09 | Birth

“Kau janji kan, akan datang lagi dalam 3 bulan?”

Karina memegang jubah milik Shanks, menatap pria itu dengan tatapan yang berkaca-kaca. Akhir-akhir ini emosi wanita itu jadi tidak stabil. Dia sering menangis akan hal yang sepele dan sering bermanja-manja pada Shanks. Pria itu jadi tidak tega meninggalkan wanita yang akan menjadi ibu dari anaknya ini. Tapi dia harus pergi, mengingat dirinya adalah kapten bajak laut. Pria itu juga telah berjanji akan kembali kurang dari 3 bulan. Dia akan menemani Karina merawat bayi mereka.

“Iya, sayangku. Aku akan kembali secepatnya. Jaga dirimu baik-baik. Jangan terlalu kelelahan, dan jangan memaksa dirimu untuk berlarian. Ingat, ada anak kita di dalam perutmu!”

Karina menghela napas seraya menggembungkan pipinya. “Cium aku dulu!”

Kali ini Shanks yang menghela napas. Tapi pria itu tidak menolak, dia mendekat dan mengecup bibir dan keningnya. “Karina aku serius. Kau tidak boleh kelelahan!”

“Iya, Shanks. Aku mengerti.”

Shanks pun menaiki kapal kincirnya dan pergi dari pulau Veela. Meninggalkan Karina yang tengah hamil cukup besar. Wanita itu melambaikan tangannya seraya mengelus perutnya dengan tangan satunya lagi. Angin berhembus cukup kencang, membelai rambut dan ujung gaunnya. Setelah 15 menit berlalu, Karina akhirnya memutuskan untuk kembali. Dia menatap para tupai yang saling merebut kacang di dahan pohon, lalu menatap sepasang tikus yang tengah berjalan memasuki lubang yang terdapat di batang pohon yang telah mati. Kemudian mata Karina tertuju pada seekor burung gagak yang hinggap di batang pohon tersebut.

Wanita itu sontak menghentikan langkahnya. Kini atensinya tertuju padanya. Gagak itu tidak bergeming, menatap lurus ke arah Karina tanpa ada pergerakan sedikitpun. Entah kenapa wanita itu tiba-tiba merasa waspada. Dalam sekejap dia menajamkan indranya dengan bantuan alam. Dia tidak mendengar suara napas ataupun detak jantung dari burung tersebut. Sepersekian detik kemudian, Karina mengangkat tangannya dan mengaktifkan energi magisnya untuk meremukkan burung tersebut dengan sulur akar yang muncul dari batang pohon.

Karina mundur beberapa langkah. Mengatur napasnya yang memburu. Shanks baru saja pergi, dan terjadi sesuatu di luar nalar. Benda apa ini? Burung itu tidak memiliki darah ataupun daging. Tubuhnya terdiri dari beberapa benda padat yang mengeluarkan percikan listrik dan api. Merasa kewaspadaannya itu belum mereda, Karina mengeluarkan bola api dari tangannya dan melemparnya kepada burung aneh itu. Membakarnya hingga hangus.

Ini buruk. Apakah ini ada hubungannya dengan Shanks? Jangan-jangan ...

Tidak. Tidak mungkin! Karina menggeleng. Manusia yang tahu pulau ini hanya Shanks. Dia tahu betul, pria itu tidak sudi memberitahu manusia lain tentang keberadaannya pulau Veela.

Karina harus melakukan sesuatu. Dia harus mencegah dan membasmi burung-burung itu dari pulaunya.

* * *

Sangat sulit untuk menemukan catatan sejarah serta arsip-arsip yang berhubungan dengan legenda. Membutuhkan waktu lebih dari 2 bulan para pasukan dan tim khusus untuk menemukan bukti-bukti keberadaan makhluk bersayap, bertelinga runcing serta pemilik kekuatan semua elemen alam. Di tambah, mereka mendapatkan kabar jika 7 prototipe cyborg yang mengintai pulau Veela berhasil dihancurkan oleh salah satu penduduk di sana, membuat mereka menjadi kesulitan.

