Part 9 - The explanation and the first terror

Persiapkan diri untuk nggak minta up yah 😅😅😅

Karena aku makin baper nggak karuan sama bang Pet!

Happy Reading 💋



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Seperti biasanya, Petra melajukan kemudinya dengan kemampuan menyetirnya yang diatas rata-rata meskipun mobil yang dikemudikannya adalah SUV besar. Para anak muda itupun memuji kemampuan menyetirnya dengan tatapan kagum dan pujian yang terlontar dari mulut mereka.

Dan tidak sampai setengah jam, mereka sudah tiba di sebuah restoran yang cukup besar dengan suasana kampung halaman yang menenangkan. Ada suara musik yang entah tipikal musik apa yang membuat Petra serasa ingin tidur saja, ditambah lagi interior yang ada didalamnya, mengusung konsep seperti gazebo dengan memberikan suasana desa yang sunyi dan tenang. Okay. Dari sini Petra benar-benar mulai mengantuk.

Apa yang dirasakan Petra berbanding terbalik dengan para anak muda yang terlihat antusias dan mulai menekuni menu dan memesan macam-macam sebutan yang sama sekali tidak diketahui Petra.

Selama dia berada di Indonesia, atau di kota manapun dia berada jika ada urusan bisnisnya... dia hanya menikmati makanan di hotel tempatnya menginap, sama sekali tidak memiliki makanan kesukaan yang menjadi ciri khas masakan Indonesia.

Petra mengedarkan pandangannya sekeliling sambil menilai dan melihat-lihat setiap sudut ruangan. Tipikal dirinya sekali, kewaspadaan selalu menjadi hal utama dan kepekaannya adalah insting alamiahnya jika dia berada dalam satu tempat asing yang baru dijejakinya.

“Hey, kau mau makan apa?”, pertanyaan Joan membuyarkan pikiran Petra dan membuat dia spontan menoleh pada Joan yang kini sudah menatapnya.

Wanita itu terlihat cukup senang disini meskipun ada dua orang yang menyebalkan, bahkan sampai saat ini Petra masih merasa kesal dan tidak terima dengan kejadian tadi pagi.

“Aku tidak tahu”, jawab Petra jujur.

Joan tersenyum saja. “Ada banyak menu yang menarik disini. Disini tertulis kalau menu soto adalah rekomendasi mereka. Kau mau mencoba soto daging?”.

“Apa itu soto?”, tanya Petra.

“Seperti sup daging tapi kuahnya bersantan”, jawab Joan.

“Aku mempunyai masalah terhadap makanan bersantan”, balas Petra.

“Kau tidak bisa makan sesuatu yang berhubungan dengan santan? Apakah kau alergi?”.

“Mungkin. Pencernaanku akan bermasalah jika aku menikmati sesuatu yang bersantan”.

“Kalau begitu ada pilihan soto bening, kuahnya dari rempah-rempah dan bukan dari santan. Atau kau mau mencoba makanan otentik lainnya? Barangkali kau penasaran”, ucap Joan sambil mengarahkan menu yang terdiri dari foto-foto makanan kepadanya.

Petra mengembangkan senyuman lalu mengarahkan posisi duduknya kearah wanita yang sedang menunggu jawabannya. Posisi mereka begitu dekat dan saling berhadapan, membuat para anak muda yang tadinya sibuk memesan makanan mengalihkan tatapan mereka kearahnya. Tidak terkecuali Alex yang sedaritadi memperhatikan interaksi Joan dengan Petra.

“Kau pilihkan saja, aku akan mencoba”, ucapnya lembut.

Joan mengerjap lalu melumat bibirnya seolah berpikir dan mengangguk pelan. Dia langsung memesankan dua menu yang kalau Petra tidak salah dengar adalah Soto Mie dan Nasi Jambal. Juga dia menyebutkan Rujak Cireng? Entahlah. Itu terdengar konyol. Tapi bukan itu yang menjadi masalahnya, karena Petra mendadak kesal mendengar celetukan Alex yang membuat kupingnya memanas.

“Kau mau memesan rujak cireng?”, tanya Alex dengan tatapan tajam kearah Joan.

Joan mengerutkan alisnya lalu mengangguk. “Ya, memangnya kenapa? Ada masalah?”.

Semua mata tertuju kepada Alex sekarang, sementara Nayla yang duduk disamping Alex hanya menghela nafas saja dan memberikan ekspresi datar.

