Part 9 - Memanfaatkan
Dari kejauhan, Keiko menatap Ken yang sedang duduk sendirian di perpustakaan saat jam makan siang. Keiko menatap Ken yang sedang duduk dari balik jendela. Gadis itu sendiri selesai mengembalikan buku yang dia pinjam.
Keiko merasa Ken sedikit berbeda akhir-akhir ini. Cowok itu biasanya hampir tidak pernah absen setor wajah sebentar di depannya. Entah tiba-tiba duduk di dekatnya, menyodorkan minuman, tiba-tiba menarik rambutnya saat mereka berpapasan, atau secara cepat memberikannya kotak bekal seperti yang dia lakukan beberapa hari lalu.
Keduanya tidak pernah mengobrol lama di sekolah, setelah Keiko marah besar ke cowok itu. Gara-gara Ken menghampirinya di kelas dan duduk di kursi di sampingnya saat jam istirahat, Keiko mendapat masalah dengan cewek-cewek pengagum Ken. Salah satunya tentu saja Jennie. Keiko jadi merasa jadi target bullying selanjutnya.
Sejak saat itu, Keiko menjaga jarak aman dari Ken dan menegaskan pada cowok itu untuk berhenti bersikap sok akrab dengannya. Karena itulah, Ken tidak pernah lagi benar-benar mengobrol lama. Tapi, Ken dipastikan hampir selalu mencari cara untuk melihatnya, meskipun hanya dua atau tiga detik.
Namun akhir-akhir ini, Ken hampir terlihat tidak tertarik padanya. Tapi, dia jadi lebih rajin mengirimnya pesan di malam hari. Apa dia menyayangkan hal ini? Padahal sebelumnya dialah yang "lari" dari Ken. Sekarang saat Ken sepertinya mengabulkan kata-katanya, Keiko yang jadi selalu mencari cara untuk melihat Ken.
'Apa Ken ada masalah? Ataukah, aku yang bermasalah?' batin Keiko.
Keiko menegang saat Ken tiba-tiba menoleh dan menatap ke arahnya. Astaga, memalukan sekali kalau Ken sampai tahu dia diam-diam sedang menatapnya. Yang terjadi selanjutnya, kembali membuat Keiko heran. Ken hanya tersenyum singkat, kemudian kembali membaca bukunya.
Lihat, kan? Ken biasanya tidak seperti ini. Lebih mungkin, Ken akan mengerling nakal ke arahnya kalau tahu Keiko diam-diam memerhatikannya. Dan, apa itu? Komik? Keiko tidak tahu Ken suka membaca komik sekarang. Keiko ingat betul Ken pernah bilang padanya, "Aku tidak suka membaca komik. Aku selalu bingung harus membaca bagian sebelah mana dulu."
Keiko tidak bisa menahan diri lagi. Dengan memantapkan hatinya, Keiko berjalan kembali masuk ke perpustakaan dan bertekad menghampiri Ken. Dia tidak peduli lagi kalau dia kembali dilabrak cewek-cewek pengagum Ken.
*
'Enak sekali sekolah,' batin Jihan sambil tersenyum. Saat ini di tangannya terbuka komik Doraemon. Dia tidak menyangka di perpustakaan sekolah tersedia koleksi komik yang cukup lengkap. Di sekolahnya dulu, boro-boro ada komik, buku dengan cerita saja tidak ada.
Saat pertama kali datang tadi, perpustakaan masih sepi. Namun, sejak dia duduk di sini, banyak sekali anak cewek yang ikutan duduk mengelilingi meja panjang besar di depannya. Sepertinya anaknya cukup populer. Sebagai sesama perempuan, Jihan tahu betul bagaimana cewek-cewek ini berusaha mencuri pandang ke arahnya.
"Ken."
Jihan mendongak dan melihat Keiko sedang berdiri di depannya. Kini, semua yang duduk di sampingnya menatap keduanya tanpa sembunyi-sembunyi.
"Keiko," balas Jihan sambil tersenyum.
"Kamu baca apa?" tanya Keiko dengan datar.
"Ini," jawab Jihan santai sambil mengangkat komik Doraemon yang dia baca.
"Sekarang kamu suka komik?" tanya Keiko lagi.
Jihan mengernyitkan dahinya. Dia tidak mengerti kenapa Keiko seakan sedang bertanya dan mengetes di saat yang bersamaan. "Hum," gumam Jihan sambil mengangguk.
"Apa ada masalah?" Jihan bertanya balik.
"Tidak, tidak apa-apa," jawab Keiko. Sebelum berbalik, Keiko kembali berkata,"Oiya Ken. Jangan lupa besok kembalikan buku catatan yang kamu pinjam."
"Buku catatan? Ya, baiklah," jawab Jihan mantap.
Keiko membuka mulutnya, seakan ingin mengatakan sesuatu. Namun, gadis itu mengurungkan niatnya dan hanya diam sebelum akhirnya berbalik dan pergi dari hadapannya.
*
Ken membaca dengan seksama skema dan bujet yang sudah dibuat Jihan. Hari ini dia harus kembali meeting dengan Pak Bima. Kali ini Ken akan didampingi Orlin, salah satu staff planner di bawah Jihan. Ken cukup kagum dengan Ibunya setelah tahu Jihan berhasil mendapatkan tiket konser Coldplay di AO.
"Mbak Jihan, mau berangkat sekarang? Aku sudah siap."
Ken mengalihkan pandangannya dari dokumen yang dia baca dan mendapati gadis berpotongan rambut pendek dengan tubuh sangat langsing di depannya.
