05 | Permission
* * *
Sudah hampir 4 hari Shanks berada di pulau Veela. Selama 4 hari itu juga, Karina benar-benar bahagia. Mereka menghabiskan waktu bersama, menceritakan diri masing-masing dan mengelilingi wilayah di sekitar pohon bringin untuk melihat tanaman eksotis yang tidak pernah Shanks lihat di tempat manapun. Karina adalah seorang Nymph, dia memiliki ilmu magis yang dapat memanipulasi elemen yang ada di alam. Tanah, tanaman, air, angin, cahaya dan api. Tapi ada satu hal yang harus Shanks ingat, wanitanya itu seorang vegetarian dan paling anti yang namanya perak. Karina tidak sengaja menyentuh pedangnya, dan tangannya tiba-tiba terluka. Seperti luka bakar. Dari saja Shanks paham kalau kelemahan Nymph selain makanan hewani dan terpisah dari pohonnya, dia juga lemah terhadap perak.
Shanks sangat suka melihatnya kala kunang-kunang mengelilinginya di malam hari. Tapi Shanks lebih suka saat melihat Karina tak berdaya di bawahnya seraya mendesahkan namanya berkali-kali. Jujur, Shanks masih ingin berlama-lama lagi. Tapi dia sadar, dia memiliki tanggung jawab besar di luar sana. Dia tidak mungkin membawa Karina, melihat dirinya begitu bergantungan dengan pohon besar yang sudah seperti inangnya itu. Membawanya, sama saja seperti membunuhnya.
Shanks berpikir, apakah dia harus mencabut pohon raksasa itu dan membawanya agar Karina bisa ikut bersamanya? Tapi tentu saja tidak mungkin. Siapa orang yang bisa mencabut akar besar tersebut yang telah menjalar puluhan meter di sekitarnya? Bahkan sepertinya para kaum Elbaf* pun belum tentu bisa melakukannya.
“Shanks.”
Panggilan Karina berhasil membuyarkan lamunannya. Gadis itu duduk di sampingnya dan memeluknya. Memposisikan dirinya di samping dadanya.
“Kau harus segera pergi sebelum matahari naik.”
Shanks menghela napas berat. Dia memeluk gadis itu yang sekarang sudah menjadi wanitanya. Mengecup pucuk kepalanya dan menyesap aroma kayu dan buah persik yang saling bercampur. “Kau sedih?” tanya Shanks.
“Sedikit ... Tapi aku mengerti. Kau memiliki tanggung jawab di sana, Shanks.”
Pria itu terdiam. Wanita itu paham dan tidak bersikap egois seperti wanita-wanita lainnya yang pernah dia temui. Seharusnya Shanks juga tidak boleh bersikap egois untuk mencari cara agar kekasihnya ini bisa ikut bersamanya. Raganya ini milik alam dan akan selalu menjadi milik alam. Karina seperti bunga di taman. Lebih indah jika dibiarkan hidup di tanah dibandingkan dicabut dan ditaruh di vas bunga.
“Jaga dirimu baik-baik. Aku akan kembali meskipun butuh waktu yang lama.”
Karina mengangguk. Lalu setelahnya mereka pun bergegas ke pesisir. Karina telah menyiapkan beberapa buah untuk bekal perjalanan serta dua kendi berisi air minum. Karina sudah diberitahu jika perjalan untuk kembali ke kapal layarnya memakan waktu berhari-hari. Membayangkannya saja dia sudah ngeri. Mengarungi lautan berhari-hari, menerjang badai dan ombak dengan hanya menggunakan perahu kecil, itu terdengar sangat mengerikan. Shanks mengelus kepala Karina. Memberikan tatapan seakan-akan mengatakan bahwa dirinya akan baik-baik saja.
“Aku akan kembali, Karina. Tersenyumlah.”
Shanks menariknya ke dalam pelukannya. Karina berusaha untuk tidak menangis, dan melingkarkan tangannya di punggungnya. “Hati-hati, Shanks.”
“Tenanglah, sayang. Aku ini sangat kuat.”
