07 | Great Promises

Malam itu, adalah waktu bulan purnama muncul di setiap 6 bulan sekali dalam setahun. Itu artinya adalah waktu di mana para Nymph maupun peri di pulau Veela dapat mengaktifkan kekuatan magis mereka secara maksimal.

Karina menarik napas dalam-dalam, dadanya naik turun, peluh membasahi seluruh tubuhnya. Rambutnya acak-acakan, matanya juga sayup setelah mengalami pelepasan berkali-kali. Shanks mengecup keningnya tanpa ada niatan untuk melepas penyatuan mereka. Cahaya bulan purnama merengsek masuk melalui celah langit-langit, menyinari ruangan yang sedikit remang-remang. Wajah Karina terlihat bercahaya akibat pancaran sinar bulan. Menambah kecantikannya meskipun Shanks sudah menggempurnya berkali-kali.

Shanks tidak sempat membawa pengaman dari kapal. Dia sudah berkali-kali keluar di dalam rahim wanita itu. Seharusnya makhluk seperti Nymph dan manusia tidak bisa saling membuahi. Begitu yang dikatakan oleh wanita penyihir yang dia temui di suatu pulau yang masih berada di kawasan East Blue. Dan itu terbukti, Karina tidak hamil, sedangkan di hubungan pertama mereka, Shanks mengeluarkannya di dalam. Tapi jika memang hal tersebut bisa terjadi, Shanks sama sekali tidak keberatan untuk menjadikan Karina sebagai ibu dari anaknya.

“Apa aku terlalu kasar?”

Dengan lembut Shanks bertanya, dia mengecup leher Karina dan mengubah posisi gadis itu untuk berbaring menghadap dirinya. Menjadikan dada bidangnya sebagai bantal. Karina hanya mengangguk lemas. Pria itu tadi sangat kasar. Dia tidak memberikan kesempatan baginya untuk sekedar bernapas, tubuhnya terasa remuk, sebab dia menggempurnya tanpa jeda.

“Maafkan aku, Sayang.”

Shanks mengecup keningnya. Karina hanya diam, dia terlalu lelah untuk berbicara. Alhasil mulai memejamkan matanya seraya seraya mendengar detak jantung milik Shanks yang berdegup dengan tenang. Setelah beberapa menit menenangkan napasnya, Karina sedikit menjauh dan menatap Shanks yang mengerutkan keningnya bingung.

“Ada apa?” tanyanya.

“Sekarang sedang terjadi bulan purnama.”

Pria itu hanya terdiam, menunggu kelanjutan darinya.

“Nymph dapat mengaktifkan kekuatan magisnya dengan sangat maksimal,” lanjutnya. Beberapa detik kemudian dia kembali melanjutkan. “Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu, Shanks.” Karina bangkit, mengubah posisinya menjadi duduk.

“Apa itu?” tanya Shanks. Pria itu juga kini ikut duduk, penyatuan mereka telah terpisah. Karina menarik selimut dan menutup setengah badannya dan juga Shanks.

“Sesuatu. Yang mungkin akan berguna untukmu.”

Shanks batal bertanya saat Karina memegang wajahnya dengan kedua tangannya. Wanita itu mencium bibirnya sekilas hingga tak lama dia melepas sebuah cahaya bewarna biru terang keluar dari dalam mulutnya, merangsek masuk ke dalam mulut Shanks. Lalu dengan mudah cahaya itu bergerak ke dalam tenggorokan dan tertanam dalam tubuhnya. Shanks tentu terkejut, tapi Karina menatapnya dengan tatapan lembut.

“Kau tahu? Umurku sama seperti pohon ini.”

“...”

“Usiaku sudah seratus tahun lebih. Aku awet muda dan memiliki umur yang sangat panjang.” Karina melepas kedua tangannya, dan kini menggenggam kedua tangan Shanks. “Maaf aku baru memberi tahumu. Aku memberikan setengah sisa usiaku padamu. Aku tahu, manusia memiliki umur yang pendek, tapi aku tidak mau berpisah begitu cepat denganmu. Aku ... Aku sangat mencintaimu dan tidak ingin berpisah.”

Shanks tidak tahu harus mengatakan apa. Kejadian barusan sangat sulit untuk dimengerti. Tapi saat melihat ekspresi wajah Karina yang begitu sedih, membuatnya refleks menariknya dalam pelukannya.

“Kau tidak perlu memberikan usiamu padaku, Karina. Aku akan selalu kembali padamu,” ucap Shanks seraya mengelus punggung halus tersebut. “Jika aku bisa memilih, aku ingin mati dan dikubur di samping pohonmu.”

