Chapter 8

Y/n: Your name
L/n: Last name
H/c: Hair color
E/c: Eyes color

Akan ditmbahkan sesuai berjalannya crita!

Reader's POV

Senpai mengabariku sekitaran pada pukul 8 pagi hari Rabu. Kami akan bertemu di taman yang waktu itu di hari Minggu pada pukul 9 pagi.

Katanya lagi, dia memintaku untuk sedikit berdandan dan mengenakan pakaian yang sopan karena dia ingin mengajakku ke suatu tempat.

Aku langsung meng-iyakan dan percapakan kami berakhir pagi itu.

Rasa penasaran memenuhi hatiku. Aku menebak-nebak kira-kira kemana dia akan membawaku. Apakah dia akan membawaku ke perpus untuk makan bersama?

Bisa saja kan? Sambil belajar mana tahu.

Sepulang sekolah, aku langsung menyiapkan bahan-bahan yang di perlukan untuk membuat butter cake. Kebanyakan bahannya sudah ada di rumah seperti tepung dan telur tapi masih ada beberapa bahan yang kurang seperti pasta vanilla dan mentega.

Aku memilih barang-barang yang berkualitas agar kuenya tidak mengecewakan.

Setelah kejadian bertemu dengan Enkidu di dunia ini, kebanyakan waktu ku habiskan untuk berpikir. Apakah di dunia pararel Enkidu juga memiliki adik kembar? Apakah di dunia ini Gilgamesh ada? Bagaimana dengan yang lainnya?

Teman-temanku, sahabatku, orangtuaku di dunia pararel.

Bagaimana dengan mereka?

Dan mengapa harus aku yang dipilih diantara sekian banyaknya manusia? Mengapa harus aku yang merasakan perasaan rumit seperti ini?

Enkidu, bagaimana jika dia mengingat kehidupan di dunia pararel seperti aku yang mengingat kehidupanku di dunia itu?

Apakah dia akan membenciku? Atau apakah dia akan tetap mencintaiku?

Enkidu di dunia ini.... Dia sudah pernah menikah dan memiliki anak....

Apakah aku ada kesempatan untuk bisa bersama dengannya lagi? Atau dia akan membalikkan punggungnya dan berjalan pergi meninggalkanku?

Pada akhirnya, apakah aku akan sendirian?

Aku menepuk pipiku dengan keras.

Heh, memangnya siapa aku? Aku hanyalah orang luar yang kebetulan bertemu dengannya dan mengenalnya. Kami tidak memiliki status apa-apa. Bukan teman, keluarga, bahkan sahabat. Kami hanya kenal karena berpas-pasan.

Orang asing.... Hanya sebatas orang asing....

Memangnya siapa aku hingga dia harus peduli padaku?

Aku hanyalah orang asing baginya. Siapa aku berharap hubungan kita akan kembali seperti dulu?

"Hey, jika kau ingin melamun dan menangis, jangan disini. Dasar betina lemah!"

"Siapa yang kau-"

Sepasang mata merah yang indah menatapku dengan wajahnya yang datar. Rambutnya berwarna pirang, wajahnya tampan, postur tubuhnya gagah, dan tinggi. Sorot matanya penuh dengan ejekan namun ada ketegasan disana.

Dia seperti pahatan dewa yang sempurna. Atau dialah sang dewa itu sendiri.

".... Gilgamesh?"

"Oh? Kau mengenalku? Heh, tapi tentu saja! Aku adalah orang penting terkenal. Siapa yang tidak mengenaliku?"

"PIRANG BANGSAT! AKHIRNYA KETEMU SI PIRANG BANGSAT!"

Entah mengapa aku tidak bisa menahan air mata dan langsung memeluknya.

"Eh! Eh! Eh! Siapa kau main peluk saja?! Aku tahu aku tampan dan terkenal tapi bukan berarti kau boleh memelukku sesuka hatimu! Hei, anjing betina! Kau dengar aku?"  Gilgamesh berusaha melepaskan pelukanku tapi aku tidak mau melepaskannya.

