01 | The Tragedy

Malam itu begitu kacau. Api melahap seluruh hutan dan menyebar ke semua titik di pulau tersebut. Keindahan malam yang biasa disuguhkan di hutan itu sirna oleh api yang lapar. Suara lolongan serigala dan beruang saling bersautan. Burung-burung juga berterbangan meninggal sarangnya menjauhi kobaran api. Tapi di saat semua mahkluk hidup yang masih bertahan meninggalkan lokasi, pria bertopi jerami itu justru mendekati sebuah pohon di dalam hutan yang bagian dahan atasnya telah terbakar. Tetes air mata tak bisa dia tahan kala melihat pohon itu perlahan hancur. Namun itu tidak menggoyahkan langkahnya, sebab masih ada sesuatu yang bisa dia selamatkan.

Sebuah tunas kecil tumbuh di samping pohon raksasa tersebut. Shanks, pria itu mengeratkan pelukannya pada seorang bayi yang terus menangis di dadanya. Dia terduduk di depan tunas itu, melepas topinya dan mencabutnya bersama akar dan sedikit tanah di sekitarnya, lalu ditaruhnya pohon kecil itu di topi jeraminya. Setelahnya dia kembali berdiri, membawa bayi tersebut berserta pohon kecil yang akan menjadi inang dari putri kecilnya.

Calypso.

Dia datang sebagai hal buruk sekaligus hal terbaik yang pernah dia alami. Kelahirannya membawa malapetaka sekaligus anugerah baginya. Tangis Shanks belum mereda, meskipun dia telah berada di kapal kincir miliknya. Pandangannya menatap nanar ke arah pulau yang menjadi saksi bisu akan cintanya yang bersemayam dengan seorang wanita. Seorang wanita dengan segala keunikannya yang disembunyikan oleh dunia. Namun sayang harus berakhir tragis oleh tangan kotor manusia egois yang berdarah dingin.

Pelukan pada bayinya semakin mengerat. Shanks memeluk bayi tersebut seraya memberikan kecupan kecil di keningnya. Sekarang dia hanya memiliki Calypso. Karina telah tiada bersama pulau indah tempatnya tinggal.

“Tenanglah, Calypso. Ayah tidak akan membiarkan mereka menangkapmu.”

Ajaibnya, merasa mengerti dengan kalimatnya, bayi itu perlahan berhenti menangis. Mata cokelat terangnya menatap sang ayah lekat-lekat.

“Ayah akan menjagamu. Kau akan aman bersama Ayah.”

Lagi-lagi Shanks mengecup keningnya. Dia tidak boleh kecolongan lagi. Sudah cukup mereka merebut ibu dari anak ini beserta pulaunya, tidak dengan anaknya.

Suara ledakan terdengar, serangan yang terjadi di pulau itu memicu aktivitas gunung vulkanik di sana. Hati Shanks semakin teriris, saat pulau itu kini benar-benar sudah tidak ada lagi yang tersisa. Para Nymph, peri, dan hewan-hewan mati terbakar. Yang berhasil selamat hanya Calypso. Bayi berusia 2 minggu yang harus kehilangan sang ibu dan menerima nasib yang begitu kelam.

Kapal kincir berhasil keluar menembus pembatas tak terlihat. Ledakan dari gunung api itu berhasil dia hindari. Kini hanya ada lautan kosong serta gelapnya malam.

“Bos!!”

Terdengar samar-samar seseorang memanggil dari kejauhan.

“Di sebelah sana! Arahkan kapal 45 derajat ke arah timur!”

Shanks tersentak. Dia mendongak menatap titik cahaya yang dia tebak adalah kapal miliknya. Red Force berlayar mendekat, menghampiri dirinya dan mengangkat kapal kincir tersebut. Semua kru kapal terkejut melihat keadaan sang kapten. Wajahnya babak belur, terdapat luka bakar di sekitar dada dan tangannya. Mereka makin terkejut saat melihat ada seorang bayi yang dilapisi selimut bewarna biru terang di gendongannya. Wajah sang kapten begitu sayup. Terlihat sekali pria itu sehabis menangis. Shanks turun dari kapal kincir, menginjakkan kakinya di dek kapal. Dia meraih topi jeraminya yang terdapat pohon kecil dan melangkah melewati para kru kapal.

