15 | Uncle Day Out

2 tahun kemudian.

Ini sudah hampir satu jam Mihawk duduk mengawasi seorang anak perempuan mengenakan jeans overall dengan kaus bewarna peach. Rambut hitam panjangnya dikuncir dua. Tangannya belepotan oleh berbagai macam warna krayon, dan dia terlalu sibuk untuk membersihkannya karena atensinya hanya ada pada selembar kertas A3 yang terisi penuh oleh gambarannya. Mihawk berkali-kali bersedekap, sesekali berdiri menawarkan gadis kecil itu minum atau sesekali menatap tajam para dewan juri serta orang tua peserta yang juga menatapnya curiga penuh waspada. Mereka tentu saja bertanya-tanya, kenapa seorang Warlord datang ke acara perlombaan menggambar anak usia 7-10 tahun? Lalu siapa anak yang datang bersamanya?

Di kepala Mihawk sekarang hanya ada satu. Kapan ini selesai?!

Angka yang tertera di timer menunjukkan jika waktu lomba hanya tersisa 15 menit lagi. Mihawk menghela napas sejenak, memilih untuk memperhatikan keponakannya yang sepertinya lupa jika dia sedang lomba. Sebab dibandingkan berkompetisi, gadis kecil ini terlihat begitu menikmati kegiatannya tanpa terburu-buru. Gambaran yang dia buat juga sedikit berbeda, malah membuat pria pendekar pedang itu kebingungan. Apakah ini gambaran normal bagi seorang anak berusia 8 tahun? Di saat peserta kebanyakan menggambar pemandangan gunung kembar dan sawah, atau pemandangan hamparan pasir di pinggir pantai. Calypso justru melukis pemandangan bawah laut yang menunjukkan keindahan hamparan terumbu karang warna-warni.

Bere bere bere!

Mihawk mendengkus, denden mushinya menyala. Pasti yang meneleponnya bukan lain dan tidak bukan adalah Shanks, ayah dari gadis kecil di hadapannya ini. Sekedar informasi saja, si kaisar laut itu selalu meneleponnya setiap beberapa jam sekali untuk memastikan keadaan putrinya. Padahal sumpah demi apapun, Calypso aman sentosa di sampingnya.

Setelah sehari perayaan ulang tahunnya yang ke delapan, Calypso akhirnya diizinkan untuk pergi berlayar selama seminggu dengan paman jauhnya itu. Shanks awalnya jelas tidak terima, tapi karena dia sudah janji akan mengabulkan apapun permintaan Calypso (yang dia kira adalah membelikan banyak mainan, buku, alat melukis atau pakaian) justru ternyata gadis kecilnya itu meminta untuk ikut bersama Mihawk. Hanya seminggu saja, tidak terlalu lama. Tapi Shanks justru merajuk selama dua hari. Jika sudah menyangkut Calypso, pria itu langsung melupakan posisinya sebagai kapten sekaligus kaisar laut paling menakutkan di Dunia Baru.

Akhirnya, setelah selesai merajuk dan memikirkan banyak pertimbangan, Shanks mengizinkan. Asal Mihawk memperhatikan putrinya 24 /7. memastikan dia makan makanan nabati dengan rutin, tidak boleh telat tidur, juga tidak boleh ada lecet sedikitpun, serta harus mengantarnya kembali ke Red Force tepat di 7 hari kemudian. Jika ada satu hal yang terlewatkan, Shanks akan menantang Mihawk untuk berduel meskipun tangannya tinggal satu.

Bere bere bere!

Gotcha!

“Hawkeye!”

Pria bermata emas itu mengernyit. Ini bukan Shanks. Justru panggilan dari seorang petinggi Angkatan Laut, Fleet Admiral.

“Sengoku?” ucap Mihawk seraya memicingkan matanya.

“Datanglah ke markas besar Marineford. Ada rapat dadakan untuk para Warlord.”

Mihawk menatap Calypso yang hampir selesai dengan gambarannya. “Tidak bisa.”

Terlihat wajah siput di tangannya merengut, mempresentasikan ekspresi si penelepon. “Ini perintah, Hawkeye!”

“Tidak bisa. Aku sibuk.”

“Dasar keparat! Ini perintah! Jangan sampai aku mencabut gelarmu dan kau kembali diburu sebagai bajak laut!”

Pria bermata emas itu mendengkus. Dia kembali melihat ke arah Calypso. Waktu lomba tinggal menyisakan 5 menit lagi, namun keponakannya itu telah selesai lebih dulu, disusul oleh beberapa peserta yang juga sama-sama selesai dengan hasil kerjanya.

