Part 5 - The proprietary statement by Petra

Babang Petra says hello 🤗

Happy Reading 💋



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Joan mengerjap dan merasakan usapan lembut di pucuk kepalanya lalu mendongak pelan. Deg! Dia tertegun melihat wajah Petra yang begitu dekat padanya dan langsung beringsut menjauh darinya.

Seperti biasanya, pria itu hanya tersenyum manis sambil menatapnya lembut. Dia menarik tangannya dan menyandarkan kepalanya di setir mobilnya sambil tetap mengembangkan senyumnya.

“Kita sudah sampai didepan mansion keluargamu, nona cantik. Aku tidak enak hati membangunkanmu hanya saja ayahmu sudah berdiri didepan pintu memelototiku”, ucapnya pelan.

Joan mengerjap lalu spontan menoleh kearah samping kirinya dan mendapati Christian sedang berdiri tepat didepan lobby mansion dengan kedua tangan yang sedang bekerja untuk menggulung lengan bajunya sambil menatap tajam kearah Petra.

“Ayo kita turun”, ucap Petra sambil melepas sabuk pengamannya dimana dia langsung membuka pintu mobilnya saat Joan membuka sabuknya.

Dia tersentak kaget saat pintu mobilnya terbuka dan Petra sudah mengulurkan tangannya untuk membantunya lalu disambut Joan dengan gugup. Dia keluar dari mobil dan menatap sosok ayahnya yang masih belum bergeming dari tempatnya berdiri.

“Hi, Dad”, sapa Joan pelan.

Petra tersenyum saja sambil merangkul pinggang Joan untuk berjalan maju supaya lebih mendekat kearah ayahnya. Christian hanya mengangguk pelan dan tersenyum kearahnya.

“Apa kau baik-baik saja?”, tanya Christian kemudian.

Joan langsung mengangguk. “Aku... ketiduran dan baru saja terbangun. Apa aku sudah keluar terlalu lama?”.

Petra tersenyum dan mengambil alih pembicaraan. “Sorry, uncle. Semua karena aku yang sudah mengajaknya jalan-jalan terlalu jauh sampai dia kelelahan”.

“Tidak juga!”, Joan buru-buru menimpali dan melirik cemas kearah ayahnya karena takut Petra akan dimarahi. “Tadi aku makan terlalu banyak dan langsung mengantuk, jadi... aku baru bangun”.

Mendengar perkatannya barusan, spontan Petra dan Christian tertawa renyah. Dan hal itu membuat Joan merengut cemberut. Apanya yang lucu?

“Baiklah, sayang. Daddy percaya padamu. Sekarang masuklah. Mommy sudah menunggumu untuk makan malam”, ujar Christian hangat sambil mengusap rambutnya dengan penuh rasa sayang, dia menoleh kearah Petra dan berujar, “Kau juga masuklah, ikut makan malam bersama kami. Apa kau mau menginap juga disini? Sekarang sudah cukup malam”.

Alis Joan terangkat dan menoleh kearah Christian dengan tatapan tidak percaya. Apakah ayahnya mengenal Petra dengan baik? Tapi bukankah memang harusnya mereka sudah kenal baik lantaran Petra adalah sahabat kakaknya sendiri?

“Aku ingin sekali, sungguh. Tapi aku mempunyai urusan pekerjaan yang harus kuselesaikan di tempatku, uncle”, ucap Petra riang dan dalam nada sopan.

Christian hanya mengangguk lalu kembali menatap Joan. “Susullah ke ruang makan setelah berpamitan dengan Petra, sayang”.

Joan mengangguk pelan dan menatap kepergian ayahnya yang berjalan masuk ke dalam mansionnya. Lalu dia kembali menoleh kearah Petra dimana pria itu sedang menatapnya dengan tajam.

Dia bisa menangkap sepasang bola mata biru yang bersinar dan terkesan misterius, rahang kokoh yang ditumbuhi bakal jenggot dimana hal itu membuatnya terlihat sangat maskulin, rambutnya yang agak sedikit berantakan membuat pria itu malah terlihat lebih mempesona. Dan Joan semakin bertambah heran kalau dia bisa menilai secara rinci seperti sekarang ini terhadap seorang pria.