“Gunakan kincir pada Red Force dan segera bergegas menuju pulau terdekat,” perintahnya dengan nada datar. Dia berhenti sejenak sebelum turun tangga menuju kabinnya. “Tolong bawakan aku pot bunga.”

* * *

Bohong jika Shanks tidak mengalami depresi.

Apa yang dia harapkan ketika wanita yang dia cintai setengah mati tewas dengan mengenaskan di hadapannya. Pulau indah yang dia jaga dan dia janjikan akan keselamatannya hancur begitu saja. Lalu dia harus merawat anak kandungnya yang baru berusia beberapa minggu seorang diri, sedangkan dia saja tidak yakin bisa menjadi ayah yang baik atau tidak baginya. Apa yang bisa Shanks harapkan? Terlebih saat suara tangis anak itu yang tidak mau berhenti, memekakkan telinganya dan sukses membuatnya tidak bisa tidur berhari-hari. Apa yang bisa Shanks harapkan? Saat rasanya dia ingin bayi itu menghilang dari hadapannya agar harinya bisa tenang barang 15 menit saja. Setelah dia pikir-pikir, bayi itu harusnya tidak lahir. Seharusnya Shanks memikirkan ini jauh-jauh untuk tidak menghamili Karina hingga semua hal buruk yang telah terjadi selama ini bisa terhindar.

“Kau berisik sekali Calypso. Ayah juga ingin tidur!”

Malam itu tidak ada badai. Tapi angin malam cukup dingin hingga menusuk tulang. Shanks membawa Calypso ke atas dek, mendekati pagar pembatas dan menatap mata indah tersebut lekat-lekat. Mata yang sama seperti Karina. Tapi bayi itu justru malah menangis merasa kedinginan. Shanks sudah muak. Dia mengangkat tubuh kecil tersebut dan mengarahkannya pada laut lepas. Kalau saja tidak ada yang menariknya ke belakang, bayi itu akan tewas oleh dinginnya air laut.

“Shanks! Apa kau gila?!”

Shanks jatuh terduduk. Bayi itu kini berpindah tangan dan berada di dekapan Benn. Menangis kejer saat mengetahui sang ayah ingin melenyapkannya di lautan.

“Dia putrimu! Apa yang kau pikirkan?!”

“...”

“Aku tahu, ini terlalu mendadak bagimu! Tapi pikirkan apa yang akan dirasakan oleh kekasihmu saat anak ini mati begitu saja?!”

“...”

“Demi Tuhan, kau itu ayahnya!! Kau tega membunuhnya karena apa yang terjadi oleh ibunya?! Itu bukan kesalahannya, Shanks! Kau tahu itu!”

Bahu Shanks bergetar. Dia menangis dalam diam, tangannya mengepal dan dia mengigit bibir bawahnya. Sial! Apa yang telah dia lakukan? Calypso adalah satu-satunya yang dia miliki. Dia satu-satunya yang tersisa setelah semuanya terenggut darinya.

“Ca—Calypso ...”

Shanks perlahan bangkit. Meraih bayi berusia 3 bulan itu dalam pelukannya. memberi kehangatan pada tubuh dinginnya hingga tangisnya perlahan memudar. Bayi itu akhirnya tenang. Shanks membawa kembali putri kecilnya kembali ke dalam kabin. Benn membantu menyiapkan susu.

