Chapter 2
Y/n: Your name
L/n: Last name
H/c: Hair color
E/c: Eyes color
Akan ditmbahkan sesuai berjalannya crita!
Reader's POV
- 1 Minggu setelahnya -
"Kalau begitu, aku duluan ya!" ucapku kepada salah seorang temanku.
"Yakin tidak ingin ku temani?"
"Yakin kok~!"
"Beneran? Kabarnya perpustakaan itu berhantu loh~~!"
Temanku, Sasaki Yui, adalah satu-satunya teman yang akrab denganku. Kami mengenal satu sama lain semenjak kami masih duduk di bangku SMP. Dia memiliki rambut pendek berwarna hitam dan manik mata berwarna hitam --senada dengan rambutnya.
"E-emang kamu pernah pergi kesana?" tanyaku.
"Engga sih..."
Aku memang sudah mendengar desas-desus tentang perpustakaan itu tapi bukankah itu hanya kabar burung saja?
Pada akhirnya aku dan Yui pergi bersama-sama ke perpustakaan desa. Jaraknya tak jauh dari sekolah dan kabarnya perpustakaan itu dulunya adalah sebuah rumah pribadi yang ditinggali oleh kakak beradik.
Sang kakak suka mengoleksi dan membaca buku lalu dia putuskan untuk membuka perpustakaan. Kata murid-murid atau guru yang sudah pernah berkunjung kesana, buku-buku yang dikoleksi lengkap dan sangat terawat. Disana bahkan ada komik, majalah, dan buku dongeng.
Yang menjadi misteri, sampai sekarang tidak ada yang tahu siapa pemilik perpustakaan ini. Bahkan para pekerja di perpustakaan itu saja tak tahu siapa pemiliknya.
Menurut beberapa orang (yang suka bergosip dan membuat teori-teori ga jelas), kakak beradik ini sudah lama meninggal dan mereka bergentayangan di perpustakaan itu.
Soalnya, sebelum perpustakaan desa itu dibuka, para tetangga atau orang-orang yang tinggal di sekitar rumah itu tak pernah sekalipun melihat sang pemilik mansion. Pintu dan gerbang mansion selalu ditutup rapat, bahkan jendela saja jarang dibuka.
Ada orang yang bersaksi bahwa mereka pernah melihat arwah sang kakak berdiri di depan jendela sambil melihat orang yang berlalu-lalang di depan mansionnya.
Sambil berjalan, aku dan Yui bercerita tentang kabar burung perpustakaan itu.
"Eh, uda pernah denger tentang pencuri yang lari ketakutan karena melihat hantu ga?" tanya Yui.
"Hah? Ceritanya gimana tuh?"
"Gini-gini, mansion itu pastinya punya barang-barang antik yang bisa dijual dong? Nah ada nih dua pencuri yang masuk ke mansion itu malam-malam --entah bagaimana caranya dan mereka melihat arwah kakak beradik itu. Kedua pencuri itu akhirnya lari ketakutan!"
"Wajah mereka gimana? Serem ga??" tanyaku penasaran.
"Menurut kabar yang ku dengar, wajah mereka sih ga serem tapi ga tau juga ... Mau uji nyali?"
"Gila lu!"
Tak terasa kamipun akhirnya sampai di perpustakaan ini. Gerbangnya terbuka lebar dan terlihat ada orang yang berlalu-lalang dengan bebas dan santainya di perpustakaan itu --baik pekerja maupun pengunjung.
Untuk masuk ke perpustakaan ini tak dibutuhkan biaya atau gratis. Tapi disini juga menjual berbagai kue dan minuman seperti teh atau kopi. Biasanya para pengunjung yang ingin menikmati teh sambil membaca akan duduk di taman mansion ini.
"Wah! Besar perpustakaannya!" ucap Yui.
Walau di taman perpustakaan ini terlihat seperti cafe, di dalamnya memang terlihat seperti perpustakaan pada umumnya. Keadaan sunyi dan nyaman juga aku merasakan ada hawa dingin.
Pintu perpustakaan terbuka lebar, seharusnya di dalam perpustakaan hawanya tak sedingin ini. Aku melihat tanganku, bulu kudukku berdiri karena merinding.
Aku menepis semua pikiran negatif dan menuju ke sebuah meja besar di perpustakaan itu. Aku dan Yui meletakkan tas kami lalu mengeluarkan alat tulis dan buku pelajaran.
