09 | Figarland
Rupanya, laporan mengenai kejadian Saint Garling Figarland menyelamatkan seorang budak telah sampai begitu cepat pada kelima Gorosei. Mereka dibuat bingung, sebab ini terdengar sangat aneh. Tidak mungkin Garling memiliki simpati atau empati pada seseorang hingga repot-repot membantunya. Dia dikenal dengan jiwa kejam dan penuh permusuhan bahkan pada sesama keluarga Celestial Dragon lainnya. Lalu pria itu membantu seorang budak anak kecil? Yang benar saja?
Alhasil hal itu membuat Saint Saturn dan Saint Mars datang mengunjungi pria tersebut yang ternyata berada di salah satu kamar yang terletak dalam menara timur. Pria itu tengah duduk menunggu seorang gadis tertidur di ranjang. Kedatangan mereka langsung disambut dengan tidak ramah, seperti biasanya.
“Aku tidak pernah merasa memanggil kalian kemari.”
“Maaf, Tuan Garling. Tapi tindakan anda patut kami waspadai. Dia seorang budak.”
Garling menatap mereka dengan malas. Bangkit dari duduknya dan menghampiri sisi ranjang. Seketika dia melupakan sejenak akan kehadiran mereka. Dia terlalu sibuk memperhatikan wajah tenang di hadapannya ini. Lukanya telah dibersihkan, dan beberapa telah diberi salep dan ditutupi perban. Lagi-lagi, Garling tidak paham apa yang terjadi padanya hingga bertindak sejauh ini. Dia merasa ini bukan dirinya, namun dia juga merasa sangat perlu untuk memastikan gadis asing ini baik-baik saja.
“Aku tahu. Tapi sepertinya dia bukan seorang budak lagi. Aku sudah melepas borgol di lehernya.”
Saturn mendekat ke sisi lain ranjang. Hendak menyibak selimut dan membangunkan gadis itu yang bisa-bisanya tertidur di tempat suci seperti ini. Namun belum sempat tangannya menyentuhnya, Garling lebih dulu mengeluarkan pedangnya dan menahan agar tangan pria itu tidak mendekat.
“Berani kau menyentuhnya, aku tidak akan segan-segan memotong tanganmu!” Garling menatap Saturn begitu sinis. Memaksa pria itu untuk menarik tangannya lagi. “Aku sarankan kalian untuk pergi. Aku tidak suka berada di ruangan yang terdapat banyak orang.”
“Tuan Garling, perlu aku tekankan jika gadis ini adalah budak. Kau tidak bisa melakukan hal ini pada orang yang berasal dari entah berentah!” Mars menatap Garling. Mencoba untuk menjelaskan pada pria itu.
“Aku sudah bilang. Dia bukan lagi seorang budak setelah aku melepaskan borgol di lehernya.” Garling memasukkan kembali pedangnya, dan membetulkan ujung selimut yang menutupi gadis itu. “Pergi. Aku tidak mau mengulanginya lagi.”
Kemudian tak sampai semenit, dua anggota Gorosei itu pergi meninggalkannya bersama gadis kecil yang masih tertidur itu.
“Ayah ... Aku ... Aku takut ...”
Gadis itu bergumam dalam tidurnya. Raut wajahnya terlihat gelisah. Garling menatapnya, memperhatikan gadis itu lekat-lekat. Ingin sekali rasanya dia mengusap kepalanya, tapi rasanya sangat tidak pantas. Dia adalah bangsawan tinggi, tidak seharusnya melakukan hal ini pada orang rendahan yang bahkan tidak tahu asal-usulnya. Meskipun dia perlu mempertanyakan dirinya sendiri tentang tindakannya tadi hingga nekat menyelamatkan gadis itu. Dia pasti sudah gila atau kepalanya terbentur sesuatu hingga sistem kerja otaknya rada berubah tidak seperti semestinya.
