10 | Back Home

Shanks tidak bisa menahannya. Dia tidak bisa membiarkan Calypso menderita dan kesakitan. Apapun yang terjadi padanya di sana, dia harus membawa pulang putrinya hidup-hidup. Dia tidak peduli jika setan dalam dirinya keluar dan mengamuk di tempat terlarang akan keberadaan kriminal macam bajak laut. Jika menyangkut soal Calypso, siapapun bisa dia bunuh! Dan ternyata, mengamuk dan menerobos pertahanan Marijoise tidak begitu sulit seperti yang dia bayangkan. Dia telah menumbangkan ratusan pasukan agen pemerintah beserta pengawal kastil. Mereka benar-benar tidak ada tandingannya dibandingkan dirinya. Atau memang benar jika ternyata setan dalam dirinya telah bangkit dan berhasil mengamuk dan menelan korban jiwa. Persetan berapa orang yang telah di bunuh. Dia hanya ingin putrinya kembali.

Lalu, tidak sampai 10 menit meratakan para kekuatan pertahanan Marijoise, Shanks akhirnya sampai di ruangan tempat para Gorosei berada. Dia masuk ke ruangan itu tanpa kesulitan, dan bisa ditebak semua orang dibuat takjub akan kedatangannya serta Haki rajanya yang tidak main-main.

"Jiwa liarmu ternyata sangat merepotkan, rupanya. Shanks Akagami." Saturn menyeringai. "Atau harus kusebut kau dengan marga aslimu? Shanks Figarland?"

Ah, Figarland. Shanks tidak sempat membawa lencana yang diberikan oleh pria itu. Ingat saja tidak. Dia masih belum menerima kenyataan jika di dalam tubuhnya mengalir darah Celestial Dragon.

"Kau benar. Aku sudah kerasukan setan sejak mengetahui salah satu dari Celestial Dragon telah mengambil gadis itu dariku."

Semua Gorosei tidak ada yang merespon. Shanks kembali berbicara. "Aku datang hanya untuk menjemputnya. Tahan semua pasukan yang hendak menghadangku. Kalian tidak ingin bukan, mereka mati sia-sia? Sebab aku benar-benar merasa sangat nafsu untuk membunuh!"

"Kau ..."

"Aku berjanji. Setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan, aku akan pergi. Tanpa mengacau .. Dengan senyap."

Mars berkomentar. "Bagaimana bisa kami langsung mempercayai bajak laut sepertimu, meskipun kau adalah Figarland?!"

Shanks menyeringai. "Pria berpeci itu yang bilang jika meskipun aku bajak laut, tapi dia menghormatiku. Aku yakin kalian sebagai rekannya juga sependapat dengannya."

Mars menghela napas kasar. Dia meraih den den mushi, dan memberikan sebuah perintah baru pada bawahannya. "Tahan serangan. Biarkan penyusup itu lewat. Dia bukan musuh."

Shanks menaikkan salah satu alisnya. Bukan musuh. Bagi mereka dia bukan musuh? Wah, mengharukan sekali. Tapi tetap saja mereka telah merenggut nyawa Karina dan menghancurkan pulau indah tersebut tanpa ada rasa bersalah.

"Terima kasih." Shanks berucap dengan dingin. Berbalik badan menuju pintu keluar. Namun Saturn tiba-tiba berucap, membuatnya menghentikan langkah.

"Aku tahu bagaimana perasaanmu saat kami membunuh keluarga kecilmu. Namun rupanya kau memalsukan kematian anakmu."

Shanks memegang gagang pedangnya. Suasana hatinya tiba-tiba buruk.

"Tapi sekarang suasananya cukup rumit. Gadis yang kau maksud telah menggerakkan hati kakeknya untuk melindunginya. Kami tidak punya hak untuk melanjutkan rencana kami yang ingin menjadikannya sebagai bahan penelitian. Meskipun kami tidak bisa melepas pandangan kami padamu serta putrimu. Mengingat gadis kecil itu bukanlah manusia murni. Kami akan tetap mengawasinya."

Shanks menggeram. Dia benci mengingat jika mereka berencana menjadikan Calypso sebagai mesin pembunuh. "Jangan menyentuhnya. Jika kau ingin menyudutkanku, langsung serang aku saja! Jangan dia! Gadis itu tidak ada hubungannya dengan dosa yang telah aku lakukan!"