“Dari hasil legenda dan artefak-artefak yang ditemukan di perpustakaan suci serta situs kuno, wanita itu termasuk dalam jenis Nimfa atau Nymph. Makhluk mitologi yang muncul akibat benih-benih dewa yang diturunkan dari langit ke suatu pulau bernama Veela. Benih itu tumbuh menjadi roh berwujud wanita cantik yang terhubung erat dengan alam di sekitarnya. Sungai, hutan, gunung dan rawa-rawa. Mereka memiliki penampilan yang menarik serta kemampuan memanipulasi elemen alam. Keberadaan mereka harus diwaspadai, mereka bisa saja memberontak dan mencelakai manusia.”

“Lalu apa yang harus kita lakukan?”

Pria bertubuh besar dengan janggut putih itu mengetuk tongkatnya dengan jari tangannya. Terlihat sedang memutuskan sesuatu.

“Kita tidak bisa membiarkan keturunan campuran antara Nymph dengan manusia lahir begitu saja. Itu akan semakin mencoreng citra baik keluarga Figarland dan kita belum tahu apakah ada bahaya di balik kelahirannya tersebut.” Orang yang mengenakan kimono putih dengan pedang panjang yang dia pegang ikut berkomentar.

“Kita harus membasmi mereka semua. Itu lebih baik untuk mencegah hal buruk terjadi di masa yang akan datang.”

“Meskipun membunuh keturunan Figarland?”

“Ada darah bajak laut di tubuhnya. Lebih baik kita menghabisi tunas sepertinya sebelum sesuatu yang buruk akan terjadi.”

Pria bertongkat itu menghela napas. “Kirim semua anggota terkuat Cipher Pol 5-9 untuk menyelesaikan misi ini. Tidak boleh ada yang tersisa!” putusnya selaku salah satu Gorosei yang duduk di ruangan tersebut.

“Tunggu dulu.”

Pria berkepala klimis dengan janggut putih yang menjuntai ke bawah memotong. “Ada baiknya bagi kita untuk tidak membunuh anak campuran itu.”

“Apa maksudmu?!”

“Kita bisa menjadikannya uji penelitian untuk membuatnya sebagai alat tempur. Sepertinya yang kalian tahu, kita telah kehilangan sampel ras lunarian dari laboratorium dokter Vegapunk. Mungkin ini bisa menggantikan kerugian kita.”

“Aku tidak yakin ayahnya akan tinggal diam. Lalu bagaimana jika Garling tahu ada keturunan lain dari darahnya?”

“Garling tidak akan tahu. Lagi pula, muah saja untuk menekan Akagami. Kita tidak akan melukai anaknya. Kita hanya menjadikannya sebagai bahan penelitian, bukan membunuhnya.”

Pria bertongkat itu lagi-lagi menghela napas. “Baiklah. Usulanmu tidak ada salahnya juga. Luluh lantakkan pulau Veela beserta isinya setelah anak Akagami itu lahir ... Kemudian bawa anak itu kepada Vegapunk. Aku tidak mau ada kegagalan!”

“Baik, Tuan!”

* * *

Karina sudah sering melihat rusa, kelinci dan beruang melahirkan. Bahkan sesekali dia pernah membantu sang induk dalam proses persalinan. Yang dia pahami, jelas proses lahiran akan terasa sangat sakit dan mengilukan. Dia terbayang-bayang ukuran bayinya yang tidak jauh beda dengan ukuran bayi beruang. Namun masalahnya, ukuran induk beruang dan anaknya begitu berbanding jauh. Tubuh Karina begitu mungil, dia tidak yakin sanggup melahirkan bayinya.

Tapi pada akhirnya waktu persalinannya pun tiba. Lebih cepat 2 minggu dari perkiraannya. Air ketubannya pecah di sore hari, wanita itu langsung menyuruh seekor tupai dan beberapa peri jamur untuk memanggil Grace dan Scarlett untuk datang menolongnya. Dia tidak sanggup melakukan ini sendirian. 5 menit kemudian, kedua temannya pun datang. Mereka dengan sigap membantu Karina melahirkan. Dia ingin sekali Shanks berada di sampingnya, tapi waktu kembalinya Shanks itu masih seminggu lagi. Mustahil pria itu akan datang.