Garling membelalakkan matanya saat melihat gadis kecil itu perlahan membuka matanya. Dia mengerjapkan matanya berkali-kali, meyakinkan dirinya jika ini bukan mimpi atau lebih buruknya dia sudah tidak ada di dunia ini. Tapi tiba-tiba rasa bingung muncul kala mendapati dirinya terbangun di ruangan kamar berukuran besar yang sangat mewah. Kamar ini mengingatkannya dengan kamar-kamar bangsawan yang sering dia temui di novel yang dia baca. Lalu tak lama dia tersadar jika ternyata dia tidak sendirian di ruangan itu. Ada seorang pria tua berusia sekitar 50-60 tahun yang berdiri di samping ranjang, menatapnya tanpa berkedip seakan-akan tidak percaya akan kehadirannya di sini.
Tunggu. Biar Calypso ingat-ingat kembali. Beberapa hari yang lalu, dia baru saja menjadi budak dari seorang bangsawan. Calypso awalnya sedikit senang saat bisa menginjakkan kakinya di daratan, meski tubuhnya terasa lemas akibat luka serius di betisnya yang tak kunjung sembuh. Terakhir Calypso cek, luka tembak itu menjadi menghitam dan semakin lama semakin meluas. Kemudian rasa senangnya itu hilang seketika saat orang-orang yang membawanya ini memperlakukannya begitu buruk. Lebih buruk daripada George yang hanya menyuruhnya mencuci dan membersihkan kapal. Dia benar-benar disiksa hingga tangan dan kakinya penuh luka-luka akibat sentuhan perak yang benar-benar disengaja untuk memuaskan kegilaan tuannya itu. Lalu dia kembali teringat sebelum dia jatuh pingsan, dia sempat disiksa oleh tuannya di lorong kastil, yang kemudian dia diselamatkan oleh seseorang yang dia yakini adalah ayahnya.
Aura yang dimiliki oleh orang itu seperti ayahnya. Dia sangat yakin, hanya ayahnya yang memiliki aura seperti itu. Seperti laut bercampur hutan yang basah oleh air hujan. Seharusnya jika ayahnya menyelamatkannya, dia sekarang berada di kabinnya. Atau minimal ayahnya berada di sampingnya menunggunya siuman. Tapi kenapa yang bersamanya adalah seorang pria tua berambut merah hampir ditutup uban. Pria itu masih menatapnya, dan Calypso juga menatapnya lekat-lekat. Jika dilihat lebih jelas, pria ini memiliki wajah dan postur tubuh hampir mirip seperti ayahnya. Tapi kenapa? Sejak kapan ayahnya berubah seperti ini? Lalu kenapa ayahnya masih memiliki tangan kirinya?
“Ayah?”
Gadis itu memanggilnya ayah. Bukannya kesal, Garling justru dibuat terdiam. Hatinya sejak dulu begitu dingin. Bertahun-tahun tidak ada yang bisa membuatnya merasa tersentuh, justru yang ada lebih banyak membuatnya benci dan bosan akan hidupnya. Dia telah kehilangan istri serta anak laki-lakinya yang masih berumur satu tahun sejak puluhan tahun yang lalu. Mendengar seseorang memanggilnya begitu, membuat sesuatu di hatinya terasa hangat. Dia merasa merindukan sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak tahu apa itu.
“Kau bukan ayahku?”
Gadis kecil itu bertanya lagi. Air mata telah mengalir dari kedua matanya, membuat Garling seketika merasa bersalah yang seharusnya itu tidak ada di kamus hidupnya. Ayolah, bertahun-tahun dia hidup sebagai orang yang berdarah dingin, bahkan dia tega membunuh orang tanpa berpikir, seharusnya melihat seorang anak kecil menangis mustahil membuatnya sampai tidak bisa berkutik.
Tapi persetan. Dia benar-benar tidak bisa melihat mata itu kembali berair. Pria itu mengulurkan tangannya dan mengusap air mata tersebut. “Aku bukan ayahmu. Tapi aku tidak akan melakukan hal buruk padamu.”
“Aku ... Aku ingin ayahku ...”
“Siapa ayahmu? Aku akan menyuruh orang untuk mengantarmu pulang.”