Shanks memang benar-benar buta soal mengurus bayi. Bahkan kepikiran memiliki anak saja dia tidak ada. Tapi saat tahu Karina tengah mengandung anaknya, keraguannya sirna. Sebab dia bisa melakukannya jika bersama Karina. Pasti anaknya akan tumbuh cantik dan kuat seperti ibunya. Tapi kenyataannya itu hanyalah sebatas angan-angan. Karina begitu cepat pergi. Dia hanya sebentar merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang ibu. Lalu kini dia menjadi orang tua tunggal di tengah kehidupannya yang begitu keras. Apa kata mereka saat Shanks si kaisar laut memiliki sebuah kelemahan yang selalu bersamanya?

“Maafkan aku, Calypso. Aku memang Ayah yang buruk!” Shanks menimang bayi tersebut seraya memegang botol susu yang tengah disedot olehnya.

Setelah 5 menit berlalu, isi botol tersebut habis. Shanks segera menidurkan Calypso di ranjangnya, tak lupa menyelimutinya. Setelahnya Shanks terduduk di pinggir ranjang. Mengingat-ingat apa saja yang telah dia lalui. Dulu, suasana kapal begitu menyenangkan. Dia hanya disibukkan dengan berbagai dokumen, gulungan peta, catatan pemasukan dan pengeluaran keuangan dan juga pertempuran di tengah laut maupun di suatu pulau. Tapi sejak 3 bulan yang lalu, hidup Shanks sekarang jungkir balik. Dia harus merawat seorang bayi yang baru lahir seorang diri setelah kehilangan wanita yang dia cintai. Harapan Shanks seketika hancur, dia tidak tahu harus kemana lagi melangkah, dia tidak tahu harus membawa nasib anak perempuannya ini ke mana. Hidup bersama bajak laut bukanlah opsi yang bagus. Meninggalkannya di pulau hanya akan membuat Shanks tidak bisa berpikir jernih. Bagaimana jika mereka tahu siapa Calypso sebenarnya? Apa yang terjadi jika pulau tempat dia tinggal diserang dan Calypso dibawa ke tempat penjualan manusia dan mereka mengetahui kebenaran bahwa anak itu memiliki darah Nymph di tubuhnya?

Eksistensi Nymph saja berakhir karena keserakahan dan keegoisan pemerintah yang menganggap bahwa mereka adalah ancaman. Sedangkan sebenarnya merekalah ancaman itu sendiri.

“Kalau kau tidak sanggup mengurus anakmu, lebih baik kau titipkan dirinya di panti asuhan. Ada panti asuhan yang bagus di salah satu pulau kekuasaan kita. Kau bisa—” Ucapan Benn terpotong.

“Tidak.”

Benn terdiam. Menatap pria itu penuh tanda tanya.

“Aku tidak akan meninggalkannya.”

* * *

Bayi perempuan itu semakin hari semakin menggemaskan. Semua kru kapal langsung merasa jatuh cinta saat melihat tatapan matanya yang sebening kaca, membuatnya dicintai dan disayangi oleh semua orang. Sekarang, Calypso sudah berusia 1 tahun. Dia sudah belajar makan makanan khusus bayi. Shanks yang awalnya tidak memiliki naluri seorang ayah dalam beberapa bulan tiba-tiba berubah menjadi seorang pria yang kebapak-bapakan. Meski dia sempat mengalami depresi dan stress karena kewalahan dengan permasalahan bayi yang hanya bisa menangis, makan, tidur dan buang air. Namun itu berhasil dia lewati.

Kabinnya sekarang merangkap menjadi kamar bayi yang penuh dengan barang-barang anak kecil. Baik mainan, baby trolley, lemari isi pakaian si kecil, dan masih banyak lagi. Dia juga berterima kasih kepada teman-temannya yang sudah mau membantunya merawat Calypso. Dia tidak habis pikir, jika tidak ada mereka mungkin dia tidak bisa seperti sekarang.

“Papapapaja!”

