Part 5 - Pesan Dari Mereka

"Ken, duduk sini, Mama mau ngomong sama kamu."

Jihan berdiri sembari melihat Ken yang masih terperangkap dalam tubuhnya. Anaknya itu hendak masuk ke dalam kamarnya sendiri sesampainya mereka di apartemen. Ken seakan tidak mendengarnya, membuat Jihan kembali memanggil namanya dengan keras.

"Ken!"

"Ma, tolong. Aku benar-benar ingin istirahat. Mendengar Mama memanggil dengan suaraku saja sudah membuatku kembali down. Aku hanya ingin tidur dan berharap semuanya kembali saat aku bangun nanti," ucap Ken tanpa menoleh dan hanya berdiri diam di depan pintu. Satu tangannya sudah berada di kenop, siap untuk membuka pintunya.

Ada terlalu banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan Jihan. Bukan perkara cewek yang dekat dengannya, bukan. Melainkan soal tes yang dia jalani tadi. Jihan melihat tulisan scholarship di form yang dia isi tadi. Kalau dilihat dari namanya, itu bukan universitas di Indonesia. Kenapa Ken tidak mengatakan apa-apa padanya?

Tapi, Jihan paham betul apa yang dirasakan Ken. Dibandingkan dirinya, Ken mungkin yang lebih berat menghadapi ini semua. Bagaimana pun juga, Ken memiliki jalan yang lebih panjang dari dirinya.

"Baiklah. Tidurlah dulu. Kita bisa bicara saat makan malam nanti," putus Jihan. 

Ken tidak menjawab, hanya membuka pintu kamar dan masuk ke dalam.

*

Ken merebahkan dirinya di tempat tidur. Setelah setengah hari memberikan ponsel pada Ibunya, kini Ken memegang kembali ponselnya sendiri. Dia merasa sesak, tapi berada di luar sangat menakutkan.

Ken masih ingat pesan yang dia terima di ponsel Ibunya tadi. Dari kontak nama yang disimpan dengan nama Pak Jibran.

Pak Jibran:

Tidak sabar makan siang besok.

Pesan singkat tersebut cukup mengusik Ken. Tanpa sepengetahuan Jihan, Ken masih sering berhubungan dengan Ayahnya. Jihan bahkan tidak tahu bahwa Ayahnya sudah kembali dari Bali. Beberapa bulan ini, Ayahnya cukup intens menghubungi dirinya. Ken berharap mereka bisa kembali bersama.

Sampai saat ini, Ken tidak mengerti kenapa orang tuanya memutuskan bercerai. Ken cukup yakin keduanya bisa kembali lagi. Ya, itu harapannya.

Ken menyisir rambutnya kasar dan hatinya kembali melesak saat rambut panjang yang kini terselip di jari-jarinya, bukannya rambut pendeknya.

Ken memutuskan memeriksa ponsel. Tidak ada pesan berarti. Hanya chatting ramai di grup Whatsapp-nya yang penasaran ada apa antara dirinya dan Jennie semalam. Sayangnya, gadis yang dia harapkan tidak mengirimkan pesan untuknya.

Remaja usia 16 tahun itu menutup matanya dan berharap dia terbangun di dalam tubuhnya kembali.

*

Jihan memeriksa pesan Whatsapp di laptopnya dan menjawab satu per satu pesan dan email dari klien. Dia juga harus membuat anggaran baru untuk Pak Bima, termasuk tiket konser yang harganya sangat tidak masuk akal itu. 

Jihan membaca salah satu pesan dari klien yang sempat dibalas oleh Ken. Ken cukup handal menangani pertanyaan dari kliennya. Entah dia bertanya pada siapa hingga bisa menjawab pesan tersebut.

Menjelang jam tujuh malam, pintu kamar Ken terbuka. Dia melihat tubuhnya yang terlihat sangat lelah. Anaknya membuat rambutnya terlihat acak-acakan. 

"Merasa lebih baik?" tanya Jihan yang masih duduk setia di depan laptopnya di kursi meja makan.

Ken hanya melirik dan mengambil minuman di kulkas. Jihan sedikit bergidik melihat bagaimana dirinya sendiri melirik dengan sinis seperti itu. Jihan tidak menyangka selama ini dia terlihat menyeramkan kalau tidak tersenyum.

"Mama sudah pesen mie ayam tadi. Makanlah," kata Jihan sambil mendorong semangkuk mie ayam di meja makan.

Ken yang sepertinya tidak bisa berkompromi dengan rasa laparnya, akhirnya duduk di seberang Jihan dan mengambil sumpit.

"Mama tidak tahu kamu satu sekolah sama Keiko," kata Jihan sambil memperhatikan Ken, menunggu reaksi yang diberikan Ken.

Benar saja. Ken berhenti sebentar, sebelum kembali memasukkan mie ayam ke dalam mulutnya. 

"Mama tadi tidak sengaja bertemu dia di toilet. Trus, Mama lihat dia lagi waktu ikut tes seleksi," lanjut Jihan.

Ken langsung mendongakkan kepalanya. Jihan mengerjap, masih membutuhkan waktu untuk membiasakan diri melihat dirinya sendiri seperti ini. 

"Dia ... ikut tes?" tanya Ken dengan balutan wajahnya.

"Hu'um," jawab Jihan sambil mengangguk.