* * *
Kesadarannya sudah kembali, tapi tetap saja kondisi tubuhnya tidak membaik sama sekali. Dia berada di suatu ruangan mewah bersama seorang pria yang sedari tadi hanya diam menatapnya. Pria itu tadi bertanya siapa ayahnya. Namun, Calypso cukup cerdas untuk tidak menjawabnya begitu saja. Ayahnya adalah bajak laut, bahkan seorang kaisar laut di Dunia Baru. Jika dia berkata sembarangan tentangnya, dia bisa saja dalam bahaya. Gadis kecil itu juga merasa jika dirinya sudah cukup berada dalam masalah. Dia tidak mau menambah masalahnya lagi.
Pria itu menghela napas. Gadis kecil di hadapannya ini tidak kunjung menjawab pertanyaannya.
“Baiklah, tidak masalah jika kau tidak mau menjawabnya sekarang.” Garling berjalan menuju meja nakas, menuangkan segelas air dan menyerahkannya kepada gadis itu. “Minumlah. Kau terlihat menyedihkan.”
Dengan ragu-ragu, Calypso menerima air tersebut. Meminumnya perlahan dan berhasil menyegarkan tenggorokannya. Yeah, setidaknya dia merasa sedikit lebih baik.
“Katakan, siapa namamu? Setidaknya, yang ini kau harus menjawabnya.”
“Ca—Calypso.” Dengan ragu dia menjawab. Gadis kecil itu tidak menanyakan nama pria itu. Dia tidak ingin banyak berbicara, sebab terakhir dia berbicara, berteriak dan meracau, pipinya ditampar keras berkali-kali. Bahkan rasa sakitnya masih terasa di pipi kiri dan kanannya.
“Kau lapar?” tanya Garling.
Calypso terdiam menatapnya. Melihat wajah itu, seperti melihat wajah Shanks. Dia ingin sekali bertemu ayahnya. Apakah dia bisa bertemu ayah sekaligus kaptennya itu?
Gadis kecil itu mengangguk. Garling seketika memanggil pelayan di luar ruangan. Pelayan itu tak lama masuk dan membungkukkan tubuhnya 90 derajat. “Bawakan anak ini makanan. Dia kelaparan!”
Pelayan itu mengangguk. Namun sebelum dia pergi, Calypso tiba-tiba langsung menahannya. “Tu—tunggu! A—Ayahku bilang, aku ... Aku alergi makanan hewani ...”
Terjadi hening sejenak. Calypso langsung merasa bersalah. Cepat-cepat dia menundukkan kepalanya seraya mengusap kedua tangannya. “Ma—Maaf! Aku tidak bermaksud lancang ...”
Garling tidak bereaksi apa-apa. Dia menoleh ke pelayan tersebut. “Cepat bawakan makanan vegetarian untuknya!”
“Baik tuan.”
Calypso mencoba untuk menyingkap selimut yang membalut setengah tubuhnya, dan membetulkan posisi duduknya. Pakaian lusuhnya telah diganti dengan gaun tidur putih yang dilihatnya saja akan memiliki harga yang sangat mahal. Kemudian dia juga melihat rambut merah panjangnya yang terlihat sangat asing baginya. Dia berharap ini bukan sesuatu yang buruk.
Lima menit berlalu, pelayan datang membawa nampan berisi salad sayur dan juga segelas jus. Makanan simpel itu terlihat sangat mewah saat mangkuk dan gelas terbuat dari bahan-bahan premium, ditambah sendok dan garpu yang terbuat dari emas. Membuat Calypso jadi ragu untuk memakannya. Tapi karena perutnya yang sudah keroncongan, membuat gadis itu tanpa banyak berpikir langsung memakan makanannya, tentunya setelah mengucapkan terima kasih. Garling menarik kursi dan duduk di samping ranjang, mengamati gadis itu yang tengah lahap memakan makanannya. “Dari mana kau berasal?”
Calypso tersedak. Dia terlalu lahap makan, bahkan sampai melupakan rasa bencinya yang masih tersisa pada sayuran. “Ya, Tuan?”
“Asalmu. Kau berasal dari mana?”
Gadis itu pernah ditanya demikian oleh seorang teman dari wilayah East Blue. “Aku berasal dari Grandline.”
“Bagaimana kau berakhir menjadi seorang budak?” tanyanya.
Calypso meneguk ludahnya sejenak. “Aku ... Diculik. Lalu dibawa ke pulau Sabaody ... dan dibeli oleh Saint Rossaria.”