Calypso yang tengah duduk di meja khusus bayi mengangkat sendok plastik miliknya ke atas dan memukul-mukulnya ke meja, dia mulai bisa mengeluarkan sepatah kata seperti; ‘papa, jaja, dan mama’. Bubur bayi di mangkuknya berceceran ke mana-mana. Shanks meraih sendok tersebut dan menggantikannya dengan mainan miliknya. Setelahnya, pria itu mengambil alih sendoknya dan membetulkan bubur yang berceceran di meja.

“Kau imut sekali, Calypso!”

Shanks menoleh tajam ke arah Lime. Yang ditatap langsung ketakutan dan bersembunyi di balik tubuh Benn. Shanks tahu Calypso memang lucu. Siapapun yang melihat pasti akan langsung jatuh hati. Tapi jika dibiarkan, putrinya akan dalam bahaya. Calypso mewarisi kecantikan ibunya. Yang artinya paras cantiknya bak seorang dewi, pasti akan banyak pria yang mendekati putrinya, dan itu tidak boleh! Shanks tahu betul apa yang dipikirkan oleh laki-laki! Yang boleh berada di dekat Calypso hanya ayahnya saja! Benn boleh saja tapi tetap tidak boleh sedekat dirinya.

“Shanks, Lime hanya memuji Calypso. Apa salahnya?”

“Papapapa!”

Shanks tidak menggubris kalimat Benn. Dia kembali menyuapi suapan terakhir pada Calypso. Anak itu langsung menyambut sendok tersebut dengan gembira. Pipinya menggembung menambah kesan lucu hingga rasanya Shanks mau mengigit pipinya. Kru lain yang berada di dapur juga sama-sama merasa gemas. Namun terpaksa harus menormalkan kembali ekspresinya saat Shanks menatap mereka dengan tatapan kematian miliknya. Kemudian dia mengambil lap lalu membersihkan wajah dan tangan Calypso.

Shanks tahu, sikap teman-temannya itu bisa dibilang sangat wajar. Siapa yang tidak gemas dengan seorang bayi berusia 1 tahun yang belum ternodai oleh keburukan dunia? Terlebih itu adalah Calypso. Tapi Shanks terlalu menyayangi putrinya dan sudah menanamkan sifat protektifnya sejak awal untuk melindungi Calypso. Mengingat anak itu akan tumbuh di kelilingi manusia (walau tidak bisa dipungkiri, anak itu juga memiliki darah manusia darinya), sedangkan dia memiliki darah Nymph juga di tubuhnya.

Pria itu mendengkus, meraih lap dan membersihkan mulut, leher dan tangan Calypso serta meja yang kotor oleh noda bubur. Setelahnya anak itu diangkat oleh ayahnya meninggalkan dapur menuju kabin. Membiarkan dirinya duduk di atas karpet dan bermain dengan mainan-mainan boneka karet yang suka berakhir digigit olehnya. Giginya baru tumbuh 4 buah, membuatnya sering menggigiti apa saja di hadapan. Tangan, leher, dada, dan kaki Shanks sudah sering menjadi korbannya. Giginya memang sedikit, tapi anak itu menggigitnya dengan gemas sehingga terasa sakit menembus tulang.

Shanks mengambil sisir dan ikat rambut di meja. Duduk di belakang Calypso dan menyisir rambut hitam kemerahannya itu dengan lembut. Membentuk dua kepangan  yang sedikit berantakan di sana.

Kali ini Shanks bukan lagi pria plin-plan yang tidak sanggup mendengar tangisan anak kecil. Bukan lagi pria bebas yang bisa bermain dengan banyak wanita di setiap pulau yang mereka singgahi, juga bukan pria yang melakukan apa saja yang dia inginkan tanpa memikirkan banyak hal. Kini dia lebih bertanggung jawab. Dia memiliki Calypso yang butuh dirinya untuk selalu di sampingnya. Shanks juga butuh Calypso untuk mengingatkannya bahwa dia masih memiliki alasan untuk melanjutkan tujuannya.

* * *

A/N:

Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen atau vote.

Sebelumnya terima kasih buat yang udah mau baca dan follow akun ini.

Sincerely, Nanda.

January, 3rd 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top