Saturn menyipitkan matanya. "Kami tidak akan membiarkan kalian tertangkap ataupun terbunuh. Tapi angkatan laut akan terus mengejar kalian. Hati-hati."

Tch! Setelah ini selesai. Shanks perlu melakukan revisi pada peraturannya terhadap Calypso.

* * *

Pria ini bilang, dia adalah kakeknya. Calypso adalah cucunya. Gadis kecil itu awalnya kebingungan. Dia tidak pernah menyangka akan memiliki seorang kakek. Namun dibandingkan hal tersebut, jika pria ini adalah kakeknya, maka ayahnya adalah putranya. Apakah itu menjelaskan kenapa wajah dan perawakan Kakek sangat mirip dengan Ayah? Ugh, Calypso pusing menjelaskan hal ini pada dirinya sendiri.

Tapi kenapa? Kenapa ayahnya tidak pernah cerita jika dia ternyata memiliki seorang kakek? Ayahnya hanya cerita jika dia adalah yatim-piatu yang dirawat sejak kecil oleh bajak laut Gold Roger, si raja bajak laut belasan tahun yang lalu.

"Apa tidurmu nyenyak, Calypso?"

Ah benar. Dia lagi-lagi pingsan saat mengetahui kalau pria berambut merah ini adalah kakeknya, yang sebelumnya dia mengira akan melaporkannya kepada pemerintah atau angkatan laut jika dia adalah putri dari kaisar laut. Dikiranya akan melakukan hal itu, alih-alih Kakek justru memeluknya, pelukannya sangat hangat membuatnya jadi teringat oleh ayahnya. Apakah dia bisa kembali pulang ke pada ayahnya? Dia benar-benar merindukan pria itu! Dia janji akan menjadi anak yang penurut dan tidak lagi mencoba bertingkah atau merajuk seperti sebelumnya.

"Calypso?"

"Iya. Ti-tidurku nyenyak. Terima kasih, Tuan. Maaf aku merepotkanmu."

Garling tersenyum simpul. "Kakek. Aku kakekmu. Entah bagaimana ayahmu yang kukira telah mati, ternyata masih hidup. Dia tumbuh menjadi bajak laut dan bahkan telah memiliki putri secantik dirimu."

"Tapi ..."

"Seharusnya kau sudah mengetahuinya saat pertama kali melihatku. Pasti ayahmu mirip denganku, bukan?"

Calypso tersenyum samar. Melihat sosok kakek ini, dia seperti melihat Shanks versi tua.

"Katakan padaku Calypso. Berapa usiamu?" tanyanya.

"5 tahun."

Garling mengusap kepalanya, mengelus pipinya. Dia ingin sekali memeluknya, namun dia takut membuat suasana menjadi canggung. Sepertinya gadis kecil ini masih terlalu kaget menerima fakta tersebut. Pasti hidupnya sebagai anak bajak laut begitu sulit. Setelah ini dia harus memerintahkan Gorosei untuk melindungi cucunya ini. Biarlah ayahnya diburu oleh angkatan laut. Tapi cucu manisnya ini jangan sampai disentuh oleh mereka.

"Kau ingin berdiri meregangkan ototmu?" tawar pria itu. Sebab selama seharian dia hanya menghabiskan waktunya di atas ranjang.

Calypso mengangguk. Dia juga sepertinya butuh jalan-jalan sebentar agar kakinya tidak kaku. Mengingat rasa sakit dan kebas di kakinya belum kunjung hilang. Semoga saja ini bukanlah hal buruk. Gadis itu menyibak selimut, dan menurunkan kakinya. Saat kedua kaki kecilnya menapaki lantai, dan mencoba untuk berdiri. Selang beberapa detik, tiba-tiba tubuhnya terjatuh. Kakinya terasa mati rasa saat mencoba menopang berat badannya. Dia mengernyit kebingungan dengan reaksi tubuhnya ini. Apa yang terjadi? Garling berjongkok, mencoba memegang tangannya dan membantu gadis itu untuk berdiri. Tapi hasilnya nihil, kakinya terasa lumpuh.