“Kau belum sarapan. Dan kau memiliki masalah pada lambung. Itu adalah makanan pedas dan mengandung cuka, sudah jelas itu akan memicu asam lambungmu”, jawab Alex dengan suara tegas dan tenang.

Joan terdiam, yang lainnya juga. Mereka melirik cemas kearah Petra karena pria itu terlihat akan meluapkan kemarahannya yang tertahan. Yeah. Petra merasa berang dan ingin segera menghajar muka bajingan kecil itu. Untuk apa dia memberikan perhatian konyol tepat didepan pacarnya sendiri? Sial!

“Aku membawa obat lambung untuk Joana supaya dia bisa menikmati makanan apapun yang diinginkannya. Terimakasih untuk perhatianmu, tapi lebih baik kau perhatikan saja pacarmu yang mulai kegerahan itu!”, suara Petra terdengar tegas lalu melirik tajam kearah Zac yang memesankan makanan kepada waiter yang sedang mencatat pesanan mereka.

Zac langsung gelagapan dan memesankan pesanan yang disebut Joan tadi sementara Alex hanya memutar bola matanya dan menyandarkan tubuhnya dikursi dengan santai, sama sekali tidak terlihat menoleh kearah Nayla yang masih terdiam dengan ekspresi kesal diwajahnya. Pria itu terlihat datar dan tidak terlalu mempedulikan pasangannya sendiri. Malahan lebih terkesan dingin. Dasar bajingan licik, umpat Petra dalam hati.

“Sebenarnya aku memesan makanan itu untukmu”, bisik Joan pelan dan kembali menoleh kearahnya.

Petra menunduk menatapnya dan mengusap kepalanya dengan lembut. Dia memang sengaja ingin memberikan tontonan kepada Alex yang sekarang kembali menatap kearah mereka. Eat that, asshole!

“Aku tahu. Tapi jika kau mau mencoba juga tidak apa-apa, aku memang membawa obat lambung yang biasa kau konsumsi”, ucap Petra sambil merogoh ponselnya yang ada di dalam saku celananya.

“Darimana kau tahu aku memiliki masalah pada lambungku dan nama obat yang biasa aku konsumsi?”, tanya Joan heran.

“Aku mengetahui semua hal tentangmu. Dan lagipula, kau dan kakakmu sama-sama memiliki masalah pada pencernaan. Jadi, tidak sulit untuk mencari tahu tentang hal kecil yang ada pada dirimu. Aku sudah bilang bukan kalau aku ingin menjagamu dan melindungimu?”, balas Petra lembut.

“Kau sudah melakukannya selama tiga tahun ini”, sahut Joan dengan senyuman.

“Ah, kau bisa saja”, tukas Petra sambil menekan nomor yang dihafalnya lalu menempelkan ponselnya ke telinga.

Yes, sir”, jawab Darren langsung setelah dering pertama.

“Bawakan obat lambung yang kutaruh di mobil. Sekarang!”, ucap Petra lugas dan langsung mematikan telepon.

Apa yang dilakukannya saat ini masih diperhatikan Joan seolah-olah wanita itu sedang memperhatikannya untuk mempelajarinya. Dari sorot matanya terlihat banyak pertanyaan dan dia terlihat penasaran.

“Omong-omong, aku sering mendengar tentangmu dari kakak iparku, brother. Kau adalah teman lama Joel? Apakah kau juga sama bahayanya dengan dia?”, terdengar pertanyaan Alejandro yang duduk di kursi utama tepat di samping kiri Petra.

Kini semua pasang mata tertuju padanya. Sorot mata ingin tahu dan penasaran. Dan itu menyebalkan. Dia merasa seperti seorang dosen yang akan memberikan bimbingan pelajaran dengan mahasiswa yang sedang duduk mengelilinginya. Ck!

“Aku tidak mengerti apa yang kau maksud dengan bahaya. Yang jelas aku tidak main-main jika ada yang berani mengusikku atau mengangguku, terlebih lagi menyakiti seseorang yang berarti dalam hidupku. Jika kau tahu yang kumaksud”, jawab Petra sambil mengangkat bahu.

Semua pasang mata melirik kearah Alex dan Nayla lalu ke Joan secara bergantian. Kemudian mereka kembali menatap Petra.