Bahkan dia bisa merasa nyaman dan takut secara bersamaan saat berhadapan dengannya sekarang, namun ada rasa dimana Joan yakin kalau pria itu tidak akan menyakitinya namun justru melindunginya walaupun sosok dirinya menampilkan kesan bahaya didalamnya.

“Apa kau... akan pergi dan melakukan hal yang tidak baik?”, tanya Joan dengan suara pelan.

Dia tidak enak kalau pria itu kembali tersinggung dengan pertanyaannya seperti saat menanyakan apakah dirinya pedofil.

Petra mengangkat alis setengahnya lalu tersenyum lebar mendengar pertanyaannya. Dia tidak terlihat tersinggung namun memberikan ekspresi geli sekarang.

“Aku hanya akan melakukan pekerjaanku, sayang. Waktu di Indonesia berbeda dengan di Chicago. Walaupun aku berada di negara yang berbeda tapi tetap ada bisnis yang harus aku tangani dimanapun aku berada”, jawabnya santai.

Joan mengerjap lalu menunduk pelan sambil menggumamkan kata maaf. Dia merutuki dirinya dalam hati karena sudah lancang mengeluarkan pertanyaan seperti barusan.

“Tidak usah dipikirkan. Aku tidak tersinggung. Justru aku senang kalau kau mempunyai banyak pertanyaan padaku, itu artinya kau peduli padaku”, ucap Petra lembut seolah mengerti apa yang dipikirkan Joan saat ini.

Joan langsung mendongak dan menatapnya sambil tersenyum pelan. “Maafkan pertanyaanku yang terdengar konyol”.

“Tidak apa-apa, cantik. Masuklah kedalam. Orangtuamu sudah menunggu dan aku tidak mau ayahmu datang lalu berpikir kalau aku akan menculik anaknya”, ujar Petra dengan ekspresi meringis yang palsu.

Joan tersenyum mendengarnya. Dia mengangguk menyetujui perkataan Petra lalu terdiam saat pria itu menatapnya dengan serius sekarang. Deg!

“Apakah aku boleh mencium pipimu untuk mengucapkan selamat malam?”, tanya Petra dengan suara bergumam.

Perasaan Joan menghangat saat mendengar Petra meminta ijin padanya untuk memberikan ciuman pipi sebagai ucapan selamat malam. Dia berusaha bersikap baik dan sudah pasti Joan harus menghargai niat kesopanannya kali ini. Tanpa berkata apa-apa, Joan mengangguk pelan sebagai jawabannya.

Senyum Petra mengembang lalu dia mendekat kearah Joan lalu memiringkan wajahnya untuk mengecup pipi kanan Joan dengan dalam lalu berbisik lirih. “Good night, princess. See you tomorrow”.

Mata Joan melebar kaget saat Petra membawanya dalam pelukannya yang mantap dan singkat, bahkan Joan bisa merasakan tubuhnya menegang saat pria itu mengeratkaan pelukannya sambil mengecup kembali pipinya untuk kedua kalinya.

“Petra!”.

“Ya?”.

“Kau kuberi ijin untuk mencium pipiku saja. Tapi kau malah memelukku dan mencium pipiku dua kali! Apa kau cari mati?! Lepaskan aku atau aku akan menghajarmu!”, ucap Joan dengan suara dingin dan Petra langsung menarik diri lalu mengangkat kedua tangannya.

“Sorry, dear. Kau terlalu cantik hingga membuatku gemas. Lagipula kenapa sih kau harus sepelit ini? Aku kan tunanganmu”, ucap Petra sambil terkekeh pelan.

“Bukan berarti kau bebas menyentuhku, lagipula aku tidak merasa menjadi tunanganmu. Cincin yang kupakai ini adalah bentuk pemaksaan darimu”, balas Joan lugas.