“Paman! Aku sudah selesai! Lihat!” Calypso berbalik badan, memperlihatkan hasil karyanya pada Mihawk. Pria itu mendekat, mengelus puncak kepalanya.

“Kerja bagus. Kalau begitu, rapihkan barang-barangmu. Setelah itu kita bersihkan tanganmu,” ucap Mihawk tanpa memutus sambungan pada denden mushi yang masih terhubung dengan Fleet Admiral.

“Baik, Paman!”

Calypso pun kembali sibuk merapihkan kembali crayon dan pensil warna yang berserakan, sedangkan Mihawk kembali fokus pada denden mushinya.

“Baiklah, Sengoku. Aku akan datang. Tapi aku akan sedikit terlambat.”

* * *

Ini adalah hari keempat Calypso bersama dengan Mihawk. Tiga hari sebelumnya, dia menghabiskan waktunya bermain bersama para segerombolan baboon di pulau Kuraigana. Sesekali pamannya itu mengajarkan teknik berpedang, meskipun gadis kecil itu sudah lumayan mahir menggunakannya. Lalu di hari berikutnya, Calypso terlihat bosan. Kegiatannya bersama para baboon, dan bersama pamannya membuatnya jenuh. Pendekar pedang itu tentunya tidak mau membiarkan gadis berusia 8 tahun itu murung, hingga akhirnya memutuskan untuk mengajaknya jalan-jalan ke Water 7.

Mereka menaiki yagara untuk mengelilingi kota. Lalu mencoba fasilitas kereta air, dan mengunjungi salah satu kota yang memiliki suasana musim semi, Saint Poplar. Di sana kebetulan sedang ada acara lomba menggambar untuk anak usia 7-10 tahun. Calypso langsung meminta Mihawk untuk mendaftarkannya. Bisa ditebak, Calypso memenangkan perlombaannya sebagai juara pertama. Semua orang memuji karyanya. Bahkan beberapa wartawan hendak mengabadikan Calypso bersama karyanya, namun cepat-cepat dicegah oleh Mihawk. Bisa runyam jika Calypso muncul di koran.

Setelahnya, pria bermata emas itu segera membawa Calypso kembali ke Water 7 tempat dia menaruh rakitnya. Mereka harus segera ke Marineford. Memutar arah kembali ke pulau Kuraigana akan memakan waktu yang cukup lama. Tidak mungkin keponakannya ditinggal sendirian atau menitipkannya ke orang yang tidak dia kenal. Mihawk memutuskan untuk membawanya, Angkatan Laut tidak akan curiga selama penampilan Calypso tidak mirip dengan Shanks. Pria itu cukup mengatakan jika gadis kecil ini adalah keponakan angkatnya. Terserah orang mau percaya atau tidak. Jika mereka mendesak, Mihawk cukup membuat alasan jika dia menemukan seorang gadis kecil terdampar di pulaunya, dan memutuskan untuk merawatnya.

“Kita ... Ke markas Angkatan Laut?”

Sesampainya mereka di dermaga, Calypso langsung menembak pertanyaan kepada pamannya dengan ekspresi curiga dan takut. Pria itu cepat-cepat berlutut, mensejajarkan tingginya dengan tinggi gadis itu.

“Kau tahu aku seorang Warlord, bukan?” tanyanya.

Calypso mengangguk singkat. Dia takut, sebab selama hidupnya dia dan keluarganya selalu menghindar dari Angkatan Laut. Lalu tiba-tiba Mihawk tanpa memberitahu, membawanya ke tempat yang paling terlarang baginya. “Paman ingin menangkap dan menyerahkanku kepada mereka?” tanyanya.

Mihawk tersenyum samar, mengelus kepalanya dengan lembut. “Kau keponakanku. Bagaimana mungkin aku membiarkan mereka menangkapmu.”

“Tapi ... Ayah bilang aku tidak boleh terlihat oleh Angkatan Laut.”

“Mereka tidak akan menangkapmu. Aku ada urusan yang harus aku selesaikan dengan mereka. Kau tunggu aku dan jangan nakal. Paham?” Mihawk mengacungkan jari kelingkingnya. Ciri khasnya ketika pria itu meminta Calypso untuk menuruti permintaannya.

Calypso yang tadinya cemberut, perlahan tersenyum. Mengaitkan kelingkingnya dan mengangguk antusias. “Baik, Paman. Aku paham!”