“Karina berhenti menangis! Bayimu harus segera dikeluarkan! Atau sesuatu yang buruk akan terjadi padanya!” teriak Grace di hadapannya.

Karina meremas selimut serta tangan Scarlett. Ini rasanya sangat sakit. Beribu-ribu kali lipat lebih sakit dibandingkan sakit saat berhubungan badan dengan Shanks. Ya Tuhan, Karina tidak kuat!

“Karina, kau ingin menyerah begitu saja?! Kau ini lebih kuat dibandingkan beruang atau serigala! Kau jangan mau kalah!”

Benar. Karina bahkan bisa membunuh mereka dengan sekali tebas. Tapi teman-temannya ini tidak tahu bagaimana saat tubuhmu rasanya hendak pecah, tulangmu terasa retak, dan nyawamu nyaris berada di tenggorokan. Karina mau berteriak tapi suaranya terasa tersengal hingga tidak bisa keluar.

“Karina, aku sudah melihat kepalanya. Kau harus segera mendorongnya keluar!”

Ya Tuhan, Karina tidak kuat!

Wanita itu terpejam. Tiba-tiba saja dia dilihatkan sebuah cuplikan tentang masa depan. Melihat Shanks bersama seorang anak perempuan berambut hitam kemerahan tengah bermain di atas pasir pantai. Melihat senyum keduanya yang merekah saat anak perempuan itu berada di gendongan sang ayah. Apakah ini masa depan dari anaknya? Oh Ya Tuhan, Karina tidak boleh gagal! Dia ingin mewujudkan senyuman itu menjadi nyata. Demi Shanks dan demi anaknya.

Karina kembali membuka mata. Menfokuskan seluruh tenaganya untuk mendorong sang bayi keluar dari rahimnya. Wanita itu menyingkirkan rasa sakit luar biasa saat pundak sang bayi melewati lubang lahirnya, lalu beberapa detik kemudian rasa lega serta tangisan pun terjadi. Bayi itu menangis, berhasil keluar dengan selamat. Scarlett dengan sigap mengambil kain bersih untuk menyelimuti tubuh bayi tersebut dan memotong tali pusarnya.

Karina menatap langit-langit dengan mata yang berkaca-kaca. Dia berhasil. Rasa senang dan leganya mengalahkan rasa sakitnya. Scarlett membawa bayi tersebut kepadanya. Pelan-pelan Karina meraihnya, membawanya ke dadanya untuk dia susui. Tangis Karina akhirnya pecah. Dia seorang ibu sekarang. Bagaimana dia harus memberitahu kabar ini kepada Shanks?

“Dia perempuan. Sangat cantik sepertimu.”

Karina hanya terdiam, dia masih menangis seraya mengelus wajah bayi tersebut yang masih kotor oleh darahnya yang bewarna magenta dan mengecup kening si kecil dengan penuh perasaan.

Shanks, tebakanmu benar. Dia perempuan. Calypso sudah lahir.

Tuhan, terima kasih.

* * *

Perasaan Shanks benar-benar tidak enak. Dengan berat hati, dia kembali meninggalkan kru bajak lautnya dan pergi untuk menemui Karina. Entah apa yang akan dibicarakan oleh krunya tentang dirinya yang akhir-akhir ini sering kelayapan meninggalkan kapal. Hampir 5 hari perjalanannya menuju pulau Veela. Saat kakinya menginjakkan pesisir pantai. Beberapa peri jamur dan peri semak menyambutnya, mendorong kakinya untuk segera menuju pohon Beringin milik Karina.

“Percepat langkahmu, Manusia!”

“Kau harus segera bertemu Karina!”

“Dia pasti sudah menunggumu bersama bayinya!”

Deg!

Shanks tiba-tiba mematung. Para peri kerdil tersebut berdecak. Memukul-mukul kakinya karena respon manusia itu justru malah sebaliknya.

Apa tadi si kerdil ini bilang? Bersama bayinya?

“Ca—Calypso sudah lahir?”