Karina menggeleng. “Jika kau mati, ada kemungkinan aku juga mati.”

“Kita tidak tahu kematian akan datang kapan, Karina. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah hidup tanpa penyesalan.” Shanks mengecup keningnya.

“Hidup tanpa penyesalan?”

Pria itu mengangguk. “Awalnya aku selalu mengalami perang batin, memutuskan apakah aku pantas untuk kembali menemuimu atau tidak. Tapi jika aku tidak kembali menemuimu, maka aku akan selamanya hidup dalam penyesalan. Jadi, Karina, maukah kau menjadi tempat aku berpulang?”

Karina terkejut, dia melepas pelukannya dan mendongak menatap Shanks. Rumah? Pria itu menganggapnya rumahnya? Wanita itu tersenyum lembut, dia tidak percaya, pria yang hidup begitu bebas di luar sana menjadikannya sebagai rumah? Tentu saja Karina senang. Dia akan bersedia dan selalu bersedia untuk menjadi rumahnya. Tempat pria itu bisa berpulang.

“Tentu saja, Shanks.”

* * *

Siang itu, mereka berdua berbaring di rerumputan yang membentang luas di mana di atas tempat mereka berada terdapat sebuah pohon rindang menghalangi terik matahari. Karina bilang ini salah spot favoritnya selain di pinggir sungai untuk melihat isi buku pemberiannya atau hanya untuk sekedar tidur siang.

“Kau belum menceritakan tentang tragedi yang membuat matamu terluka. Aku masih belum terima dibuat khawatir selama sebulan karena kau sekarat, Shanks!”

Karina tengkurap, mengelus rambut merah Shanks yang menutupi sebagian wajahnya. Pria itu yang memejamkan matanya, mulai mengerutkan keningnya seakan-akan wanita itu mengganggu tidur siangnya. Karina mencurutkan bibirnya dan mencubit pipi pria itu dengan gemas. “Tidak udah berpura-pura! Aku tahu kau tidak tidur!”

“Dahahaha! Baiklah, baiklah.”

Shanks mengubah posisinya menjadi duduk, diikuti oleh Karina. Wanita itu sudah mengambil posisi di hadapannya. Duduk bersila dan menatap Shanks dengan tatapan yang berbinar.

“Aku diserang oleh antek-antek bajak laut. Bajak laut Shirohige. Salah satu dari 4 kaisar laut sepertiku. Mereka datang dan menyerang kapal saat kapal kehabisan amunisi setelah kami berhasil mengalahkan kapal pemerintah untuk mengambil sebuah harta karun.”

Merasa tahu apa yang akan ditanyakan oleh Karina, cepat-cepat Shanks segera menjelaskan. “Harta karun itu bermacam-macam, sayangku. Biasanya berisi benda berharga yang tersimpan di dalam peti yang terbuat dari kayu. Isinya bisa berupa emas, perhiasan, uang, dan juga bisa berisi buah iblis.”

“Buah iblis?”

“Buah yang bisa memberikanmu kekuatan. Namun kau akan ditolak oleh laut sehingga tidak bisa berenang dan tubuhmu akan lemas apabila tenggelam dalam lautan.”

“Apakah itu permanen?”

“Cukup hanya satu gigitan saja, kau sudah bisa mendapatkan kekuatan dari buah tersebut, dan itu bersifat permanen hingga sang penggunanya mati.”

“Kau bukan pemakan buah iblis kan?” tanyanya.

Shanks tertawa. “Aku tidak sudi kehilangan kemampuan berenangku, Karina.”

“Oh begitu. Lalu kenapa kau mengambil buah iblis dari pemerintah kalau kau tidak mau memakannya?”

“Yeah, kau benar. Aku punya rencana besar.” Shanks menatap Karina lekat-lekat. Menjelaskan mengenai rencana tersebut, beberapa ada yang tidak dia mengerti, namum secara garis besar dia paham apa yang pria itu jelaskan

“Artinya buah itu masih kau simpan di Red Force?”

“Benar.”

“Siapa nama salah satu orang yang menyerangmu itu? Kau kenal?”

“Marshall D. Teach. Aku bersumpah akan membalas tingkah konyolnya! Aku sama sekali tidak keberatan memiliki luka selama luka tersebut kudapat dengan cara terhormat!”

“Tidak, Shanks! Kau tidak boleh terluka lagi!” Karina membantah. Pria ini ternyata gemar sekali mengumpulkan bekas luka. Sudah terlalu banyak bekas luka di sekujur tubuhnya. Jangan ditambah lagi!

“Hahaha, baiklah. Maafkan aku ya, nona cantik.”