Mereka pun masuk ke dalam bangunan besar yang terdapat simbol jangkar khas Marine. Beberapa tentara menyambutnya dan mengantarnya ke sisi lain bangunan, tempat di mana pertemuan khusus tersebut akan berlangsung. Calypso memegang erat tangan Mihawk, matanya awas menatap sekeliling memperhatikan setiap inchi bangunan tersebut. Ini sulit dipercaya, dia menginjakkan kaki di markas besar Angkatan Laut. Jika ayahnya tahu, pasti dia akan terkena serangan jantung.

Brak!

“GARP!! BERAPA KALI KUBILANG GUNAKAN PINTU! INI SUDAH RATUSAN KALINYA KAU MENGHANCURKAN TEMBOK RUANGANKU?!”

Calypso terkejut, dia sedikit melompat dan bersembunyi di balik punggung Mihawk. Dia melihat ada seorang pria bertubuh besar muncul di tengah lorong setelah menghancurkan tembok suatu ruangan di sana.

“Maaf, Seny! Aku tidak melihat pintunya di sana, hahahaha!”

Mihawk seperti biasa memasang ekspresi datarnya, hingga kemudian sosok yang dia tunggu-tunggu pun muncul. Sengoku, sang Fleet Admiral muncul. Tadinya dia hendak lanjut memarahi wakilnya, namun terhenti kala melihat kedatangan Mihawk dari ujung lorong. Membuatnya lupa sejenak akan masalahnya dengan Garp, dan fokus pada sosok Warlord terakhir yang belum kunjung datang dalam pertemuan penting dengan para petinggi angkatan laut.

“Akhirnya kau datang juga, Hawkeye! Kuharap kau tidak meremehkan posisimu, sebab di mataku kau tetap adalah seorang beran—sial! SIAPA YANG KAU BAWA?!”

Urat syaraf Sengoku sepertinya akan meletus setelah dibuat pusing dengan segala urusannya sebagai Fleet Admiral serta dengan sikap sahabatnya yang terkadang tidak tahu usia. Lalu kini dia mendapati seorang gadis kecil yang datang bersama seseorang seperti Mihawk. “Beraninya kau menculik anak kecil, Hawkeye!”

“Aku tidak menculiknya.”

Sengoku mengeraskan rahangnya. Menatap lekat-lekat gadis tersebut, hingga tiba-tiba dia teringat dengan seorang anak perempuan yang pernah diperbincangkan secara rahasia bersama Gorosei. Sengoku nyaris menjatuhkan rahangnya saat mengetahui siapa gadis kecil yang datang bersama si pendekar pedang. “Ba—bagaimana anak ini bisa ada bersamamu?! Kau menculiknya?!”

Mihawk mendecih. “Sudah kubilang aku tidak menculiknya,” ucapnya datar. Menarik Calypso untuk tetap berada di sampingnya. “Berhenti menatapnya. Kau membuat keponakanku takut.”

Sengoku benar-benar menjatuhkan rahangnya. Keponakan? Keponakan dia bilang?!!

“Tenanglah, Seny. Anak kecil punya caranya sendiri untuk menarik seseorang.” Garp menyentuh pundak sahabatnya, kemudian melempar senyum lebar yang mengingatkannya dengan wajah konyol ayahnya. “Hey anak kecil, kau ingin kerupuk beras?” tawarnya pada Calypso, seraya menyodorkan makanan yang tengah dia pegang.

Calypso menatap Garp dengan ragu, tapi karena pria tua itu tidak menunjukkan aura jahat, membuat gadis kecil itu mendekat, hendak meraih sekeping kerupuk darinya. Namun sebelum itu terjadi, Mihawk langsung mencegahnya. “Apakah ada komposisi telur dan minyak hewani?” tanyanya.

Garp menggaruk kepalanya bingung. “Entahlah. Coba kulihat.” Pria itu membaca sejenak komposisi dari balik kemasan. “Hanya beras, tepung dan air. Serta sedikit minyak sayur. Ada apa? Apa kau alergi telur dan minyak babi?” tanya Garp.

Calypso terkikik, menerima kerupuk beras tersebut dan memakannya. Matanya berbinar saat makanan itu berhasil tertelan olehnya. Sebab menurutnya, makanan enak adalah makanan yang bisa dia telan. “Ini enak!”

“Tentu saja! Hanya orang aneh seperti kau yang mengatakan kerupuk beras itu tidak enak!” ucap Garp melirik Sengoku.