Garling memejamkan matanya. Dia mencoba untuk menenangkan hatinya yang tiba-tiba terasa panas mendengar penjelasan singkat dari gadis kecil tersebut. “Apakah ada kemungkinan kalau ayahmu tahu kau dibawa ke mana?” tanyanya. Garling jelas tahu bagaimana rasanya kehilangan seorang anak.
Calypso menggeleng pelan. “Aku diculik saat Ayah dan krunya sedang meninggalkan kapal untuk mengisi persediaan makanan. Aku diculik oleh para perompak. Mereka mencuri uang bahkan melukai salah satu kru kapal ... Tapi aku yakin, Ayah pasti sedang mencariku!”
Garling mengernyit saat mendengar ucapan Calypso barusan. Dari penjelasannya, dia berasal dari keluarga bajak laut. Tapi tidak butuh waktu semenit bagi Garling untuk menyambungkan sebuah kemungkinan yang membuatnya langsung memikirkan anak laki-lakinya yang dikabarkan masih hidup dan menjadi seorang kaisar bajak laut di Dunia Baru. Sejak melihat gadis ini di lorong tadi pagi, dia langsung teringat akan anaknya. Beberapa tahun yang lalu, para Gorosei bilang jika putranya masih hidup. Dia berada di luar sana hidup sebagai bajak laut yang paling dicari dan susah untuk dilacak. Saat melihat beberapa poster buronannya, dia seperti melihat dirinya versi muda. Kemudian gadis kecil bernama Calypso ini berada di hadapannya, membawa berbagai kemungkinan jika dia bisa saja adalah cucunya.
“Apakah ... Ayahmu adalah Shanks Akagami?”
Calypso berhenti menyuap makanannya. Dia menatap Garling terkejut. Ada rasa takut dan waspada di wajahnya, namun terlihat jelas jika gadis itu berusaha untuk menahannya.
“Kau ... Tahu dia?”
Garling mendekat. Kini dia memberanikan diri untuk duduk di pinggir ranjang menatap Calypso lekat-lekat. Mencoba untuk menahan sesuatu yang hendak meledak di hatinya. “Kau putri Shanks? Kau putri kandungnya?” tanyanya sekali lagi.
Dari ekspresi yang diberikan Calypso, yakni mata yang berkaca-kaca serta tubuh yang bergetar ketakutan, cukup membuat Garling mengetahui jawabannya. Tapi sedetik kemudian gadis kecil itu menangis sembari memohon sesuatu. “A—aku minta maaf, Tuan! Aku mohon jangan tangkap aku! Ayahku tidak seburuk yang kalian kira. Dia—dia bajak laut yang baik! Aku bisa bersumpah untuk itu! Hiks hiks aku mohon jangan tangkap aku!”
Garling menghela napas sejenak, tanpa merespon ucapan Calypso, dia menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Pria itu memeluknya dengan erat seakan-akan baru saja menemukan sesuatu berharga yang baru saja hilang begitu lama darinya.
Dia telah bertemu dengan cucunya. Demi Tuhan, dia sedang memeluk cucunya. Dia tidak tahu harus mengatakan apa untuk mendeskripsikan kebahagiaan yang tidak pernah dia dapatkan seumur hidup.
“Aku tidak akan melakukan hal tersebut, Calypso. Kau cucuku.”
* * *
Sehari kemudian.
Di ruangan tempat di mana Gorosei berada, suasananya terasa cukup tegang. Terlebih saat melihat sebuah laporan yang baru sampai beberapa menit yang lalu. Mengenai hasil DNA seorang anak yang diketahui adalah budak milik Saint Rossaria yang entah bagaimana bisa diselamatkan oleh Saint Garling kemarin. Itu adalah kejadian yang sangat di luar nalar. Bagaimana bisa seorang Celestial Dragon memiliki rasa khusus untuk menyelamatkan seorang budak? Namun, sayangnya feeling mereka (para Gorosei) terlalu tajam untuk menebak sebuah kemungkinan gila tentang gadis kecil yang sekarang bersama Garling.
Insting ikatan darah memang kental.
Laporan dari hasil tes DNA itu mengatakan jika mereka memiliki hubungan darah. Jelas mereka langsung memikirkan satu orang nama, yang beberapa tahun terakhir selalu mereka awasi pergerakannya.