Senyum tipis terbit di wajah Ken. Jihan tahu betul itu sebuah senyuman. Orang lain mungkin tidak bisa melihatnya. Tapi, Jihan tahu karena itu adalah wajahnya. Jadi, Jihan seratus persen yakin barusan anaknya sedang tersenyum.

"Kamu belum bilang Mama. Tes itu. Beasiswa ke mana?" tanya Jihan.

Ken kembali menundukkan kepalanya. Anaknya kembali berusaha mengabaikan pertanyaannya.

"Ken. Mama tanya kamu," tanya Jihan lagi.

"Ma, jangan sekarang," sahut Ken tanpa menatapnya.

"Kapan kau akan berencana memberitahu Mama. Saat kamu sudah mengepak barang-barangmu?" tanya Jihan dengan tajam.

"Ma, kumohon," kata Ken dengan lelah.

"Bukan hanya kamu yang sedang kesulitan saat ini. Jadi, beasiswa apa itu tadi?" tanya Jihan lagi. 

Ken berdiri dan meninggalkan Jihan, kembali masuk ke dalam kamarnya. Jihan hanya bisa menghela napas berat. Mie ayam di hadapannya bahkan belum habis.

"Kalau kamu tidak bilang, aku akan mencari tahu sendiri. Mencari tahu dengan tubuh ini jadi lebih mudah," kata Jihan sendiri sambil menatap pintu kamar yang sudah tertutup.

*

Ken masuk ke dalam kamar dan segera mengambil ponselnya. Dia kemudian buru-buru mengetikkan pesan pada gadis itu.

Ken:

Aku senang kau ikut tes. Pastikan kau lolos, karena aku sudah pasti lolos.

Terkirim.

Ken tidak khawatir bagaimana Ibunya mengerjakan soalnya tadi. Karena Pak Aan sudah mengatakan padanya hasil tes miliknya tidak akan masuk perhitungan. Ponselnya berbunyi, menandakan ada pesan baru masuk.

Keiko:

Tidak ada hubungannya sama sekali sama kamu. Nggak usa bayangin yang enggak-enggak.

Ken tersenyum melihat pesan tersebut. Paling tidak, di hari yang kacau ini, gadis itu bisa membuat dirinya kembali tersenyum.

Ken:

Tapi, aku sudah terlanjur membayangkan yang enggak-enggak. 

Terkirim. Tidak lama, pesan baru masuk dari Keiko.

Keiko:

Kamu tadi kelihatan aneh. Kamu juga ngapain di toilet cewek. Mau mojok sama Jennie pasti.

Ken membaca pesan baru dari Kei dan dia kembali tersenyum.

Ken:

Cemburu?

Keiko:

Hahaha! Yang pasti aku nggak akan menghajar Jennie.

Ken yang membaca pesan dari Keiko, buru-buru membalas pesannya lagi.

Ken:

Aku sudah bilang berapa kali. Aku tidak menghajar Mario. Dia aja yang nggak becus main bolanya.

Terkirim.

Sayangnya, setelah itu, Ken tidak menerima pesan lagi. Ken akhirnya memainkan game di ponselnya di kamar.

*

Jibran:

Sudah tidur?

Jihan yang sedang sibuk dengan tabel di depannya, terdiam saat melihat pop up pesan baru dari Pak Jibran. Jibran adalah kakak dari kliennya dulu. Jibran saat itu yang bertanggung jawab atas pernikahan adik perempuannya yang masih di luar negeri.

Sejak berkenalan saat itu, Jibran cukup sering menghubungi Jihan. Mereka seumuran, tapi karena mereka berkenalan sebagai agen dan klien, maka Jihan harus memanggilnya secara profesional. Jibran sudah beberapa mengajaknya makan siang bersama, walaupun tidak semuanya Jihan terima.

Jihan tentu paham betul ketertarikan Pak Jibran padanya. Seujurnya, dia merasakan hal yang sama. Namun, tidak semudah itu. Dia tidak mau hubungannya dengan Ken memburuk karena dia membawa orang baru ke dalam hubungan mereka.

Meskipun Jibran pria yang baik, Jihan tidak akan berani mengambil risiko. Jihan pun membalas pesan dari Jibran.

Jihan:

Belum. Masih ngurusin kerjaan. Oiya, Pak, soal makan siang besok. Maaf, sepertinya harus diundur dulu. Besok saya ada janji sama klien.

Jibran:

Tidak apa-apa. Tapi, diganti hari, kan?

Jihan:

Nanti saya kabari lagi Pak.

Jibran:

Oke. Dan, bisa berhenti panggil saya Pak? 

Jihan:

😁

Jihan menghela napas panjang. Dia kembali melihat laptop dan hendak menutup benda itu saat laporan sudah selesai dia buat. Dia kemudian teringat soal tes beasiswa tadi.  Jihan pun membuka Google dan mengetik kata kunci "Sakip Scholarship."

"Turki?" gumam Jihan sambil menatap hasil pencariannya.

***

***akan kubuat rambut anakku seindah rambutku -Jihan mode jahil***

Pagiii ... seneng bisa update lagi. Semoga, kalian suka sama ceritaku ini. Jangan lupa vote dan komennya, biar aku tahu kalau masih ada yg nungguin, hhahahha. Ken cinta kalian!! Iya, benerannn ... 🤗🤗🤗

Published on Tuesday, May 23, 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top