Sengoku menghela napas. Dia terlalu pusing untuk menanyakan alasan bagaimana gadis dari keluarga Figarland itu bisa bersama Warlord seperti Mihawk. Meskipun bisa saja dia membuat berbagai asumsi jika pendekar pedang itu memiliki hubungan pertemanan dengan ayahnya, Akagami. “Hawkeye segera ikut aku!” ucapnya. Lalu menatap Calypso yang tengah memakan kerupuk beras. Sepertinya tidak masalah jika membiarkan Garp menjaga gadis tersebut selama rapat berlangsung untuk beberapa jam ke depan.

“Biarkan anak itu bersama Garp. Dia akan aman.”

Garp tertawa. Dia dengan senang hati menemani gadis kecil tersebut yang memiliki kesukaan yang sama terhadap cemilan favoritnya. “Hahaha! Kau mengingatkanku dengan cucuku!” ucapnya, mengacak-acak rambutnya. “Kau lapar? Kau ingin makan? Di sini kami memiliki juru masak yang handal!”

Calypso hanya mengangguk. Di rakit barusan dia hanya memakan beberapa potong semangka.

“Pria tua.” Mihawk memanggil Garp. Wakil Fleet Admiral itu menoleh, merasa terinterupsi. “Dia seorang vegetarian. Dia alergi apapun makanan yang berasal dari hewani.”

Setelah mengatakan hal tersebut, Mihawk mengelus kepala Calypso. “Jangan nakal. Tunggu aku bersama pria tua itu. Aku tidak akan lama.”

Calypso hanya mengangguk dan menerima uluran tangan Garp yang katanya akan mengajaknya makan di ruang makan.

* * *

“Nama kakek siapa? Aku Calypso.”

Jujur. Melihat tingkah dan sikap manis gadis kecil di hadapannya ini, rasanya membuat Garp ingin menjadikannya sebagai cucunya. Dia berpikir akan menyenangkan memiliki seorang cucu perempuan dibandingkan laki-laki. Mengingat kedua cucunya tidak ada yang bersikap sopan dan menggemaskan layaknya anak kecil. Cucu yang terkecilnya saja saat usia 7 tahun sudah terlihat sikap berandalnya, bahkan dengan terang-terangan memiliki cita-cita menjadi bajak laut.

“Sialan, bagaimana bisa Akagami memiliki anak semanis dirimu?!”

Bukannya menjawab, Garp malah misuh-misuh.

Calypso mengerutkan keningnya. “Kau ... mengenal Akagami?” tanyanya.

Garp menghela napas. Pria itu adalah orang terakhir setelah Sengoku yang tahu rahasia besar Akagami dan Figarland. Gadis di hadapannya ini berada di bawah perlindungan pemerintah dunia. Angkatan Laut boleh saja mengejar ayahnya, namun gadis itu tidak boleh sampai tertangkap. Itu perjanjian yang diminta oleh Gorosei sejak dua tahun yang lalu. “Siapa yang tidak mengenal si rambut merah itu! Dia kejam, dia perampok dan seorang kapten bajak laut!”

“Dia tidak kejam!” Calypso menatap tidak suka.

Garp memicingkan matanya. “Apa kau ingin menjadi seorang bajak laut, anak kecil?!”

“Tidak.”

“Bagus! Kalau begitu jadi marinir saja. Kau akan kulatih menjadi gadis yang kuat!”

“Tidak mau.”

Calypso merebut bungkusan kerupuk beras dari tangan Garp dan memakannya. Pria itu menggeram, merebut kembali cemilannya itu. “Kenapa tidak mau? Jika menjadi marinir, hidupmu akan aman dan kau bisa membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan!”

Gadis kecil itu terdiam. Dia menundukkan kepalanya. Tiba-tiba teringat sebuah cerita yang pernah diceritakan oleh ayahnya. “Ibuku tewas oleh Angkatan Laut.”

Garp ikut terdiam. Dia batal memasukan kerupuk berasnya, dan beralih menatap Calypso. Gadis itu tiba-tiba murung, membuat pria itu bisa menilai jika ada bekas luka di hatinya yang diakibatkan oleh ulah Angkatan Laut.

“Kalau begitu ... jadilah warga sipil yang budiman.”

Calypso tersenyum. Tiba-tiba melupakan tentang ibunya sejenak. “Apakah menjadi pelukis adalah warga sipil yang budiman?” tanyanya. Kembali menjadi gadis kecil yang menggemaskan.

Garp terkekeh. Menuangkan teh hijau racikannya ke gelas dan memberikannya kepada Calypso. “Kau suka melukis rupanya? Kau sangat berbeda sekali dengan cucuku Ace dan Luffy.”

Luffy? Apakah Luffy yang disebut adalah orang yang dia kenal?

“Luffy? Monkey D. Luffy?” tanyanya memiringkan kepala.