Shanks mengelus kepalanya lembut. Lalu kemudian dia teringat sesuatu. Alhasil dia merogoh sakunya dan mengambil sebuah kotak beludru yang di dalamnya terdapat sepasang cincin yang terbuat dari batu akik bewarna biru terang. Karina memiringkan kepalanya, menatap benda tersebut penasaran.

“Apa itu, Shanks?” tanyanya.

“Beberapa manusia akan mengajak pasangannya untuk menikah. Aku tidak mungkin membawamu keluar atau mengajak pendeta ke mari. Tapi aku yakin jiwa kita saling terhubung, jadi aku memberikan cincin ini.” Shanks membuka kotak kecil tersebut, memperlihatkan sepasang cincin bewarna biru langit yang bercahaya akibat pancaran sinar matahari yang merangsek dari sela-sela dahan pohon. “Cincin ini adalah simbol jika kita saling memiliki. Kita akan selalu terkoneksi satu sama lain meskipun terdapat jarak yang memisahkan.”

Shanks mengambil cincin miliknya dan memakaikannya di jari manis tangan kirinya. Setelahnya dia meraih tangan kiri Karina dan memakaikan cincin satunya lagi di jari manisnya. Cincinnya menjadi semakin bercahaya saat wanita itu kenakan.

Karina terperangah seraya menatap jari manisnya. Semburat merah di pipinya tiba-tiba muncul, jantungnya berdegup kencang. Oh, Ya Tuhan. Jangan salahkan Karina jika dia semakin mencintai manusia berambut merah ini. Wanita itu tanpa aba-aba memeluk Shanks, melingkar tangannya di leher pria itu dan mencari kenyamanan di ceruk lehernya. Dia bergumam sesuatu.

“Terima kasih, Shanks. Aku menyukainya.”

Shanks mengecup kepala Karina, kemudian membawa gadis itu pada ciuman lembut di bibir. Tadinya kejadian itu begitu romantis, hingga tiba-tiba sebuah suara memanggil Karina. Mengganggu keromantisan mereka. Baik Karina maupun Shanks menoleh ke asal suara. Mendapati beberapa orang berpenampilan seperti Karina berdiri tak jauh dari mereka. Firasat Shanks semakin tidak enak kala muncul segerombolan hewan, peri-peri berbentuk aneh dan terakhir sosok wanita dengan gaun serba hitam serta sayap besar sekelam malam yang berada di balik punggungnya. Shanks tahu, makhluk seperti Karina memiliki sayap yang apabila dibutuhkan akan muncul dari kulit punggungnya.

“Oread.”

Tubuh Karina bergetar, wanita itu menggenggam tangan Shanks erat-erat. Dia tidak bisa berkutik saat wanita yang dia sebut ‘Oread’ itu menatapnya tajam dan berjalan mendekatinya.

“Lancang sekali kau membiarkan seorang manusia menginjakkan kaki di pulau ini! Apa yang kau pikirkan, Karina?!” ucap Nymph hitam tersebut. Dia menatap Shanks galak dan berakhir menatap Karina dengan penuh tuntutan.

“Tunggu! A—aku bisa jelaskan! Shanks tidak berbahaya—AHHKK!”

Belum sempat Karina menyelesaikan kalimatnya, tubuhnya sudah lebih dulu terlempar begitu jauh dan tersungkur di tengah rerumputan. Shanks terkejut, pria itu segera berlari menghampiri Karina, namun sulur akar menarik dan menahan kaki dan tangannya dengan kuat. Shanks mencoba untuk mengaktifkan Hakinya, namun dia batal kala yang dia hadapi sekarang adalah salah dari 3 tetua Nyhmp yang bersarang di daerah pegunungan. Shanks tidak boleh melukai mereka, atau hal yang buruk akan terjadi pada wanitanya maupun dirinya. Karina mencoba untuk bangkit, saat mengetahui Shanks diseret dan dibawa oleh Oread.

“Shanks!”

* * *

Sudah lebih dari ratusan tahun yang lalu kali terakhir seorang manusia diadili di dalam perut gunung. Manusia itu dihukum dengan dibakar hidup-hidup oleh magma gunung tersebut dan dipertontonkan oleh seluruh penghuni pulau. Kurang lebih, seperti itu yang dibayangkan oleh para penghuni pulau Veela yang menonton seorang manusia yang berdiri di tengah-tengah tebing dengan tubuh yang ditahan bebatuan. Mereka menerka-nerka, apa yang telah manusia itu lakukan, mengingat tidak ada kerusakan atau kematian yang terjadi di pulau ini.