“Seperti kak Joel yang menjaga kak Alena. Whoaaa.. itu keren sekali”, pekik Zac dengan wajah penuh antusias.

“Dan sekarang kak Petra menjaga Joan? Kau sangat beruntung, Joan!”, timpal Victor riang yang duduk tepat di sebelah kanan Joan.

“Jangan-jangan bala bantuan yang datang tiba-tiba itu dari kak Petra?”, tanya Zayn yang duduk disebelah Zac.

Petra mengangguk saja sambil menoleh kearah Darren yang datang lalu menyodorkannya sebuah kotak putih dan pergi. Mereka memperhatikan hal itu tapi diabaikan Petra dengan membuka kotak itu dan mengeluarkan satu strip obat lalu membuka satu buah tablet untuk Joan. Wanita itu menerimanya dan meneguknya dengan segelas air minum yang sudah ada di mejanya.

Dan kini mereka menjadi pusat perhatian lantaran Petra yang mengambil selembar tissue untuk mengusap bibir Joan yang basah, wajah Joan pun merona sambil menggumamkan ucapan terima kasih.

Semuanya memberikan senyuman penuh arti, terkecuali Alex dan Nayla. Alex menatap Joan dengan tatapan tidak percaya sementara Nayla menatap iri melihat perlakuan Petra pada Joan. Seperti itu.

“Apakah benar kalau kalian akan menikah sebentar lagi?”, tanya Verdinand ingin tahu.

“Kemungkinan begitu. Aku sudah melamarnya waktu dia berulangtahun”, jawab Petra santai.

Joan langsung menoleh kearahnya dengan tatapan tidak setuju. “Bukankah kita dalam tahap saling mengenal lebih dulu?”.

“Kita punya waktu seumur hidup untuk saling mengenal setelah menikah”, balas Petra mengoreksi.

“Aku baru mengenalmu sekitar dua minggu ini”, ucap Joan menimpali.

“Aku sudah mengenalmu bertahun-tahun dan aku tidak akan mengecewakanmu. Percayalah”, sahut Petra mantap.

“Tapi aku rasa akan lebih baik kalau kita saling mengenal. Ada waktu pendekatan dan...”

“Lagipula Joan terlalu muda untuk menikah. Dia bahkan baru saja lulus dan baru akan menjalani bisnis orangtuanya. Apa tidak egois jika memaksakan kehendak kepadanya?”, sela Alex dengan tegas.

Semua mata langsung tertuju padanya yang sedang menatap tajam Petra, demikian sebaliknya. Bahkan Nayla yang sedaritadi terdiam harus mengeluarkan suaranya yang berbau protes.

“Tidak usah ikut campur, Alex. Itu urusan mereka dan kau tidak perlu berkomentar!”, ucap Nayla dingin.

Alex melirik tajam dan menatapnya dengan tatapan menegur. “Bagaimanapun dia saudara kita dan sudah seharusnya kita mengingatkan dia untuk membuat keputusan yang benar. Apa hatimu sudah tertutup untuk memperhatikannya sebagai sahabatmu? Aku masih tidak terima kalau gara-gara aku, hubungan persahabatan kalian retak. Don’t you see? Diantara kita yang seumuran, hanya kalian berdua sebagai saudara perempuan kami. Kalau kalian berdua saja tidak akur, apa yang harus kami perbuat sebagai saudara laki-laki bagi kalian?”.

“Jadi, apa hakmu untuk memutuskan apa yang terbaik untuk Joan? Jangan bersikap seolah kau tahu yang terbaik untuknya padahal kau sudah menyakitinya dengan sikap bajinganmu yang tidak bertanggungjawab, anak muda!”, desis Petra sambil mengangkat alisnya setengah.

“Seperti kau bukan seorang bajingan saja. Kau bahkan lebih dari itu. Aku tahu siapa kau, dan bersama dengan Joan justru kau membahayakan posisi dirinya!”, balas Alex dengan ekspresi menantang.

Petra mengakui keberanian yang ditunjukkan Alex sekarang. Dia terlihat seperti ayahnya jika sedang memberikan pernyataan lewat instuisinya, apa yang dilakukan Alex sekarang sangat khas Juno sekali. Tapi Petra tidak peduli sekalipun anak itu mengetahui seluk beluk keluarganya karena Juno adalah kuasa hukum pribadi ayahnya sejak dulu.

