Chapter 11
Y/n: Your name
L/n: Last name
H/c: Hair color
E/c: Eyes color
Akan ditmbahkan sesuai berjalannya crita!
Reader's POV
"Apa kau memerlukan sesuatu?" tanya ku.
"Kau menerobos properti pribadi ku dan ini yang kedua kalinya," ujar Enkidu.
"Maaf, aku salah tapi aku diberikan izin dari Kingu senpai untuk masuk jika ingin mencari nya."
"Dia tidak ada. Apakah dia tidak memberitahu mu?"
"Tidak..."
"Kau tidak mengabari nya jika kau akan datang?"
"... Tidak juga.."
Aku mendengar Enkidu menghela napas.
Aku... Anak yang tidak tahu sopan santun... Bukan?
AKU MEMPERMALUKAN DIRIKU SENDIRI, BUKAN!?
"Maafkan kelancanganku. Ini tidak akan terjadi lagi."
"Lupakan. Jika tidak ada kau, aku sudah mati. Maaf karena aku kasar."
"Sama-sama."
Percakapan yang singkat. Enkidu tampaknya bukan extrovert melainkan introvert jika dilihat dari gaya dia berbicara yang to the point. Atau mungkinkah dia sedang kesal?
"Aku tahu aku bukan siapa-siapa. Aku tahu aku hanyalah orang luar yang tiba-tiba datang ke dalam hidupmu. Aku tidak mengerti apa yang kau rasakan, apa yang terjadi padamu, dan lain sebagainya namun jika kau membutuhkan seseorang untuk bercerita, aku akan selalu ada untukmu. Tidak baik memendam semuanya sendiri," ucapku panjang lebar.
Enkidu diam selama beberapa detik sebelum dia berkata, "kau mirip Kingu, sama-sama cerewet. Tapi terima kasih."
Ugh!
Hatiku rasanya seperti tertusuk pisau.
Setelah mencuci piring, aku membersihkan darah yang mengotori lantai. Enkidu sendiri duduk di sofa sambil melihat foto istri dan anaknya. Terlihat jelas kalau Enkidu merindukan mereka.
"Kalau begitu Aku akan kembali," ucapku setelah selesai.
"Tidak menunggu Kingu?" tanyanya.
"Hm...," Aku melihat jam pada dinding, "sudah hampir sore, aku harus kembali. Aku akan datang lagi besok. Kau ingin makan apa?"
"Kau bukan pembantu ku, untuk apa merepotkan dirimu sendiri?"
"Aku bosan dan tidak ada pekerjaan. Ingin makan apa besok?"
"Terserah."
"Enkidu mirip perempuan ya, jawabannya terserah terus. Sampai jumpa besok~!"
Aku menutup pintu di belakangku.
".... Anak kurang ajar..," gumam Enkidu yang ku dengar sebelum Aku menutup pintu.
Hehe, setidaknya Enkidu bicara lebih banyak daripada beberapa waktu lalu saat anaknya terbaring koma di rumah sakit.
Aku tidak tahu apakah ini awal yang baik atau tidak, namun Aku terus berharap dan berdoa semoga keadaan Enkidu akan membaik.
Sesampainya di rumah, Aku langsung memasak makan malam untuk keluarga ku, makan malam bersama, mandi, dan mengerjakan prku. Aku mengabari Kingu tentang kejadian hari ini.
Betapa terkejut, khawatir, dan kesal Kingu ketika dia tahu tentang Enkidu. Dia bahkan mengatakan akan memukul kepala Enkidu agar otak nya kembali lurus sewaktu dia pulang nanti.
「Terima kasih」
Pesan Kingu yang terakhir sebelum dia offline. Aku mengirim stiker jempol untuk membalas. Kingu sedang pergi untuk mengurus perusahaan yang dikelola sendiri oleh Enkidu. Alasan mengapa Kingu yang pergi adalah karena kondisi Enkidu yang tidak memungkinkan.
Karena sangat mendesak dan buru-buru, Kingu lupa memberitahu ku bahwa dia tidak akan berada di rumah selama beberapa waktu. Tapi dia meminta tolong kepadaku untuk menjaga kakak kembarannya.
Tentu saja aku tidak menolak.
Esok dan keesokannya lagi, hari demi hari pada jam yang sama yaitu setelah pulang sekolah, Aku akan berkunjung ke rumah Enkidu dan Kingu.
Hari kedua, Enkidu masih duduk di sofa yang sebelumnya sambil melamun.
Hari ketiga, Aku melihat nya membaca buku.
Hari keempat, Enkidu melukis. Namun jujur saja, lukisan seorang anak balita bahkan lebih jelas dan indah daripada lukisan Enkidu.
H
ari kelima, aku membantu Enkidu membersihkan rumah dengan sukarela walau Enkidu terus menerus melarangku.
"Aku bosan."
"Pergi dengan teman sebayamu."
"Mereka sibuk."
"Belajar."
"Bosan."
"....."
Hari keenam, aku melihat Enkidu sedang mengerjakan beberapa dokumen. Kelihatannya dokumen itu tentang perusahaan nya tapi entahlah, aku tidak bertanya.
"Kau masih datang?" tanya Enkidu.
"Yup."
"Tidak bosan?"
"Masih belum."
"...."
Hari ini Aku memasak yakisoba untuk Enkidu. Sambil makan, Enkidu sambil membaca dokumen dengan saksama.
"Mau kopi?"
"Tidak perlu."
"Baik tuan."
Mendengar panggilan ku, Enkidu melihat ku sebentar sebelum dia menggeleng kepalanya dan melanjutkan pekerjaannya.
"Kau tidak makan?" tanya Enkidu.
"Wah, apakah hari ini tuan minum obat yang salah sehingga menanyai ku apakah sudah makan atau belum?" godaku.
"Lupakan."
"Eh jangan gitu dong!"
Hari demi hari berlalu hingga akhirnya Kingu kembali pulang. Hal pertama yang dilakukan nya adalah memukul kepala Enkidu, tepat di depanku, lalu menampar Enkidu.
"KAKAK BODOH!"
Enkidu tidak menjawab Kingu dan membiarkan sang adik memukuli tubuhnya.
Kingu mengucapkan terima kasih kepadaku karena sudah menggantikannya menjaga Enkidu. Sebagai gantinya, Kingu memberikan sebuah hadiah untukku.
"Terima kasih!" ucapku.
"Hm. Coba buka."
Aku membuka kotak hadiah dan melihat kotak hitam kecil di dalamnya. Ketika ku buka, Aku terkejut ketika melihat brand yang terpampang jelas pada kotak bagian dalamnya beserta dengan jam tangan berwarna putih.
Chanel.
"Huh...."
"Tidak suka? Jika tidak suka bisa ku ganti," ucap Kingu.
"I-ini...."
"Jam Tangan J12 Caliber 12.1, 38 Mm. Jika tidak suka bisa ku ganti."
"Ini... Mahal kan...?"
"Cuma dua ratusan lebih."
"Ribu?"
"Juta."
"........"
Capek.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top