“Dahulu kala, seorang pelaut datang menginjakkan kaki di pulau Veela. Mereka membawa kapal yang begitu besar serta awak kapal yang sangat banyak. Mereka berlabuh dan mengisi persediaan makanan dengan air dari mata air di sungai serta buah-buahan dari dalam hutan. Keberadaan mereka disambut baik oleh para Nhymp dan peri-peri. Mereka pun tertarik dan penasaran seperti apa manusia itu. Hingga akhirnya sang kapten dari kapal itu terpikat oleh semua keindahan alam yang dimiliki oleh pulau Veela, termasuk seorang Nhymp hutan yang begitu rupawan. Dia berkali-kali mengajak Nhymp tersebut untuk ikut dengannya, namun hanya penolakan yang dia dapat. Hingga suatu malam sebelum mereka akhirnya berangkat, sang kapten mengambil kapak dan menebang pohon milik Nhymp tersebut dan menarik paksa gadis tersebut untuk naik ke kapalnya. Tapi belum sampai kakinya melangkah di atas pasir, tubuh sang Nhymp melemah, dia ambruk di atas tanah dan perlahan tubuhnya memudar menjadi abu. Kami tidak terima anak kami tewas di tangan manusia yang serakah. Menghukum mereka semua dan membakarnya hidup-hidup. Tidak ada satupun yang selamat. Sejak saat itu, kami menutup diri. Menolak eksistensi manusia dan hidup damai menjaga alam.”

Shanks terdiam. Dia menatap Nhymp hitam tersebut yang menceritakan tentang sejarah kelam antara pulau Veela dan manusia. Shanks tahu itu. Dia sudah mendengarnya dari wanita penyihir yang pernah dia temui. Tapi pria itu bersumpah, dia tidak seperti manusia bodoh tersebut. Dia tidak berniat untuk mengambil Karina dari pulau ini. Dia datang hanya ingin bertemu Karina, melepas rindunya sebab dia wanita satu-satunya yang dia cintai? Apakah itu sangat egois?

“Ratusan tahun berlalu, dan kau datang. Kau dan kaummu tidak diterima di pulau ini!”

Shanks mencoba untuk menghela napas. Dia tidak gentar. Dia justru khawatir apa yang terjadi dengan Karina, dia tidak melihatnya di sekitar.

“Di mana Karina? Dia baik-baik saja?” tanya Shanks.

Semua terkejut. Bahkan Oread menaikkan salah satu alisnya. Terheran kenapa di antara banyaknya kalimat yang bisa dia keluarkan, pria itu justru bertanya tentang Nhymp bodoh penghuni hutan di pinggiran pulau.

“Kau tadi melemparnya hingga tidak bisa berkutik. Dia bagian dari kalian, bukan? Setidaknya beritahu aku kalau dia tidak kenapa-kenapa!”

“Karina akan baik-baik saja, selama kau tidak menyentuhnya!”

Shanks tersenyum sinis. Tidak ada raut takut di wajahnya, justru entah bagaimana beberapa Nhymp dari seluruh kalangan yang menonton mereka justru merinding.

“Tidak. Kau tidak bisa memisahkan ku dengannya. Tidak ada yang bisa.”

Oread menatapnya nyalang. kilat kebencian muncul di kedua bola matanya. Dia berjalan mendekat seraya mengacungkan kuku tajamnya hendak melukai pria tersebut. “Beraninya kau!”

SRIING!

Sebelum kuku cakar itu mengenainya, Shanks lebih dulu melepas aura Haki raja miliknya. Tidak besar, hanya diarahkan ke pada Oread agar berhenti di tempat dan ambruk seketika. Shanks awalnya tidak percaya bisa menumbangkan Nhymp tersebut yang sepertinya lebih kuat dibandingkan Karina maupun yang lainnya. Semua pasang mata terkejut. Shanks melepaskan bebatuan padat yang mengekang kedua tangannya menggunakan Haki senjata. Dia terlepas begitu mudah. Kini situasi berubah drastis. Tidak ada yang berani bersuara. Semua Nhymp melayangkan tatapan takut, takjub dan waspada pada manusia tersebut. Hingga akhirnya terdengar suara yang sangat familiar di telinga Shanks.

“Shanks!!”

Wanita itu terbang menghampirinya, menyebrangi lautan magma dengan sepasang sayap kaca berukuran besar. Shanks sudah pernah melihatnya, dan dia menyukai sayapnya yang terkadang suka memantulkan warna pelangi. Gadis itu mendarat dan memeluk pria itu, Shanks mengelus belakang kepalanya dengan lembut, lalu mengecup keningnya. Memperlihatkan kepada semua orang betapa sayang dan cintanya Shanks dengan Nhymp pohon tersebut.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Shanks.