“Aku mampu melindunginya dan menjauhkannya dari bahaya apapun. Dia tidak akan terjangkau oleh siapapun!”, desis Petra geram. Rasanya dia sudah kehilangan kesabaran sedaritadi dan hendak membuat bajingan kecil itu terkapar lemah.

“Enough!”, terdengar bentakan Joan sambil menghentakkan meja. Semua tersentak dan langsung menoleh padanya. “Apa kalian harus bersikap seperti anak kecil sekarang? Kita berkumpul disini untuk memperbaiki hubungan. Bukan malah semakin memperkeruh suasana! Bagaimanapun kita diawasi oleh para ayah dan aku tidak mau orangtua kita terus mengendalikan kita!”.

“Joan benar. Tidak seharusnya kita berargumen. Aku merindukan kita yang dulu”, ucap Alejandro sambil menghela nafas lelah. “Dan aku sama sekali tidak menginginkan adanya perpecahan hanya karena urusan asmara lewat cinta segitiga seperti ini. Maafkan aku tapi itu benar adanya”.

“Lagipula apakah ini layak kita ributkan setelah kebersamaan kita sejak lahir? Heck! Bahkan aku lebih tampan dari orang sedingin Alex tapi kenapa dia bisa menjadi rebutan kedua adik perempuan kita?”, celetuk Verdinand dengan tatapan mengejek kearah Alex.

“Aku pikir akan lebih baik kalau kau tutup mulutmu, Verdinand”, tegur Alex langsung.

“Sudahlah! Yang terpenting sekarang adalah beri kesempatan kepada Nayla dan Joan untuk rekonsiliasi sekarang! Jangan membuang waktu untuk berargumen seperti ini. Aku sudah lelah dengan drama ini”, keluh Zayn sambil menghela nafas.

Petra baru saja akan menimpali tapi sebuah tangan yang mendarat tepat diatas pahanya membuatnya terdiam dan menunduk melihat tangan Joan yang mendarat disitu.

Sentuhan ringan itu seolah memberikan sengatan listrik dalam tubuhnya sampai membuat dirinya bungkam. Shit! Dia mendongak dan menatap Joan yang sudah memberikan ekspresi tegas seolah menyuruhnya diam.

“Aku akan mengklarifikasi”, ucap Joan lantang lalu mengedarkan pandangamnya sekeliling dan kemudian tatapannya berhenti pada Nayla.

“Apa yang kau pikirkan, Joan?”, desis Nayla langsung.

“Semuanya berawal dari kejadian saat aku SMP dan waktu itu aku bersama Alex mengikuti bimbel bersama. Karena kedekatan yang kami lewati setiap hari membuatku menyukai Alex. Seperti itu. Sampai pada waktu kita kuliah dan tinggal bersama, rasa sukaku padanya semakin bertambah. Terlebih lagi karena sikapnya yang tenang dan cenderung diam, disitu aku berpikir Alex yang kusukai dari SMP bukanlah sekedar cinta monyet belaka. Dan ketika aku seringkali memuji Alex di depan Nayla, disitu aku mencoba bercerita kepada Nayla tentang perasaanku. Setelah sekian lama aku baru berani menyatakan perasaanku dua tahun yang lalu tapi Alex menolakku karena ternyata dia sudah berpacaran dengan Nayla selama setahun”, cerita Joan dengan lugas sambil kemudian dia menarik nafas.

Semuanya masih mendengarkan, tidak terkecuali Alex dan Nayla.

“Aku memang marah. Tapi bukan karena Alex menolakku melainkan ketidakjujuran Nayla yang memiliki perasaan kepada Alex dan sudah menjalin hubungan dengannya. Maksudku, akan lebih baik jika Nayla bisa jujur dan aku pasti akan mengerti. Itu menyakitkan, sungguh. Ketika kau mempercayai sebuah rahasia kepada seseorang tapi justru orang itu menyembunyikan sesuatu yang menyangkut rahasia itu. Aku seperti orang bodoh. Dan menyedihkan”, ucap Joan lalu tertawa hambar.

Petra mendengus dan menggenggam tangan Joan dengan erat sampai wanita itu menoleh kepadanya. Perasaannya sudah tidak karuan, dia benci harus menahan amarahnya seperti ini. Semua hanya karena satu orang yang terus menatapnya dengan tatapan memohon. Padahal Petra tidak ingin Joan sampai memohon kepadanya seperti ini hanya untuk mengendalikan emosinya untuk melenyapkan kedua orang itu.