“Mereka bilang anak dan istrinya telah tewas saat pulau itu diserang oleh Buster Call.” Jupiter berkomentar. Dia terlihat sama terkejutnya dengan yang lain.
“Bisa saja dia memiliki anak lagi dengan wanita lain.” Sahut Mars.
Namun Saturn langsung membantah. “Usianya sangat pas dengan bayi Nymph tersebut. Tidak ada catatan yang mengatakan Akagami memiliki hubungan dengan wanita lain atau terlihat mengunjungi suatu pulau selain mengisi persediaan logistik. Tidak salah lagi, laporan itu dibuat-buat.”
“Jadi ... Anak itu selamat? Apa yang akan kita lakukan pada anak itu? Sekarang Garling peduli padanya.”
Saturn menghela napasnya. Mereka akui mereka telah kecolongan. Keturunan Nymph terakhir yang memiliki darah manusia selama ini masih hidup, tinggal bersama ayahnya yang menyembunyikan selama 5 tahun di bawah bendera bajak laut Akagami. Selain itu, respon kakek kandungnya benar-benar di luar dugaan. Garling seperti langsung terikat dan akan melindunginya dari apapun yang akan membahayakan nyawanya.
“Yang bisa kita lakukan adalah menyembunyikannya. Garling sekarang tahu dia memiliki keturunan lain. Dia tidak akan sudi membiarkan cucunya dijadikan objek pemerintah.”
“Kita telah kalah soal waktu. Sekarang, Akagami akan segera datang untuk menjemput putrinya.”
Mars menoleh ke arah dua anggota CP-9 yang kebetulan berjaga di ruangan tersebut. “Segera tahan Akagami di semua pintu masuk. Dia akan datang tak lama lagi.”
Dua penjaga itu mengangguk patuh. Mereka segera pergi dari ruangan tersebut dan melaksanakan perintah tersebut.
Saturn menatap sebuah foto poster di hadapannya. Shanks Akagami. Ini akan benar-benar merepotkan. Seorang Celestial Dragon sekaligus kaisar bajak laut. Informasi ini harus benar-benar dijaga dan tidak boleh ada pihak manapun yang menangkap mereka ataupun putrinya. Sebab sekarang situasinya begitu runyam.
“Hubungi Fleet Admiral. Aku butuh berbicara.”
Baru beberapa detik Saturn memerintahkan hal tersebut, pintu ruangan besar tersebut terbuka. 3 anggota CP-9 mendadak tumbang tak sadarkan diri bersamaan dengan munculnya gelombang kejut dari Haki raja seseorang yang sangat kuat. Seorang pria dengan jubah serta tudung hitam muncul, melangkah masuk dengan penuh aura intimidasi. Setiap langkahnya mengeluarkan Haki penakluk begitu sempurna. Beberapa pajangan yang terbuat dari keramik, serta gelas-gelas di meja pecah dibuatnya. Bahkan jendela besar di ruangan itu dibuat retak.
“Kode 99! Kode 99! Ada penyusup masuk ke wilayah Marijoise! Semua pasukan dan para pengawal telah dilumpuhkan! Sekali lagi kode 99!!”
Laporan dari den den mushi terdengar. Pria bertudung itu mendecih, terlebih saat mendengar derap langkah kaki puluhan orang di belakangnya. Namun Haki rajanya masih dia aktifkan, membuat seluruh pasukan yang hendak memburunya di belakang sana lebih dulu tumbang tak sadarkan diri sebelum menyentuhnya.
Pria itu menutup pintu. Menatap kelima Gorosei di hadapannya yang berdiri terkejut menatapnya. Mereka memang menebak akan kehadirannya, tapi tidak pernah menyangka akan mendadak dan sebrutal ini.
“Jiwa liarmu ternyata sangat merepotkan, rupanya. Shanks Akagami.” Saturn menyeringai. “Atau harus kusebut kau dengan marga aslimu? Shanks Figarland?”
* * *
A/N:
Daddy's come to the rescue~
Terima kasih sudah mau membaca. Mohon tinggalkan jejak berupa vote atau komen.
Sincerely, Nanda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top