"Apa yang terjadi? Kakimu terasa sakit?" tanyanya. Calypso hanya terdiam, dia mencoba mengambil ancang-ancang untuk kembali berdiri. "Calypso, kau bisa merasakan kakimu?" tanya pria itu lagi. Terlihat jelas dari wajah dan nada suaranya yang begitu khawatir. Takut sesuatu yang buruk terjadi pada cucunya. Mengingat jika gadis kecil ini sebelumnya mengalami hal-hal yang begitu berat sejak diculik dari ayahnya.

Calypso mengangguk pelan. Dia masih bisa merasakan kakinya. Namun rasa sakit dan kebas semakin terasa saat dia mencoba berdiri. Calypso terjatuh lagi. Sesuatu di kakinya ada yang tidak beres.

"Calypso, jawab Kakek. Apakah wanita yang menyiksamu membenturkan sesuatu yang keras ke kakimu?" tanya Garling.

Calypso tidak ingat. Tapi dia ingat betul jika kakinya sempat tertembak oleh para perompak. Dia menatap perban yang melilit di kakinya. "Aku ... Sempat ditembak oleh mereka yang menculikku," ucapnya lirih. Mencoba membuka perban tersebut dan mendapati sebuah luka yang menghitam di sana. Baik Calypso maupun Garling terkejut. Pria itu dengan sigap mengangkat tubuh gadis kecil itu agar kembali berbaring di ranjang. Dia memanggil dokter dan tenaga medis pada para penjaga di luar kamar.

Namun, tidak ada tanggapan dari luar. Yang ada justru seseorang datang membuka pintu kamar lebar-lebar. Garling maupun Calypso terkejut, kompak menoleh ke arah orang misterius tersebut.

Garling merasakan aura intimidasi yang begitu kuat. Refleks tubuhnya bergerak maju, mengacungkan pedangnya dan memposisikan tubuhnya di depan ranjang untuk melindungi Calypso. Punggung gadis kecil itu menegang. Aura orang misterius itu begitu kuat. Namun entah kenapa ini terasa sangat familiar baginya. Aroma laut dan hutan langsung mengisi indra penciumannya. Tak salah lagi. Orang bertudung hitam itu adalah ayahnya.

"Ayah ..."

Shanks menatap pria di hadapannya ini dengan wajah tak gentar. Meskipun dia tengah dirasuki setan penuh hasrat membunuh, tapi dia tidak mau menunjukkan sisi lain dirinya di depan putrinya. Calypso ada di sana. Dia terlihat tidak baik-baik saja. Namun dia memakai pakaian gaun tidur bagus, tidak diborgol bahkan terdapat nampan berisi semangkuk potongan buah yang langsung bisa ditebak jika pria tua di hadapannya ini memperlakukannya dengan baik.

"Minggir. Aku ingin menjemput putriku."

Calypso merangkak mendekati pinggir ranjang. Bahkan dia nekat turun dan memaksakan kakinya untuk berjalan. Tapi sepertinya yang bisa ditebak, dia terjatuh di lantai. Shanks dengan sigap langsung mendekat. Melupakan sejenak pria tua yang sepertinya dia tahu siapa orang itu, dan memeluk putrinya. Gadis kecil itu membalas pelukan ayahnya tak kalah erat. Membuat Shanks refleks mengecup pucuk kepalanya berkali-kali, dan menenangkan dirinya untuk berhenti menangis. Sebab masalahnya belum selesai. Mereka harus segera pergi dari tempat ini.

"Ayah ... Aku ... Sesuatu terjadi padaku."

Ya. Shanks tahu. Warna mata dan rambutnya berubah. Kini Calypso benar-benar terlihat seperti putrinya. Meskipun wajah Karina benar-benar tidak bisa disingkirkan dari parasnya. "Shhh! Ayah tahu."

Shanks menatap tangan dan kaki putrinya. Itu benar-benar buruk. Jelas ini adalah efek perak. Meskipun sedikit berbeda seperti yang dia tahu dari Karina. Namun jelas apa lagi yang bisa merusak kulit Nymph secara langsung selain perak?

Calypso langsung diangkat ke dadanya. kepalanya diarahkan ke bahu pria itu dan tangan satu-satunya itu melingkar di tubuhnya. Pria itu berjalan ke arah jendela kaca. Mengaktifkan Haki senjata di kakinya dan menendang kaca tersebut hingga pecah. Garling hanya bisa terdiam saat mengetahui seseorang yang tidak dia duga akan muncul di hadapannya.