"Betina! Hei betina! Kau membasahi pakaianku dengan air matamu!!! Apakah kau tahu berapa harga pakaianku?! Hei- INGUSMU!!!"

Aku tidak peduli jika dia mencaci makiku. Aku benar-benar tidak peduli.

Walau aku kesal dan sedikit membencinya tapi...  Aku merindukannya. Aku rindu bertengkar dengannya. Dengan yang lainnya. Aku rindu semuanya.

Apakah berlebihan jika aku melepaskan semua keluh kesahku dengan tangisan ini?

Suara bisikan terdengar jelas di telingaku dan sepertinya Gilgamesh juga mendengarnya. Suara ibu-ibu yang berbelanja walau menurut mereka bahwa suara mereka sudah kecil namun nyatanya suara mereka lebih besar dari yang mereka pikirkan.

"Lihat, apa yang dilakukan oleh kekasihnya hingga gadis itu menangis?"

"Aduh laki-laki tidak bertanggung jawab!"

"Kasihan gadis itu... Menangis seperti itu."

Bahkan ada seorang nenek yang membentak Gilgamesh.

"Hei anak muda! Kau terlihat gagah dan tampan tapi sifatmu sangat memalukan! Lihat kekasihmu menangis hingga seperti itu! Apa yang kau lakukan kepadanya?! Tidak tahu malu!"

"Hei nenek tua! Dia bukan kekasihku! Aku bahkan tidak mengenalinya!"

"Jika kau laki-laki, berani berbuat berarti berani bertanggung jawab! Kau lebih parah daripada banci!"

"........."

"Benar kata nenek ini! Jangan-jangan kau menidurinya hingga membuatnya menangis!"

"Aku ti-"

"Tanggung jawab jika kau laki-laki jantan!"

"........ Aku bu-"

"Pemuda ini sangat tidak tahu malu!"

"............."

"Bukankah kau Gilgamesh? Salah satu CEO paling berpengaruh di dunia? Beginikah sifatmu memperlakukan seorang gadis?" salah seorang kakek ikut menyahut.

"Oh pantas saja dia seperti ini! Orang kaya rupanya."

"Cih, jika aku menjadi orangtuanya, aku akan langsung mengusirnya dari rumah!"

Tempramen Gilgamesh yang ini lebih baik, tenang dan sabar daripada Gilgamesh yang pernah ku temui. Walau diterpa kata-kata yang menyakitkan seperti itu, Gilgamesh yang ini memilih untuk diam dan tetap tenang.

Daripada suasana makin panas, tanpa aba-aba lelaki pirang ini langsung menggendongku seperti anak kecil lalu membawaku keluar dari toko kue ini.

Pada saat ini aku langsung tersadar lalu melihat sekeliling. Banyak orang pada melihat kita bahkan ada beberapa yang tertawa singkat.

"T-turunkan aku!"

"Diam! Kau yang memaksaku dan mempermalukanku! Kali ini giliran!"

"M-maafkan aku! Aku tidak bermaksud!"

"Diam!"

Gilgamesh tetap menggendongku hingga kami sampai ke depan toko. Aku mendengar suara perempuan yang panik lalu berkata, "Tuan Gilgamesh! Apa yang anda lakukan?!"

"Diam Siduri! Buka pintu untukku! Mereka ingin aku bertanggung jawab maka hari ini aku akan bertanggung jawab daripada nama baik ku hancur!"

Perempuan yang bersama Siduri ini langsung mengikuti perintah dengan diam. Setelah membuatku duduk di dalam mobil, dia ikut masuk ke dalam mobil dan menghembuskan napas kasar sebelum memalingkan wajahnya untuk melihatku.

"Apa masalahmu?"

"M-maaf... Kau terlihat seperti orang yang ku kenal."

"Hah? Apa matamu bermasalah? Kau buta ya? Tidak mungkin kenalanmu itu mirip denganku! Wajahku ini adalah aset berharga! Harta dunia! Limited edition! Najis!"