Karina tersenyum dan mengangguk. Dia percaya, prianya ini adalah manusia yang kuat. Dia pernah dilumpuhkan hingga tidak bisa berkutik tanpa disentuh. Dia jadi penasaran bagaimana pria itu beraksi di lautan seperti yang pernah dia ceritakan kemarin-kemarin.
Lalu Shanks pun naik ke perahu. Menyalakan mesin kincir dan bergerak meninggalkan bibir pantai. Meninggalkan wanitanya yang masih berdiri melambaikan tangannya. Bahkan dari jarak kejauhan saja, dia sangat cantik. Kali ini Shanks tidak memunggunginya, dia terus menghadap pulau itu yang semakin menjauh. Di dalam hati, dia berjanji. Jika memang dia tidak bisa membawa Karina, maka dia harus bisa menjaga pulau ini dari sentuhan manusia yang tidak bertanggung jawab. Tidak boleh ada manusia yang tahu, atau eksistensi Karina dan para Nhymp lainnya akan terancam.
Pulau Veela pun menghilang setelah Shanks keluar dari pembatas tak terlihat. Kini hanya ada lautan yang membentang. Shanks tersenyum getir, dia harus berpisah lagi dengan Karina.
* * *
3 bulan telah berlalu.
Shanks sudah kembali pada rutinitasnya. Banyak sekali pertanyaan yang ingin sekali teman-temannya katakan. Apa yang kapten mereka lakukan hingga tiba-tiba pergi dengan mendadak malam itu? Lalu kembali 2 minggu kemudian dengan wajah yang sangat segar dan senang. Benn kurang lebih paham, tapi tetap saja si wakil kapten itu penasaran siapa orang yang berhasil membuat Shanks jauh-jauh pergi seorang diri ke tempat yang bahkan tidak tahu berada di mana.
Shanks hanya tertawa kala teman-temannya kompak bertanya. Dia tidak menjawab apa-apa dan membiarkan teman-temannya hanya menebak-nebak.
“Mungkin Bos bertemu dengan kekasihnya.” Begitu celetuk Roo. Pada suatu hari saat bajak laut Akagami mengunjungi suatu pulau dan mereka datang ke sebuah bar di dekat dermaga. Tapi Shanks dan Benn tidak ikut. Mereka sedang ke kota untuk membeli sesuatu.
“Seorang seperti Bos mana mungkin tertarik pada satu wanita. Dia hanya mencintai laut dan kebebasan!”
“Kau benar juga. Kehidupan pribadinya memang benar-benar misterius. Tapi jika yang dikatakan Roo itu benar, kira-kira seperti apa rupa wanita itu? Hingga bisa membuat Bos meninggalkan krunya sejenak.”
“Entahlah.”
Di sisi lain, Shanks bersama Benn mengunjungi sebuah toko yang menjual barang-barang kuno. Benn sebenarnya kurang paham kenapa kaptennya ini memintanya untuk ikut mencari suatu informasi tentang makhluk mitologi. Apalagi saat Shanks dengan percaya diri masuk ke dalam toko tersebut dan melihat-lihat barang-barang serta jejeran buku yang tidak Benn pahami.
“Hey, kau serius?”
Shanks berdecak. Masih sibuk mencari judul buku. “Aku sedang tidak mabuk. Jadi berhenti bertanya dan cari saja buku tentang makhluk mitologi atau semacamnya!”
Benn mengernyit, sekarang dia makin bingung. Apakah kaptennya ini tengah terobsesi pada mahkluk mitologi? Tapi kenapa? Sangat tiba-tiba sekali.
Shanks memilih untuk tidak memperdulikan Benn. Dia mengajak Benn sebab hanya dia yang tahu kurang lebih alasan kenapa dia pergi selama 2 minggu waktu itu. Meskipun pria itu tidak memberitahu secara jelas siapa dan apa orang yang dia temui. Sekalipun Benn adalah orang yang dia percayai, Shanks tidak bisa memberitahunya dengan gamblang. Tapi dia harus berpikir 5 kali lebih maju untuk keselamatan Karina beserta pulaunya. Dia punya firasat buruk, dan kemungkinan Shanks tidak bisa bertindak sendirian. Minimal, dia butuh Benn di sisinya. Shanks tahu, wakil kaptennya itu tidak suka membeberkan rahasia seseorang.