“Tapi setelahnya... setelah Alex menolakku. Ada satu orang yang menyamar dengan topi dan kacamatanya datang kepadaku saat aku menangis di jembatan, dia memberiku satu buket bunga Lilac kesukaanku dan mengatakan sesuatu seperti semua akan baik-baik saja. Dan memang seperti itu, semua baik-baik saja sampai aku bisa melewati hari sampai saat ini. Itu berkat dirimu, Petra. Kupikir kau yang membuatku berbesar hati untuk menerima semuanya”, ucap Joan hangat dan senyuman tulus.

Oh dear.... tatapan Joan yang begitu dalam kini membius dirinya sampai membuat jantungnya kembali berdegup kencang. Wanita itu benar-benar membuatnya tergila-gila.

“Whooaaa... jadi secara tidak langsung kalian sudah saling terikat? Begitu?”, gumam Zayn dengan sorot mata kagum. Zac juga.

“Bisa jadi”, balas Joan sambil bergumam lalu terkekeh pelan.

“Sebenarnya... aku yang bersalah karena telah membuat urusan seperti ini”, ucap Nayla tiba-tiba dengan gugup dan semua pasang mata kini terarah padanya.

Haizzz... Petra mendadak kesal karena harus mendengar sesi curhat sialan seperti sekarang ini. Sehabis ini dia harus membuat perhitungan kepada Alena karena membuat hukuman konyol kepada mereka dan menjebaknya untuk terjun dalam situasi seperti ini.

“Aku tidak menyukai Alex karena tipe priaku bukan pendiam seperti dia. Tapi saat Joan bercerita dan memujinya terus-terusan, membuatku menjadi penasaran dan sampai akhirnya aku juga ikut menyukainya”, tukas Nayla pelan lalu menarik nafas berat dan kembali melanjutkan. “Alex yang pendiam begitu baik dan membantuku dalam keadaan tersulit sekalipun saat aku merasa gagal karena nilai ujianku buruk saat awal masa kuliah. Dia mengajariku banyak hal dan aku jadi menyukainya lalu tanpa berpikir panjang, aku menyatakan perasaanku padanya dan dia menerimaku seminggu setelahnya”.

Damn! Petra mendengus dan kembali mengeratkan genggaman tangannya pada Joan yang tersentak mendengar penjelasan Nayla barusan. Sementara Alex terdiam mendengarkan tapi ekspresinya penuh amarah dan rahangnya mengetat. Dia terlihat tidak senang.

“Lalu aku meminta Alex untuk menyembunyikan hubungan itu dengan alasan kalau kami masih kuliah dan terlalu muda untuk menjalin hubungan padahal sebenarnya aku takut Joan tahu dan marah padaku. Kemudian Joan berkata akan menyatakan perasaannya kepada Alex dan itu membuatku cemas, jadi dari situ aku berusaha keras untuk menjauhkan Alex darinya dan aku lega kalau ternyata Alex menolaknya langsung”, lanjut Nayla dengan wajah menyesal.

“Karena itu kau berpikir aku akan merebut Alex darimu?”, tanya Joan dengan suara tercekat.

Nayla mengangguk lemah. “Maafkan aku, Joan. Aku adalah sahabat paling buruk untukmu. Maafkan aku”.

Joan mengerjap lalu menunduk pelan beberapa saat lalu kemudian dia terkekeh. Glek! Semua mengerutkan kening menatapnya bingung. Termasuk Petra.

“Apa kau baik-baik saja, Joan?”, tanya Verdinand sambil mengangkat tangannya ke dahi Joan tapi buru-buru dia menarik tangannya karena Petra sudah lebih dulu mendesis padanya.

“Apa yang lucu, kenapa kau tertawa?”, tanya Alejandro heran.

“Apa tidak lucu kalau kejadian dua tahun lalu tapi baru dibicarakan sekarang?”, balas Joan lalu kemudian menatap Nayla dengan hangat. “Sudahlah. Lupakan saja. Aku sudah tidak mempermasalahkan lagi. Sekarang semua sudah jelas dan tidak ada yang perlu ditutupi lagi. Kalian saling mencintai dan sudah seharusnya lanjutkan hubungan kalian tanpa merasa bersalah padaku”.