Garp tidak merespon apapun, dia meminum sejenak tehnya. “Sudah kuduga kau mengenalnya.”

Calypso terdiam. Mata cokelat terangnya menatap Garp lekat-lekat. Meskipun dia baru berusia 8 tahun dan skill bertarungnya masih nol, namun otaknya cukup pintar berputar. Pria tua itu sepertinya tahu siapa dia, siapa orang tuanya, dan apa hubungannya dengan orang-orang penting di pemerintahan. Calypso nyaris hampir mau mengeluarkan percikan listrik, namun Garp cepat-cepat menahannya dengan kembali menyodorkan kerupuk beras padanya.

“Jangan takut. Aku tidak akan menyakiti anak kecil. Aku hanya memiliki masalah dengan ayahmu. Bukan putrinya.”

Dia ... Tahu ayahku?

“Jadi anak kecil, sambil menunggu makanan datang, bagaimana kau menggambar sesuatu untukku?”

* * *

Gambarannya sangat simple tapi cukup mendetail untuk ukuran anak usia 8 tahun. Calypso hanya membuat sketsa wajah Garp yang tengah memakan kerupuk beras, dengan sentuhan warna halus dari pensil warna. Wakil Fleet Admiral itu terpesona dengan hasil karyanya yang dia kerjakan tidak kurang dari 30 menit. Bahkan setelah makanan mereka hadir, Garp lebih tertarik memandangi sketsa wajahnya ketimbang daging panggang di meja.

“Ini ... Indah sekali.”

Calypso hanya tersenyum manis, lanjut menyantap nasi sayurnya dengan lahap. Masakan ini mengingatkannya dengan Roo. Dia jadi rindu Red Force beserta orang-orangnya.

“Titip salam dariku untuk Luffy ya, Kakek.”

Garp menaruh sketsanya di sisi lain meja. Mengambil sendok dan mulai menyantap makanannya. “Aku sangat jarang mengunjungi cucuku. Tapi aku akan menyampaikannya jika aku tidak lupa.”

“Terima kasih!”

Acara makan pun selesai 20 menit kemudian. Perut Calypso terasa kenyang. Hal tersebut bersamaan dengan datangnya Mihawk bersama Sengoku. Gadis kecil itu segera turun dari kursi dan menghampiri pamannya. Pria itu berencana akan segera pergi dan meninggalkan pulau tersebut secepatnya.

“Calypso. Bawa kerupuk beras ini bersamamu. Kau menyukainya, bukan?” Garp datang menghampirinya, memberikan satu kemasan kerupuk beras yang belum dibuka.

Gadis kecil itu tersenyum sumringah, dan tiba-tiba mendekat dan memeluknya. “Terima kasih!”

Garp sedikit terkejut, namun dia membalas pelukannya dengan mengusap kepala gadis itu. “Namaku Garp. Monkey D. Garp. Aku akan menunggu kabarmu menjadi seorang pelukis yang hebat,” ucapnya.

Calypso tertawa kecil. “Sampai jumpa lagi, Kakek Garp.”

Setelahnya, gadis kecil itu melepas pelukannya dan meraih tangan Mihawk yang sudah menunggunya di depan pintu. Calypso membiarkan kerupuk beras tersebut dipegang oleh si pendekar pedang. Lalu sebelum dia benar-benar pergi, gadis itu menoleh dan melambaikan tangannya pada Garp dan Sengoku, tak lupa senyum manis yang membuat siapapun melihatnya akan jatuh hati. Garp melambaikan tangannya juga. Matanya berkaca-kaca, tidak suka berpisah begitu cepat dengan gadis kecil tersebut. Lagi-lagi dia merasa ingin memiliki cucu perempuan yang manis seperti Calypso.

“Aku tidak percaya gadis itu bisa bersama Hawkeye!” ucap Sengoku sesaat setelah Calypso dan Mihawk pergi.

“Sudah aku bilang, anak kecil memiliki caranya sendiri untuk menarik seseorang!” Garp mengusap air matanya dan menghela napas kasar. “Melihat wajah polos anak itu, aku jadi semakin benci dengan Akagami! Bagaimana bisa dia memiliki putri semanis Calypso?! Kenapa dia tidak terlahir sebagai cucuku saja?! Pasti dia sudah kulatih untuk persiapan menjadi bagian Angkatan Laut yang kuat!”

“Hentikan omong kosongmu! Dia bagian dari Celestial Dragon.”

Garp menggeram. “Aku benci mengetahuinya.”

* * *

A/N:

Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sincerely, Nanda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top