Aku bergumam dalam hati, "Bahkan di dunia ini, Gilgamesh masih tetap narsis."

"Hei, kenapa diam? Lihat, pakaianku jadi kotor karena air kata dan ingusmu! Apakah kau tahu kalau pakaianku ini mahal? Bahkan gaji seumur hidupmu tidak bisa membelinya!"

"... Maaf.. Aku bisa mencucinya untukmu.."

"Tidak perlu! Sabun yang kau gunakan pasti sabun murahan! Sudahlah, lupakan saja. Katakan, mengapa kau tiba-tiba memelukku? Aku tahu aku sangat tampan tapi bukan berarti kau bisa seenaknya memelukku!"

"Refleks."

".. Hah?"

"Refleks. Tubuhmu chubby jadi aku refleks. Anda lucu sih."

Tidak terima dengan jawabanku, Gilgamesh di dunia ini langsung memerhatikan tubuhnya. Dia memegang perutnya dan mencubit kedua sisi perutnya, memeriksa apakah ada lemak yang tidak diperlukan.

"........... Sialan! Pantas ada beberapa pakaian yang sedikit sempit," pintanya.

"......... "

PADAHAL AKU HANYA BERCANDA! DIA BENERAN CHUBBY?!

Suasana di dalam mobil terasa canggung bagiku. Gilgamesh sendiri tidak terlalu peduli dengan kehadiranku, dia terus memerhatikan handphonenya.

Tidak tahu kemana dia akan membawaku, ku putuskan untuk bertanya, "Tuan, kemana anda akan membawaku?"

"Ke kantorku."

".... Untuk apa?"

"Untuk apa? Ya karena itu adalah perusahaan ku dan aku ada meeting!"

"Maksud saya untuk apa anda membawa sana kesana?"

"...... Berhentikan mobilnya!"

Gilgamesh menurunkanku ke tempat yang entah apa nama jalannya. Ketika aku bertanya tentang pakaiannya, dia hanya melambaikan tangannya dan mengatakan kalau tidak usah memikirkan tentang ini namun aku berhutang kepadanya. Jika lain kali kita bertemu, dia akan menagih hutang kepadaku.

"Aku tidak punya uang," ucapku.

"Aku tidak menginginkan uangmu, uangku sudah banyak! Kau pikir uang receh lusuhmu itu sangat berharga dimataku? Kita akan membahas soal hutang ketika kita bertemu di masa depan!"

Itulah percakapan kami sebelum berpisah. Entah mengapa aku sangat yakin jika kami akan bertemu kembali secepatnya karena firasat ku mengatakan bahwa dia dan Enkidu tetap bersahabat di dunia ini.

Hari sudah malam ketika aku kembali ke rumah. Karena terlalu fokus dengan Gilgamesh, aku sampai lupa membeli barang-barang yang ku perlukan. Juga jarak diantara tempat Gilgamesh memberhentikanku dan jarak toko sedikit jauh hingga aku harus menggunakan bus umum untuk mengantarkanku.

Mama bertanya kepadaku dan aku berasalan kalau aku pergi ke tempat temanku sebentar makanya bisa terlambat pulang. Tak mungkin aku mengatakan yang sejujurnya kepada mama kan?

Untunglah mama tidak bertanya-tanya lebih lanjut atau akan sangat memalukan jika ketahuan.

Setelah membereskan segala sesuatu, makan, dan mandi, ku putuskan untuk beristirahat lebih awal. Kepalaku terasa sangat sakit karena menangis tadi.

Author's Note:

3 tahun... Uda 3 tahun Aku ga lanjutkan cerita ini yalord. mohon maaf yang sebesar2nya untuk para pembaca karena jadwal thor di dunia nyata ini sangat sibuk :"

Thor usahakan agar bisa update dan menyelesaikan cerita ini secepatnya ya. Terima kasih~!

Terima kasih juga bagi kalian yang sudah nagih author utk update cerita ini 🙏 sekali lagi mohon maaf sebesar-besarnya ya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top