Nayla mengerjap dan Alex menghela nafas saja.

“Maafkan aku, Joan. Aku tidak mengira kalau kau tersakiti lewat penolakanku waktu itu. Aku juga menyukaimu waktu SMP saat kita selalu bersama tapi aku ragu karena sepertinya banyak yang mendekatimu dan aku bukan tipe pria yang pantas untukmu. Jadi pada saat kau menyatakan perasaanmu itu, aku cukup kaget tapi tidak ada yang bisa kulakukan karena aku sudah memiliki Nayla”, ucap Alex dengan wajah tidak rela.

Sial! Petra sudah bisa mengira kalau bajingan kecil itu memang menyukai Joan. Bukan masalah Nayla tidak cantik, bukan. Nayla juga tumbuh menjadi wanita cantik tapi Joan lebih unggul dengan sorot mata lembut dan penuh kehangatan. Semua pria manapun pasti akan gila jika disukai Joan dan tidak mungkin seorang Alex sanggup menolaknya kalau tidak ada alasan.

“Tidak apa-apa, Alex. Aku baik-baik saja”, balas Joan dengan senyuman lalu mengangkat bahunya dengan santai.

“Nah! Semua sudah selesai. Jadi, hubungan kita kembali seperti semula”, seru Victor sambil bertepuk tangan.

Bertepatan dengan itu, pesanan mereka pun datang dan disajikan diatas meja panjang yang diduduki mereka. Alis Petra mengernyit ketika melihat ada satu pergerakan yang aneh di ujung restoran, batinnya semakin berteriak ada yang tidak beres disini 

“Mari kita makan. Sehabis ini, bagaimana kalau kita jalan-jalan?”, usul Zayn antusias.

“Boleh! Bagaimana kalau kita ke kebun binatang?”, timpal Victor.

“Apa kau anak sekolah dasar? Yang benar saja”, protes Zac sambil berdecak.

“Itu menyenangkan. Kau bisa memberi makan rusa atau kuda nil sebuah wortel”, timpal Zayn sambil tertawa.

“Bagaimana kalau kita berkuda saja?! Bukankah uncle Liam baru membeli kuda baru?”, ucap Alejandro sambil menoleh kearah Verdinand dan Victor secara bersamaan.

“Papa memang membeli kuda baru tapi jangan harap kau bisa menungganginya. Itu kuda kesayangannya yang didapat dari lelang puluhan juta dolar yang konon katanya adalah kuda tercepat didunia”, celetuk Verdinand masam.

“Apa ayahmu gila? Dia menghabiskan uang puluhan juta dolar hanya untuk seekor kuda?”, tanya Alex dengan alis berkerut.

“Dia memang gila”, jawab Victor sambil mengangkat bahu.

“Puluhan juta dolar bisa membeli beberapa unit mobil sport terhebat didunia”, pekik Zayn ngeri.

Uncle Liam memang pecinta kuda sejati”, gumam Alejandro sambil menggelengkan kepala.

“Apa hobimu, brother? Kak Joel senang berlayar, kalau kau?”, tanya Zac kemudian.

Petra mengangkat bahunya dengan santai. “Aku suka terbang dan menyukai ketinggian”.

“Maksudmu kau suka mengendarai pesawat dan helikopter?”, tanya Alejandro takjub.

Petra mengangguk.

“Kau mempunyai lisensi terbang seperti pilot?”, tanya Verdinand penuh minat.

Petra kembali mengangguk.

“Dan apa kau juga memiliki helikopter dan pesawat kecil semacam Shark Aero?”, tanya Victor.

“Aku mempunyai beberapa helikopter dan Shark Aero. Juga beberapa jet pribadi untuk memudahkanku menjalankan bisnis dari berbagai negara. Ngomong-ngomong, apakah aku diberi kesempatan untuk menikmati makanan? Jujur saja aku tidak suka bertanya jawab untuk pertanyaan pribadi”, cetus Petra dengan ekspresi dingin lalu matanya melirik tajam kearah seseorang yang menarik perhatiannya sedaritadi.

Tidak salah lagi. Gerakan mencurigakan itu berasal darinya.

Semuanya mendesah malas lalu mulai menekuni makanan mereka masing-masing. Dan sebelum mereka sempat mengambil sendok untuk menikmatinya, disitu Petra bertindak.