Ada catatan sejarah yang sudah tertinggal banyak. Yah ..., guru sejarahku sangat suka sekali memberikan catatan untuk kami. Aku meninggalkan Yui untuk mencari buku sejarah tentang perang dunia ke-2. Yui untuk mengangguk sambil mengerjakan prnya.
Aku berjalan menyelusuri lorong-lorong perpustakaan untuk mencari buku itu. Entah mengapa aku merasa semakin aku berjalan lebih jauh dari meja besar itu (dan menjauh dari Yui) hawa di sekitarku terasa lebih dingin.
----------- Atau itu hanya ilusiku saja?
Aku menggeleng kepalaku, kembali menepis semua pikiran negatif dan buruk dari kepalaku. Sepertinya otakku mempermainkanku. Gara-gara bercerita hal-hal yang mengerikan aku jadi parno sendiri!
Entah bagaimana caranya aku berakhir di sebuah lorong yang agak sepi pengunjung. Di atas rak-rak besar itu, ada sebuah papan yang bertuliskan 'sejarah'.
Aku berteriak kegirangan! Akhirnya aku menemukan deretan buku sejarah yang ku cari!
Dengan bersemangat aku mencari buku tentang perang dunia ke-2. Dengan hati-hati aku membaca satu per satu judul buku yang terpampang. Buku-buku ini terlihat sudah tua namun masih sangat terawat dengan baik.
Menurut kabar yang ku dengar, arwah kakak beradik yang menjaga tempat ini merawat buku-buku di mansion ini agar tidak rusak dan berjamur.
........
KENAPA AKU TERUS MEMIKIRKAN HAL INI SIH?!?!?!?!
Aku berbalik, menutup wajahku dan kembali berusaha menepis pikiran-pikiran negatif itu. Jika dihitung-hitung, sudah tiga kali aku menjauhkan pikiran itu dari otakku!
Ketika aku membuka wajahku, aku membeku. Entah mengapa dunia seperti berhenti berputar.
Terlihat sesosok bersurai panjang di sebuah lorong yang agak gelap. Dia terlihat membelakangiku dan terlihat sedang melakukan sesuatu.
Dia mengenakan sebuah yukata. Yang membuatku membeku bukan karena berpikir kalau sosok ini adalah hantu. Melainkan ...
"Enkidu?!"
Sosok itu bersurai hijau panjang. Aku mengenali sosok itu, seseorang yang selama ini ku rindukan. Seseorang yang menjadi suamiku di dunia pararel. Aku mengenali sosoknya karena setiap hari aku memikirkannya dan membayangi sosoknya.
Aku ingin menghampirinya tapi tubuhku mengkhianatiku. Hatiku terus berteriak kalau aku harus menghampiri sosok itu tapi kakiku tak kunjung bergerak --aku terlihat seperti patung sekarang.
Sosok yang mirip dengan Enkidu itu berjalan menjauh ke sebuah lorong lainnya dan menghilang. Entah petir apa yang menyambarku, kakiku akhirnya dapat digerakkan.
Aku berjalan perlahan ke arah lorong itu dan mencari keberadaan sosok itu. Lorong ini gelap, hanya diterangi oleh sinar matahari lewat jendela.
Dengan perasaat takut, aku masuk ke lorong itu dan mencari sosok yang mirip Enkidu.
Dia cepat sekali menghilangnya! Aku melihat kesana kemari, bingung karena tak mendapati siapapun disini.
"Apa yang kamu lakukan disini?"
Sebuah suara terdengar di belakangku. Terkejut, jantungku berdetak dengan sangat kencang.
Aku menggenggam rok sekolahku erat. Yang membuatku membeku seperti ini bukan karena ketahuan menyelinap masuk kesini melainkan pemilik suara itu.
Suaranya terdengar sama bahkan sama persis seperti Enkidu.
Aku membalikkan badanku dan mataku tak bisa lepas dari sosok di depanku ini.
Wajahnya mirip dengan Enkidu --atau mungkin dia adalah Enkidu. Sosok ini menatapku dengan wajah tanpa ekspresi, dia memakai yukata putih dan haori.
"DIA BENAR-BENAR ENKIDU!"
End of Reader's POV
.
.
.
.
.
.
Author's Note
Allo dn kmbali lgi dgn ane.
Maaf updatenya lama 😂😂 author kena writer's block.
Smoga crita in dn chapter in ga mengecewakan! Jan lupa utk memberikan vote, komen, dan memfollow akun ini! Terima kasih!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top