Chapter 1.2

[Baca duluan di Karyakarsa kataromchick, ya. Silakan langsung cari judulnya Under His Breathe.] 


"Kamu yang memilihnya sendiri. Kamu yang memilih untuk mengorbankan kebahagiaanmu. Kamu yang menyerah untuk membela dirimu di depan kedua belah pihak keluarga. Sejak awal, aku nggak pernah memaksakan kehendak. Kamu terima, aku bersedia menikah. Tidak kamu terima, aku juga akan tetap dijodohkan pria lain. Jadi, kenapa harus kamu menyalahkan orang lain karena kamu nggak bahagia? Itu urusanmu, kamu yang bermasalah untuk membela dirimu sendiri."

Ucapan Mentari menyakiti ego kelelakian Rasyid. Dia tidak suka Mentari menyentilnya dengan cara bicaranya itu.

"Oh, tentu. Sebagai Raden Roro yang sangat disukai banyak para ibu yang memiliki anak laki-laki, kamu nggak ada masalah dengan hal itu."

"Kamu juga nggak bermasalah. Kamu punya gelar keturunan, kamu lelaki mapan, dan kamu jauh dari kata jelek. Kamu hanya memiliki satu kekurangan, yaitu tidak tegas untuk membela kebenaran bagi dirimu sendiri."

Semakin didengarkan, semakin Rasyid tahu bahwa Mentari memang siap dengan perdebatan mereka ini. Bahkan perempuan itu tidak berniat beranjak sedikit pun dari kamar pribadi Rasyid.

"Lebih baik kamu pergi dari sini, Mentari."

"Tidak sebelum kamu kembali ke kamar utama kita."

"Untuk apa? Kamu sudah mendapatkan apa yang kamu mau! Aku bertanggung jawab atas anak yang kamu kandung, meski itu bukan darah dagingku!"

Mentari sontak terdiam dengan balasan kejam itu. Balasan kejam yang memang sesuai dengan apa yang dilakukannya. Mentari tidak bisa untuk mengelak, sebab memang dirinya bersalah.

"Kamu berkata seolah lamaran keluargaku nggak akan berpengaruh dengan posisimu. Padahal kamu tahu, kalau aku nggak mengiyakan, maka kandunganmu itu akan dipertanyakan keberadaan ayahnya. Kamu akan menanggung hukuman, dan bisa jadi, jika bukan aku suamimu, maka kamu akan diceraikan setelah suamiku sadar dengan usia kehamilanmu dan hari pernikahannya."

Mentari senantiasa terdiam. Dia tidak bisa membalas ledakan fakta yang Risyad sampaikan.

"Jangankan seperti itu, aku yang bahkan nggak pernah menyentuh kamu rela menjadi korbanmu. Korban dari kelicikanmu yang menginginkan anak pria tidak bertanggung jawab itu terus bertahan. Apa aku memberikan kamu tekanan karena hal itu? Apa aku menuntut kamu karena rahasia yang aku ikut sembunyikan?"

Rasyid mendekati Mentari, memupus jarak kian dekat, pria itu bahkan memberikan tatapan dalam untuk istrinya itu. Bahkan Rasyid juga mengusap pipinya.

"Kenapa kamu diam saja istriku? Kenapa kamu tidak memohon lagi supaya suamimu ini ikut ke kamar utama bersama kamu? Kamu ingin kita memulai hubungan intim? Kamu ingin aku memberikanmu anak kedua? Atau jangan-jangan kamu tahu, bahwa seseorang yang selama ini aku cintai sudah mati terbakar api? Kamu pasti tahu, kan?"

Seperti biasa, Mentari tetap diam tenang. Ketika membalas, tidak ada jawaban yang Risyad inginkan muncul dari mulut sang istri.

"Siapa yang mati terbakar api?"

Risyad menghela napasnya. Dia muak dengan reaksi Mentari ini. Sama seperti bicara dengan ibunya, Risyad sangat muak bicara dengan mereka. Dua perempuan dalam hidup Risyad itu mengedepankan keinginan mereka tanpa tahu bahwa Risyad juga manusia yang memiliki keinginannya sendiri. Dia seorang pria, tapi tergerus dengan keinginan para perempuan. Padahal biasanya para perempuanlah yang bermasalah dengan keinginan mereka untuk bebas. Namun, disini Risyad yang seorang laki-laki lah yang memiliki masalah demikian.

"Kamu sama saja dengan Ibuku, kamu selalu bicara dengan kaku dan terlampau tenang. Kalian perempuan yang sangat mementingkan diri kalian sendiri. Tanpa peduli bahwa karena keegoisan kalian, ada hati yang terluka, bahkan rela menyakiti diri sendiri."

"Apa yang sedang kamu katakan?" ucap Mentari.

"Sudahlah. Kamu akan terus berpura-pura tidak mengerti. Setelah ini, teruslah berpura-pura menjadi istri penurut. Silakan buat dirimu baik di mata siapa pun dan aku akan terlihat suami yang buruk. Itu lebih baik, ketimbang aku harus bersikap baik dan kamu memanfaatkannya agar bisa menuntut lebih banyak lagi." 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top