Dari wajah Karina, Shanks yakin gadis itu sehabis menangis. Matanya terlihat sengat sembab. Pria itu kembali mengecup keningnya. “Jangan menangis. Ini hanya sebuah gertakan kecil bagiku.”

Setelah Shanks mengatakannya, dia kembali memancarkan Haki rajanya dan menyerang seluruh orang di sekitar mereka kecuali 2 orang yang sedari tadi duduk mengamati di atas tebing yang lebih tinggi. Dalam sekejap semua orang tumbang tak sadarkan diri. Serangan Haki penakluknya itu berhasil membuat orang yang dituju merasakan getaran aneh seperti kejutan listrik dan rasa takut yang begitu mendalam. Di lautan Shanks dikenal sebagai pengguna Haki tingkat dewa, mewariskan kemampuan kaptennya terdahulu sehingga ditakuti oleh kekuatan besar seperti angkatan laut dan pemerintah.

Karina terkejut saat dia merasakan kekuatan magis milik pria tersebut. Tapi dia tidak terkena efeknya, justru orang-orang di sekitarnya lah yang terkena telak. Shanks melepas pelukannya.

“Jangan takut. Aku hanya ingin berbicara dengan tetuamu itu.”

“Tapi Shanks—”

“Aku bukan pria pecundang, Karina. Aku tidak mau diam-diam lagi saat bertemu denganmu.”

“...”

“Tolong bantu antar aku mendekati tempat mereka.”

Karina menatap wajah Shanks yang sama sekali tidak terlihat ada keraguan di dalamnya. Butuh beberapa detik bagi Karina untuk luluh dan menggenggam tangan Shanks lalu mengangkatnya terbang menuju tebing tempat para 2 Oread tersisa tengah duduk mengamati sekitar. Sesampainya di sana, Shanks membetulkan topinya sejenak, dan mengeratkan genggamannya pada tangan Karina.

“Maaf atas sikapku yang sedikit mengancam. Aku dan Karina terpaksa  merahasiakan hubungan ini karena kami tahu sejarah kelam yang dimiliki oleh pulau Veela. Tapi aku bisa bersumpah, jika aku tidak seperti manusia yang diceritakan oleh sejarah tersebut.” Shanks menoleh sejenak ke arah Karina. Wajahnya sudah tegang, takut hal yang tidak diinginkan akan terjadi. “Aku hanya manusia biasa, yang tidak sengaja datang karena terbawa arus laut. Lalu, Karina menolongku. Saat itulah aku tidak bisa menahannya. Aku jatuh cinta dengan seorang Nhymp penunggu pohon bringin di pinggir sungai. Kami saling jatuh cinta. Aku ingin sekali membawanya, berlayar bersama untuk mengelilingi dunia yang bebas di luar sana.”

Dua Oread tersebut menatap nyalang ke arahnya saat kalimat terakhir terlontar olehnya. Tapi cepat-cepat Shanks melanjutkan kalimatnya.

“Tapi aku tahu itu mustahil. Karina terlalu indah untuk kubawa. Karina terlalu rapuh untuk bisa bertahan di ganasnya dunia manusia. Aku ingin mencintainya tanpa menyakiti dan tanpa ada rasa egois. Jadi, aku membiarkannya menetap di tempat yang seharusnya. Aku akan datang kembali untuk menemuinya dan menceritakan semua kisah petualanganku di luar sana. Aku sudah merasa cukup. Aku sudah merasa cukup untuk menjadikan Karina sebagai wanita yang kucintai sekaligus rumah tempat aku berpulang. Jadi, kumohon izinkan aku untuk terus menemuinya.” Shanks membungkukkan tubuhnya. Diikuti oleh Karina di sampingnya.

“Bagaimana jika kehadiranmu justru membawa manusia lain untuk datang dan mengacaukan pulau Veela?”

“Aku tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi. Yang mengetahui lokasi pasti pulau ini hanya aku seorang. Aku datang ke sini seorang diri dan pulang seorang diri. Jika ada yang datang, aku bersumpah akan melindungi pulau ini dengan seluruh jiwaku.”

Karina terkejut, dia menoleh menatap Shanks yang tengah menatap dua Oread dengan tatapan yang tegas tanpa keraguan.

“Pulau ini ... Akan berada di bawah perlindunganku. Tidak akan ada manusia egois di luar sana yang datang, tahu atau penasaran tentang pulau ini!”

* * *

A/N:

Vote atau komen kek, elah! Wkwk. Seenggaknya gue tau ada yang baca gitu loh.

Tapi kalo gak mau juga gapapa sih. Gak maksa. Happy weekend.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top