Putranya.

Dia terlihat begitu gagah dan penuh dengan kharisma. Garling seperti melihat dirinya versi muda namun sedikit acak-acakan karena mungkin putranya hidup sebagai bajak laut yang tidak terlalu mementingkan penampilan.

Pria bertudung hitam itu tidak merasa ketakutan sedikitpun dengan ancaman pedang milik Garling. Dia justru fokus pada gadis kecil di ruangan itu. Garling bisa menilai betapa sayangnya pria itu pada putrinya. Lalu gadis itu digendong. Pria bertudung itu memecahkan jendela, hendak meninggalkan tempat tersebut.

Tunggu!

Garling baru sebentar merasakan kehangatan sebuah keluarga. Dia baru saja bertemu cucunya. Bahkan putranya. Kenapa mereka harus cepat-cepat pergi?

"Kakek ..."

Calypso memanggilnya dari balik bahu Shanks. Ayahnya itu batal melompat. Dia menoleh sejenak menatap Garling yang juga tengah menatap mereka dengan tatapan pasrah (sesuatu yang tidak pernah dia lihat dari seorang Celestial Dragon).

"Terima kasih, sudah menjaga putriku." Shanks berucap singkat. Sebelum akhirnya dia melompat turun dari puluhan meter seraya membawa Calypso.

Sedetik setelah kepergian mereka, sesuatu telah hilang dari hatinya. Dia lagi-lagi merasa kehilangan.

* * *

Benn telah sampai ke Red Force berkat bantuan dua penyihir yang mereka temui di salah satu pulau kekuasaan Akagami di Dunia Baru. Para penyihir itu mau membantu mereka, saat Benn menjelaskan jika sesuatu yang buruk telah terjadi pada Calypso. Berkat bantuan mereka, kini Benn dan Mihawk bersama rakitnya bisa sampai ke kapal Red Force dalam hitungan 5 detik melalui portal teleportasi. Benn jelas terkejut, Mihawk juga terkejut. Namun pendekar pedang itu bisa menahannya sebab kehadirannya bersama para bajak laut Akagami hanya untuk seorang anak kecil jelas itu bisa dikatakan aneh. Jadi teleportasi seperti ini seharusnya tidak bisa membuatnya lebih terkejut hingga menjatuhkan rahangnya ke tanah.

Ketika Benn sampai, suasana kapal begitu lenggang. Semua kru kapal merasa tegang, sebab kaptennya sekarang sedang berada di Marijoise, mempertaruhkan nyawanya untuk menjemput Calypso. Namun rasa tegang tersebut hilang saat kemunculan seseorang dari atas tebing Red Line. Orang itu mengenakan jubah dan tudung hitam yang terlihat berkibar saat melompat turun ke atas dek kapal. Itu Shanks. Semua orang menatap punggungnya dengan menahan napas, menunggu kabar baik selanjutnya. Lalu tepat saat pria itu berbalik, semua orang kompak menghembuskan napas lega.

"BOS BERHASIL MEMBAWA CALYPSO!!"

Yasoop berteriak, disusul oleh seru senang orang-orang yang merasa lega setelah berhari-hari dibuat khawatir. Beberapa seperti Lime, Hongou dan George terjatuh ke lantai saking merasa leganya. Kaptennya datang bersama Calypso. Meski penampilan gadis kecil itu sedikit berbeda. Tapi mereka yakin, Calypso akan baik-baik saja.

Shanks mengeratkan gendongannya, menatap Benn dan dua penyihir tersebut, memberikan isyarat untuk segera ikut dengannya ke kabin.

Calypso segera ditidurkan di ranjang. Shanks membetulkan rambutnya yang menutupi wajahnya. "Mereka menyayat kaki dan tangannya dengan pisau perak. Aku mohon bantuannya."

Eliza meneliti luka yang menghitam di lengan kanannya. Wanita tua itu menatap cucunya Elise, lalu beralih Menatap Shanks. "Ini agak sulit. Putrimu tidak memiliki seal penyembuh seperti yang dimiliki Nymph pada umumnya. Ini berdampak pada regenerasi tubuhnya yang sangat buruk."