“Jangan ada yang menyentuh makanan!”, teriak Petra langsung dan semua tersentak kaget melihatnya. Termasuk Joan.

Petra bisa melihat sosok yang menarik perhatiannya tiba-tiba berjalan kearah belakang dengan cepat. Disitu Petra langsung beranjak berdiri lalu menoleh kearah Darren yang berlari masuk karena mendengar suara teriakan Petra.

“Arah belakang!”, tukas Petra kepada Darren dan pria itu langsung melesat cepat menyusul pria mencurigakan tadi bersama tiga orang anak buahnya yang berpakaian serba hitam.

Sementara ada empat orang anak buah yang ikut masuk dan segera mengecek makanaan yang disaji diatas meja sambil memeriksa beberapa pelayan restoran itu. Dua orang lainnya berjaga-jaga didepan restoran. Petra yakin ada yang tidak beres dan dia segera berjalan menyusuri restoran itu dengan tatapan waspada.

“Dude, is everything okay?”, tanya Alejandro dengan nada hati-hati.

Kini, kesemuanya terlihat waspada dan memberikan ekspresi datar. Semua anak laki-laki dari para sahabat ayahnya sudah dimasukkan ke dalam organisasi rahasia mereka yang bernama Eagle Eye.

Petra dan Joel sendiri adalah duo kolaborasi yang selalu menjadi tumpuan besar bagi organisasi yang sudah didirikan oleh ayahnya selama beberapa dekade atau saat ayahnya masih muda. Manfaat dari organisasi itu sendiri adalah untuk supaya mereka memiliki keahlian untuk membereskan orang-orang licik dan keji diluaran sana, yang berniat merebut kekuasaan dan mengambil kekayaan dalam cara yang tidak sehat.

Mereka dilatih menjadi ahli dalam menggunakan senjata, beladiri, menggunakan teknologi canggih seperti penyadap, mengenal beberapa macam obat dan menggunakannya untuk melumpuhkan atau memperdaya lawan.

Dan pastinya mereka harus jeli dalam memakai daya instingnya untuk mengenal jenis bahaya seperti apa yang ada dihadapannya. Kesemuanya itu dilakukan oleh anak laki-laki, kecuali anak perempuan dimana tugas mereka hanya wajib menerima setiap perlindungan yang dilakukan mereka.

Sementara Joan dan Nayla saling melempar tatapan ngeri. Ekspresi keduanya mulai ketakutan. Nayla mulai mencengkeram lengan Alex sementara Verdinand menarik Joan dalam pelukannya karena dia terlihat pucat.

“Tidak usah bertanya. Gunakan kemampuan yang sudah kalian dapatkan selama berlatih. Yang jelas, ada yang berniat melakukan.... shit!”, geram Petra saat tersadar akan hal seperti ini.

Sudah pasti akan ada yang berusaha membalasnya karena... seorang anak dari Barton belum dia tuntaskan. Anak itu adalah salah satu anggota mafia kelas kakap yang begitu berani berniat menantangnya padahal Petra sudah berbaik hati untuk memberikannya kehidupan secara cuma-cuma.

Dan benar saja... tahu-tahu Darren sudah kembali menyeret orang yang dicurigai Petra. Wajah lokal yang terlihat sinis menatapnya tajam dan Petra menilai kalau itu adalah orang suruhan.

“Buat dia bicara. Aku akan menyusul kalian nanti setelah urusanku selesai. Kirim orang untuk menyelidiki restoran ini. Semuanya”, perintah Petra dengan suara rendah tapi tatapannya menusuk kearah orang yang sudah dikendalikan Darren.

“Dan kau...”, cetus Petra sambil menunjuk kearah orang itu. “Aku pastikan kau tidak akan selamat dari tanganku!”.

Sir, Anda sedang diperhatikan. Kendalikan dirimu”, bisik Darren dengan suara rendah dan Petra langsung menoleh kearah Joan dimana dia melihat sepasang mata coklat yang jernih itu membelalakkan matanya menatapnya dengan tatapan ngeri kepadanya. Shit!




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷




Ciyeee.. yang udah mulai ngegas.
Santai aja, genks!
Ini baru pemanasan 😛

Good night!

Cowok ini bener-bener nggak sayang badan... bisa-bisanya buka baju mulu!
Rasanya tangan gatel kepengen kerokin, takut masuk angin 😖😖😖






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top