"Sepuluh menit lagi kita berangkat," ucap Ken. Semalam Jihan meminta dirinya untuk mempelajari dokumen ini, tapi Ken terlalu malas. Dia pikir dibaca pagi pun masih akan sempat.
"Oke, Mbak," ucap Orlin penuh semangat.
Ken kembali membaca proposal yang diajukan Jihan. Setelah meeting dengan Pak Bima, Ken harus mendatangi beberapa vendor yang akan bekerja sama dengan Elit WO untuk acara pernikahan anak Pak Bima nanti.
Setelah merasa cukup mantap untuk bisa mempresentasikan proposal yang dibuat Ibunya, Ken pun beranjak dan mendatangi meja Orlin.
"Kita berangkat sekarang," kata Ken, sedikit canggung. Sejujurnya, sejak bertukar tubuh, Ken berusaha membatasi interaksi dengan orang-orang di kantor ini. Hal itu cukup susah tentu saja, mengingat sifat Jihan yang sepertinya kelewat supel.
Tiap hari, ada saja wajah asing yang menyapanya.
"Baik, Mbak," balas Orlin sambil berdiri. Keduanya pun berjalan ke arah pintu keluar, ketika tiba-tiba Orlin menyeletuk, "Mbak Jihan nggak pamit sama Pak Dimas? Biasanya Mbak Jihan pamit dulu sama Pak Dimas."
"Oh, iya. Sebentar."
Ken pun buru-buru berbalik dan berjalan ke arah ruangan Pak Dimas untuk berpamitan.
Dengan mengendarai mobil merah Jihan, Ken dan Orlin berkendara menuju resto Sandy Point Grill untuk bertemu Pak Bima dan anaknya. Beruntung keduanya datang lebih awal dari pak Bima. Tanpa diduga, siang itu Pak Bima mengajak anak perempuannya yang nanti akan menjadi mempelai perempuan di acara pernikahan mewah yang sedang mereka persiapkan.
Selama pertemuan hampir dua jam itu, Ken harus benar-benar menahan mulutnya karena anak perempuan Pak Bima yang kelewat manja dan banyak maunya. Bahkan, sebelum mengakhiri pertemuan mereka pun, mereka kembali meminta Ken -dalam hal ini Ibunya, Jihan-, untuk kembali merevisi beberapa hal.
'Tinggal nikah aja kenapa dibikin ribet gini, sih,' umpat Ken dalam hati.
Ken dan Orlin menyelesaikan meeting dengan Pak Bima lewat jam makan siang. "Kamu bisa balik kantor sendiri? Aku harus pergi ke suatu tempat dulu," ujar Ken pada Orlin saat keduanya sudah berada di depan resto.
"Mbak Jihan nggak balik kantor?" tanya Orlin.
"Lihat nanti aja," jawab Ken sekenanya. Dia sudah tidak sabar bertemu papanya. Dia tidak akan melewatkan kesempatan ini.
Sebelum Orlin bertanya lagi, Ken cepat-cepat melangkah dan melambaikan tangan ke arah Orlin. Dia berjalan cepat ke tempat mobilnya terparkir.
Ken tentu tahu ke mana dia harus pergi. Papanya merupakan pemilik perusahaan yang dirintis oleh mending kakeknya. Ken juga masih ingat nama perusahaan yang dipegang papanya sekarang.
*
"Brukk."
Keiko, yang tahu pasti Jennie menjegalnya dengan sengaja, hanya diam dan berdiri dalam diam sambil membenarkan rok sekolahnya.
"Jadi cewek juga harus tahu diri!" ketus Jennie yang berdiri di samping Keiko. Ya, Keiko sudah tahu konsekuensi atas apa yang dia lakukan di perpustakaan tadi. Banyak mata yang pastinya memerhatikan dia menyapa Ken. Hanya saja, Keiko benar-benar penasaran.
Dan, rasa penasaran Keiko jadi semakin besar. Bahkan saat Jennie masih memandangnya dengan sangat mematikan, Keiko sama sekali tidak memedulikan hal itu. Yang ada di kepalanya sekarang adalah, ada apa dengan Ken? Dia bahkan tidak meminjamkan buku catatan apa pun ke Ken. Tidak pernah bahkan.
Dia harus menelepon Ken nanti malam sepulang kerja.
*
Ken mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak papanya. Disimpan dengan nama yang formal oleh mamanya. Pramana Danendra. Ya, itu kontak nomor papanya yang disimpan Jihan di ponselnya. Ken berharap Jihan menyimpan nama papanya dengan nama yang lebih bar-bar, seperti "masa lalu", "orang nggak penting", atau nama-nama lain seperti itu.
Dengan begitu, Ken cukup yakin mamanya masih memiliki sedikit saja perasaan untuk papanya. cukup yakin dengan apa yang akan dia lakukan, Ken memencet tombol dial dan hanya tiga kali nada sambung sebelum papanya menerima panggilan tersebut.
"Jihan? Apa aku tidak salah lihat? Ini benar kamu?"
Sebuah senyuman terbit di wajah Ken. Memanfaatkan keadaan di mana dia terjebak di tubuh mamanya, Ken menjawab, "Aku kebetulan lewat depan kantormu. Aku di bawah sekarang. Apa kau ada waktu?"
***
Finnalllyyy..... aku berhasil menulis lagi. Setelah hampir 9 bulan bener-bener gagal menulis padahal sudah duduk depan komputer. There are so many ups and downs during this period. Jadi, aku cuma mau bilang makasih kalau masih ada yang mampir di sini. Serius, aku cinta kalian dan bersyukur memiliki kalian 🤗🤗❤️❤️❤️❤️
Published on March 14, 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top