Seal penyembuh? Shanks saja tidak tahu akan hal itu.

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Putriku bisa sembuh, kan?" tanya Shanks dengan wajah yang pias.

Wanita tua itu memejamkan matanya. Tangan keriputnya kembali memegang tangan Calypso, satunya lagi menyentuh dadanya. "Seharusnya bisa. Elise, keluarkan cawannya."

Cucunya, Elise mengeluarkan cawan yang berada di tasnya. Mereka duduk di lantai mengeluarkan energi magisnya bersamaan dengan asap bercahaya yang mengepul keluar dari cawan. "Baringkan putrimu di lantai."

Shanks dibantu Benn dengan sigap mengangkat tubuh Calypso agar berbaring di lantai kabin. Dia duduk di samping gadis kecil itu, sembari mengamati kedua penyihir tersebut. Mereka mengucapkan mantra yang sangat asing di telinga, lalu tiba-tiba Eliza mencabut beberapa helai rambut Calypso dan mengubahnya menjadi percikan debu ke dalam cawan, lalu tanpa Shanks duga, Elise mencabut beberapa helai rambut milik pria itu membuatnya tersentak. Kemudian rambutnya diperlakukan sama seperti sebelumnya.

"Izinkan aku mengambil darah putrimu." Eliza menatap Shanks. Meminta persetujuan, yang langsung disambut dengan anggukannya. Penyihir tua itu mengambil serpihan kayu tajam dan menyayat lengan Calypso. Darah segar menetes ke dalam cawan. "Aku juga butuh darahmu."

Shanks menghela napas. Dia sebenarnya tidak percaya metode ini, tapi karena putrinya mengalami hal yang tidak bisa disembuhkan oleh medis biasa, membuatnya mau tidak mau harus percaya. Pria itu mengulurkan tangannya, dia mengerutkan kening saat serpihan kayu itu menyayat lengannya dan beberapa tetes darahnya jatuh ke dalam cawan. Reaksi pun terjadi di dalam cawan itu. Benda itu mengeluarkan cahaya kuning hangat selama beberapa detik. Eliza menggerakkan kedua tangannya, membentuk sebuah pola acak hingga selang beberapa detik kemudian isi dalam cawan itu menguap, bergerak ke luar cawan dan menyebar ke seluruh tubuh Calypso. Elise meraup ramuan dalam cawan menggunakan gelas kecil, meminta Shanks mengangkat sedikit tubuh Calypso agar bisa meminumnya.

Reaksinya pun terjadi tak lama kemudian, luka-luka akibat sayatan perak perlahan menutup, ruam-ruam hitam di sekitarnya memudar. Bahkan rambutnya perlahan kembali menghitam. Kulitnya juga kembali cerah seperti semula. Shanks dan Benn tersenyum lega. Pria berambut merah itu memeluk putrinya tersebut dan mengecup pucuk kepalanya.

"Dia tidak akan sadarkan diri selama beberapa jam. Setelah dia bangun, jangan lupa berikan dia makan dan ramuannya lagi untuk menetralisir efek perak di tubuhnya." Eliza mengelus tangan Calypso. Memberikan kehangatan agar kondisinya membaik.

"Terima kasih, Nyonya Eliza ... Terima kasih Elise. Aku-aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa pada kalian."

"Sama-sama, Tuan Kaisar. Aku paham bagaimana perasaanmu. Putrimu sangat spesial, pasti butuh perhatian ekstra dalam merawatnya. Namun ada beberapa hal yang harus kuberi tahu padamu."

Shanks dan Benn menatap mereka serius. Suasana kembali mendingin.

"Seperti yang aku bilang, Calypso tidak memiliki seal penyembuh. Akan merepotkan jika dia terluka karena perak. Nymph pada umumnya memiliki seal tersebut, sehingga luka seserius apapun tidak akan melukainya selama pohon inangnya masih hidup. Tapi Calypso berbeda. Dia tidak terikat dengan pohon inangnya, dia juga memiliki darah seperti manusia, namun jiwanya didominasi oleh Nymph. Ingat, dia lahir karena alam."

Pria itu mengerutkan keningnya. Ini informasi yang terlalu beruntun. "Aku ayahnya, Eliza. Ada DNA-ku ditubuhnya."