Pria bertopi jerami itu terdiam sejenak saat melihat sebuah miniatur seorang gadis bergaun putih dengan rambut hitam panjang serta cuping telinga yang meruncing di ujungnya. Di kaki dan tangannya terdapat tanda seperti sulur akar bewarna emas. Miniatur itu mengingatkannya dengan Karina. Di saat wanita itu menggunakan kekuatan magisnya, tanda itu muncul dan terlihat indah di kulit pucatnya. Ah, sial! Shanks jadi merindukannya.
“Kau suka miniatur itu?”
Shanks terkejut. Beruntung tidak sampai menjatuhkan benda yang ada di tangannya. Ada seorang wanita berpakaian gotik dengan rambut ungu gelap serta bibir yang dipoles lipstik bewarna senada dengan rambutnya. Matanya terlihat seram dengan olesan eyeshadow gelap yang malah jutsru membuatnya terlihat seperti bukan penjaga toko, tapi hantu yang bergentayangan.
“Ya. Ini ...”
“Itu seorang Nymph. Salah satu makhluk mitologi, berupa peri roh penunggu alam berwujud wanita cantik.”
Benn meneliti miniatur tersebut. “Mitologi? Itu artinya mereka tidak nyata?”
Shanks terdiam. Dia juga menatap benda itu dan kembali mengingat Karina. Karina nyata, dia jelas melihat dan merasakan keberadaannya di pulau Vella. Wanita itu sedang apa? Apa dia kembali menangis dan menunggu kedatangannya?
“Tidak juga.” Wanita gotik itu terkekeh. “Ada catatan kuno yang mengatakan bahwa mereka ada di dunia ini. Dia tinggal di suatu tempat. Jumlah mereka memang sangat sedikit tapi tidak bisa dikatakan jika mereka tidak ada atau tidak nyata.”
“Jadi mereka nyata?” tanya Benn. Entah kenapa di sini malah pria itu yang terlihat tertarik dengan topik tersebut.
Shanks berdeham. “Kau tahu banyak soal mereka?” tanyanya.
Wanita gotik itu tersenyum miring. “Sepertinya ada seseorang yang ingin mengenal lebih tentang pujaan hatinya.”
Shanks mengepalkan tangannya. Ini sudah 2 orang. Kenapa mereka bisa menebaknya dengan telak. “Jangan asal tebak.” Pria bertopi jerami itu menatap wanita tersebut dengan datar.
“Yeah, jangan salahkan aku. Aku ini mempelajari sedikit ilmu sihir. Dan aku bisa merasakannya.”
Merasakan? Merasakan apa?
“Jiwamu itu berbeda dari kebanyakan manusia yang aku lihat. Jiwamu terikat olehnya.”
Oleh Karina? Tapi dia tidak melakukan ritual aneh apapun dengannya.
“Biar kutebak. Kau kawin dengannya, bukan?”
Benn tersedak. Sedangkan Shanks melengos. Memangnya bercinta adalah sebuah ritual sakral? Para orang-orang suci di dunia ini saja memiliki budak sexnya sendiri. Lagipula, Shanks bercinta dengan Karina karena dia ingin menyalurkan rasa cintanya yang tidak bisa terbendung. Kami sama-sama mau, tidak ada unsur keterpaksaan!
Ting!
Suara lonceng pintu terdengar. Semua kepala di toko itu menoleh ke arah pintu.
“Maaf. Kami tutup!”
Wanita gotik itu langsung mengambil langkah. Dia meminta para pengunjung tersebut untuk keluar dan menutup pintu serta membalikkan papan 'Open' menjadi 'Closed'. Tak lupa dia menutup semua tirai jendela sehingga seluruh ruangan sangat gelap. Tak lama kemudian lilin-lilin yang berjejer di ruangan menyala, api tiba-tiba muncul dan ruangan itu kembali terang. Sekarang Shanks paham, wanita itu benar-benar seorang penyihir.
“Jadi, silahkan duduk. Aku akan menceritakan sebuah kisah yang telah dirahasiakan selama ratusan tahun ke belakang.”
* * *
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top