shanks terduduk di salah satu kursi seraya menenggak habis sakenya dalam sekali napas, kemudian dia membanting botol sakenya hingga pecah berkeping-keping. Sekumpulan orang itu meneguk ludahnya, mereka ingin pergi namun entah kenapa tubuh mereka terasa kaku. Mereka tidak pernah melihat kaisar laut Akagami tersebut secara langsung, dan itu benar-benar membuat nyali mereka ciut. Yang dikatakan orang-orang dan berita ternyata benar, mereka benar-benar menakutkan.

Sang kaisar laut tiba-tiba berdiri. Jubah hitamnya berkibar tertiup angin di dermaga. “Jadi, orang-orang ini mencoba untuk melecehkan putri kesayanganku?” ucap Shanks dengan nada dingin. Haki rajanya yang sedari tadi sedikit aktif, dia naikkan levelnya.

Mereka semua merinding, napasnya terasa sesak dan jatuh berlutut di hadapan sang kaisar. Shanks menatap mereka semua dengan bengis. Jika saja seseorang tidak datang dari arah kapal, pedang Gryphon miliknya pasti sudah menebas tubuh mereka dalam satu gerakan. Calypso muncul. Dia masih mengenakan gaun tidur dan sebuah sweater rajut bewarna cokelat muda.

Seperti melihat setan, semua orang yang berlutut itu terbelalak. Tidak menyangka bahwa gadis yang nyaris mereka perkosa di tengah kota adalah bagian dari kaisar bajak laut di Dunia Baru.

“Kembali, ke kapal. Biar Ayah yang membunuh mereka!” ucap Shanks penuh penekanan.

Mendengar tuturan sang kaisar, lagi-lagi membuat sekumpulan pria bajingan itu makin terkejut. Rupanya mereka telah berurusan dengan orang yang salah! Gadis itu bukan sekedar kru bajak laut terkenal, namun anak dari sang kaisar.

“Biar aku sendiri yang membalaskan dendamku.” Calypso mendekat. Kini secara sadar dia mengaktifkan Haki penakluknya. Tapi miliknya sedikit berbeda. Orang-orang tersebut merintih kesakitan, perlahan jatuh terbaring dengan teriakan kesakitan seakan-akan ada sesuatu yang menyerang tubuhnya.

Shanks mengamati aksi putrinya tersebut. Itu bukan sepenuhnya Haki penakluk. Ada campur kekuatan magis miliknya, dan dia belum paham apa itu.

“TO—TOLONG!! TUBUHKU TERASA PANAS!!!”

“AMPUNI AKU!! AKU AKAN MATI MEMBEKU!!!”

“AKU TIDAK MENYENTUHNYA! AKU HANYA MEMBANTU TEMAN—ARGGHTT!! TOLONG LEPASKAN LILITAN AKAR INI!!”

“BRENGSEK! AKU TIDAK BISA BETENANG!! TOLONG AKU!!”

Mereka berteriak dengan liar. Tubuh mereka meliuk-liuk macam tersiksa. Lambat laun kejadian ini menarik perhatian orang-orang, mereka menatap dari kejauhan. Shanks segera menghampiri Calypso, menariknya untuk bersembunyi di balik jubahnya. Pria itu tidak mau mengambil resiko.

“Hentikan Calypso. Biarkan para pamanmu yang mengurus mereka.”

“Tidak perlu, Ayah. Aku bisa membunuh mereka sekaligus!”

Shanks mengelus kepalanya. Memegang dagunya untuk menatap matanya lekat-lekat. Mata cokelat itu bertubrukan dengan mata cokelat gelap milik sang Ayah, perlahan Calypso menangis. Buru-buru Shanks mengusap air mata yang berjatuhan. “Jangan kotori tanganmu. Biar Ayah saja.”

Setelah itu Calypso dibawa oleh George kembali ke kapal. Haki raja dari gadis itu pun perlahan menghilang. Orang-orang brengsek itu juga mulai bisa bernapas dengan lega. Shanks menatap para eksekutifnya. “Potong kaki dan tangan mereka! Lukai wajahnya hingga aku bisa mengenal mereka yang telah melukai gadis kecilku!”

“Baik, Bos!”

* * *

A/N:

Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sincerely, Nanda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top