"Tapi tetap, kelahirannya disebabkan karena alam itu sendiri," jawabnya. Kemudian dia kembali menjelaskan, "Aku akan memberikan sedikit informasi padamu. Dia akan mewarisi beberapa kemampuan ibunya, seperti kekuatan manipulasi semua elemen alam dan kepekaannya terhadap alam. Besar kemungkinan dia juga akan memiliki sayap kaca seperti ibunya."

Shanks menghela napas, mengelus kepala Calypso seraya menatap wajahnya yang tertidur dengan ekspresi yang damai. "Lalu apa yang harus aku lakukan jika dia terluka seperti ini lagi? Aku tidak mungkin mengganggu kalian seperti ini. Terlebih dia hidup bersama bajak laut."

"Kami tidak bisa meninggalkannya bersama orang di pulau untuk menjaganya. Tempat yang aman baginya adalah bersama kami." Benn menambahkan.

Eliza mengeluarkan sebuah buku catatan dari dalam tasnya. Merobek salah satu kertas dan menggambar sebuah simbol aneh dengan energi sihirnya melalui jari tangannya. "Ini adalah seal penyembuh milik kaum Nymph. Jika terjadi sesuatu padanya, segera lakukan pertolongan pertama dengan menggambar tanda tersebut di dadanya dengan darahnya atau darahmu."

Shanks meraih kertas tersebut. Seal tersebut bentuknya seperti hexagonal dengan ciri khas sulur akar. Shanks akan mencoba mengingatnya untuk jaga-jaga. "Terima kasih."

"Satu lagi, Tuan Kaisar. Jika suatu saat gadis itu terkena serangan perak di titik fatal, seperti perut dan dada, seal penyembuh tidak akan terlalu berdampak banyak. Aku sarankan untuk berwaspada agar hal itu tidak terjadi. Akan sulit untuk menemukan obatnya."

Shanks terdiam. Dia hanya mengangguk pelan. Kepalanya sangat pusing. Sekarang dia benar-benar butuh kehadiran Karina untuk membuatnya bertahan dengan cobaan ini.

"Bagaimana dengan teknik penyembuhan dengan media tanah dan cahaya? Karina bisa melakukan hal itu. Bahkan dia bisa membuat mataku yang buta kembali normal!" Shanks tiba-tiba teringat sesuatu.

Eliza menggeleng. "Teknik itu bisa dilakukan karena kekasihmu memiliki seal penyembuh itu di dalam tubuhnya. Sedangkan putrimu tidak. Dia setengah Nyhmph. Tidak semua kemampuan magis milik ibunya diwariskan kepadanya."

Shanks memejamkan matanya. Dia khawatir sekarang. Sangat-sangat khawatir. Namun tiba-tiba Elise menyentuh pundaknya. Membuatnya membuka mata dan menatap kedua penyihir tersebut. "Kau tidak perlu khawatir. Yang perlu kau lakukan adalah memberi tahu siapa dia yang sebenarnya agar dia bisa beradaptasi dengan mudah. Kau harus mulai mengajarinya untuk bertahan hidup. Kau seorang bajak laut, kau pasti paham yang aku maksud. Sepertinya, selain mewarisi beberapa kekuatan magis ibunya, dia juga mewarisi sesuatu darimu. Sesuatu yang sangat kuat."

Benn tersenyum simpul. Dia sepertinya harus membicarakan ini lebih lanjut pada Shanks, mengenai peraturan Calypso di kapal.

Shanks mengangguk kecil. Dia meminta Benn untuk mengangkat Calypso kembali ke atas ranjang, menyelimuti tubuhnya dan mengantar dua penyihir tersebut kembali ke dek kapal. Shanks memberikan dua kantung koin emas kepada mereka.

"Tidak perlu, Tuan Kaisar." Eliza menolak.

"Terimalah. Hanya ini yang bisa kulakukan. Kalian telah menyelamatkan putriku."

Elise tersenyum. Dia menerima kantung tersebut. "Tapi kau masih memiliki hutang kepadaku, Tuan Kaisar. Aku harap kau tidak lupa."

Shanks mengangguk. "Ya. Aku tahu. Lagipula aku yakin ini bukan terakhir kalinya aku akan menemui kalian."

* * *

A/N:



Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

Sincerely, Nanda.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top