Salah satu peri jamur bersedekap. “Benar! Karina melahirkannya seminggu yang lalu!”

Shanks segera berlari menuju pohon beringin. Dan kembali menghentikan langkahnya saat melihat pemandangan yang begitu indah. Karina terduduk di salah satu akar pohon yang menunggang, tengah menyusui seorang bayi yang berada di dekapannya. Rambut hitam panjangnya dia gulung menampilkan leher jenjangnya. Merasa ada sesuatu yang datang, wanita itu menoleh. Sedikit terbelalak kala melihat Shanks di sana.

“Shanks?”

Karina hendak melepas tautan sang bayi, namun dengan cepat ditahan oleh Shanks.

“Jangan. Tetap di sana.”

Pria itu mendekat. Meletakkan barang bawaannya dan duduk di dekatnya. Melihat bayi kecil tersebut yang terdiam menatap sang ayah dengan iris cokelat terangnya. Shanks tiba-tiba menitikkan air mata. Dia tidak sempat menemani Karina saat melahirkan, seharusnya dia datang lebih cepat. Rasa bersalah langsung menggerogotinya, pria itu memeluk Karina seraya mengecup keningnya. Berkali-kali dia mengucapkan kata maaf dan terima kasih. Wanita itu hanya tersenyum. Menyandarkan kepalanya pada dada pria itu dan menghirup aroma laut khas miliknya.

“Semuanya baik-baik saja?” tanya Karina.

Shanks hanya mengangguk, dan masih terus memeluknya. Sejenak dia melihat bayi yang berada di gendongan Karina. Dia sangat cantik seperti Karina. Sepertinya yang diwariskan olehnya hanya warna rambut yang bewarna merah gelap meskipun didominasi oleh hitam.

“Gendonglah, dia belum berkenalan dengan ayahnya.” Karina menggeser tubuhnya dan menyodorkan Calypso kepada Shanks.

Bayi itu merengek, saat menjauh dari pelukan ibunya. Shanks sedikit ragu, takut salah pegang hingga menyakitinya. Tapi Karina meyakinkannya kalau putri mereka akan baik-baik saja. Alhasil, Shanks dengan hati-hati menggendong bayi tersebut. Rengekan kecil dari bibir mungilnya menghilang. Kini mata cokelat terang itu menatap Shanks, tatapannya begitu dalam seakan-akan menghipnotis pria itu untuk luluh padanya. Shanks tersenyum, mengangkat sedikit bayi tersebut dan mengecup keningnya.

“Tebakanmu benar, dia perempuan.” Karina mengusap kening Shanks, merapihkan rambutnya yang menghalangi keningnya.

Shanks tersenyum, matanya tidak bisa beralih pada bayi manis di gendongannya. Dia masih tidak percaya dirinya sekarang adalah seorang ayah. Apa yang akan orang-orang di luar sana saat tahu dia si pria bebas ternyata memiliki keluarga kecil di suatu pulau yang tidak bisa dikunjungi oleh sembarang orang. Pria itu mencoba untuk menyentuh pipi lembut si bayi, senyum merekah di wajahnya. Membuat Shanks juga ikut tersenyum lebar.

“Ya ampun, aku sampai dicuekin begini.” Karina terkekeh dan mencubit kecil pipi Shanks. Pria itu ikut terkekeh dan menoleh ke arah Karina.

“Maaf, maaf. Dia sangat mirip sekali sepertimu.”

Karina tersenyum. “Dia rakus sepertimu juga, Shanks.”

Shanks tertawa. Tawanya berhasil membuat Calypso kaget dan berakhir menangis. Pria itu panik, langsung mencoba untuk menimangnya dan menenangkannya.

“Sshh, anak kecil, jangan menangis. Ayah tidak bermaksud mengangetkanmu.”

Calypso terdiam. Mungkin karena mendengar suara berat pria itu yang tidak pernah dia dengar sebelumnya. Shanks tersenyum saat bayi itu terdiam. Dia kembali meneliti wajah putri kecilnya itu. Dia tidak memiliki daun telinga yang meruncing. Fisiknya sama seperti manusia. Tapi tetap saja, wajah dan matanya benar-benar seperti ibunya yang jelas bukan seorang manusia.

* * *

Kata Karina bayi itu seperti manusia. Darahnya warna merah, daun telinganya tidak meruncing, tapi dia memiliki inang pohon, sama sepertinya. Shanks sudah melihat pohon kecil tersebut yang tumbuh di samping pohon raksasa milik Karina. Tapi wanita itu bilang, jika Calypso dan pohonnya tidak saling terikat. Dia tidak merasakan adanya benang cahaya yang mengikat anaknya dengan pohonnya itu.

“Jadi, mungkin suatu saat nanti kau bisa mengajak Calypso ikut bersamamu.”

Shanks yang sedang membantu Karina menjemur kain terkejut, sontak menoleh seraya mengernyit. “Ikut denganku?”

“Yah, suatu saat nanti. Aku tidak mau Calypso berdiam diri seperti katak dalam sumur. Tidak ada salahnya kan dia ikut bersama ayahnya untuk beberapa waktu. Mengenal dunia di luar sana.”

Mendengar tuturan wanita itu, Shanks jadi terdiam. Dia bahkan sudah berencana kalau Karina dan Calypso akan tetap berada di pulau Veela sampai waktu yang sangat panjang. Sebab pulau ini adalah rumah yang aman baginya. Mengingat lautan di luar sana sangatlah ganas. Tidak mungkin Shanks membawa putri kesayangannya ikut bersamanya ke Red Force.

“Tapi Karina, Calypso akan aman jika tetap berada di sini.”

Karina menaikkan salah satu alisnya. “Apa maksudmu? Calypso bukan sepenuhnya Nhymp. Dia bisa beradaptasi dengan manusia lainnya. Kau mau dia menetap di tempat ini tanpa mengenal duniamu seperti apa?”

“Karina, kau tahu aku ini seorang bajak laut! Aku diburu oleh dunia, tidak ada kata aman di lautan saat kau berada di bawah bendera bajak laut!”

“Tapi—”

Kalimat Karina terpotong saat mendengar suara tangis Calypso di keranjang bayi dekat kursi kayu. Wanita itu menaruh kembali kain yang belum sempat dia peras di keranjang. Meninggalkan Shanks dan membawa Calypso ke dalam pohon. Pria itu menghela napas, melanjutkan sisa pekerjaan Karina yang belum selesai. Dia menyesal telah menaikkan nada bicaranya tadi. Tapi ide wanita itu terdengar cukup gila. Tidak mungkin Shanks membawa Calypso bersamanya. Bukan berarti Shanks tidak suka atau tidak mau merasa terganggu, tapi itu sama saja membuat putrinya dalam bahaya. Apa yang akan terjadi jika angkatan laut dan pemerintah tahu dia memiliki anak, terlebih jika anaknya ini bukan manusia murni?

Shanks pun selesai dengan kain-kain basah tersebut, menaruh keranjang itu di kursi yang terbuat dari sulur akar melalui kekuatan magis Karina. Dia duduk di sana seraya menatap dahan pohon yang menjuntai sangat panjang. Tapi baru saja merilekskan tubuhnya, tiba-tiba dia merasakan pergerakan sesuatu yang aneh. Sontak Shanks meraih batok kelapa di meja dan mengaktifkan Haki senjata dan pengamat, lalu melempar benda itu ke sebuah semak-semak. Suara hantaman beda keras terdengar. Shanks segera menghampiri semak-semak tersebut dan mendapati sebuah tupai yang tergeletak kaku di tanah. Anehnya tupai itu tidak berdarah atau terluka, justru muncul beberapa helai kabel dan percikan api dari kepalanya. Pria itu meraih tupai tersebut dan menelitinya.

Tidak butuh waktu yang lama bagi Shanks untuk tahu itu bukanlah hewan. Itu adalah robot yang berfungsi untuk memata-matai seseorang. Sial seseorang mengetahui keberadaannya dan pulau ini. Tapi ... Siapa?!

* * *

A

/N

Selamat tahun 2024!

Makasih sudah mau baca dan meninggalkan jejaknya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top