“Jangan berkata seperti itu. Kita sudah bertunangan dan ingat pesanku untuk jangan mencoba-coba melepas cincin itu!”, kembali Petra mengulang ancamannya dan itu sukses membuat Joan tercengang.

Seperti bisa membaca kekagetan Joan, Petra hanya tertawa lebar dan menangkup kedua bahu Joan lalu mengarahkannya untuk masuk ke dalam mansionnya. “Jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu, bukan? Masuklah. Sudah malam”.

Joan mengerjap lalu maju beberapa langkah tapi berhenti sejenak dan kembali menoleh ke belakang saat dilihatnya Petra masih menatapnya dari posisinya berdiri. Well... rasanya dia belum berterimakasih padanya karena sudah membawanya jalan-jalan untuk menghilangkan kesedihan dan kemarahannya hari ini. Bagaimanapun secara tidak langsung, Petra menolongnya untuk keluar dari suasana canggung tadi siang.

Joan memutar tubuhnya, melangkah cepat kearah Petra dan mengabaikan ekspresi kaget pria itu yang melihatnya menghampirinya dengan memberi pelukan hangat lalu mencium pipi kanan pria itu dengan sebuah kecupan yang tulus. Sebuah salam yang sangat wajar mengingat hal itu umum terjadi saat dia tinggal di London.

“Terima kasih untuk hari ini. Selamat malam, Petra”, bisiknya lembut lalu menarik diri dan tersenyum lebar dimana dia bisa melihat pria itu tertegun tanpa bisa mengeluarkan perkataan apapun.

Dengan senang dia memutar tubuhnya lalu masuk ke dalam mansion sambil setengah berlari. Ada rasa yang menjalar dalam tubuhnya, meskipun asing tapi terasa menyenangkan.

Petra itu berbeda, pikirnya.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Joan menjalani hari pertamanya bekerja di perusahaan ayahnya yang bergerak dalam bidang eksport import. Itu adalah perusahaan keluarga besar dari pihak ayahnya yang sudah berdiri selama tiga generasi.

Perusahaan itu dijalankan Christian bersama dengan Joel untuk melebarkan sayap NataExim.Tbk yang sempat hampir collapse sekitar beberapa tahun yang lalu atau sebelum peralihan yang diambil oleh ayah dan kakaknya itu.

Tadinya Christian mencoba menawarkan Joan untuk menjalani perusahaan entertainment-nya yang sudah berkembang pesat sejak dulu tapi Joan menolak mentah-mentah. Dia bukan penyuka seni, bahkan dia tidak menaruh minat sama sekali terhadap hal yang berbau entertainment atau berhubungan dengan para artis dan itu sangat dihindarinya.

Apalagi kemampuannya dalam menilai bakat seseorang itu nol besar. Jadi dia lebih memilih untuk mencoba menjalankan usaha keluarga ayahnya yang terbilang sudah berdiri cukup lama itu. Karena bekerja pada perusahaan yang masih berdiri selama beberapa dekade merupakan pengalaman tersendiri untuk menggali pondasi dalam suatu bisnis, bisa jadi Joan akan membuka perusahaannya sendiri tanpa bantuan ayah atau kakaknya itu.

Christian mengajak Joan berkeliling menjejaki perusahaan dengan bangunan satu gedung yang terlihat modern. Memberitahu beberapa divisi dan orang-orang kepercayaan ayahnya dalam menjalani perusahaan itu.

Joan pun dikenali oleh beberapa kepala divisi dan direktur perusahaan dalam sebuah ruang rapat dimana Joan mengikuti saja jalannya proses rapat sambil mempelajari beberapa dokumen yang dibagikan oleh sekretaris ayahnya yang dinilainya agak... seduktif.

Bahkan Joan bisa menangkap pergerakan sengaja yang dilancarkan sekretaris bernama Qory saat berhadapan dengan ayahnya. Yang benar saja... ayahnya sudah berumur lima puluhan dan wanita itu masih menggodanya?!

Oke, katakan ayahnya memang masih menawan di umur setengah abadnya tapi apa dia tidak bisa melihat ada putrinya disini? Apalagi sikap datar yang diberikan ayahnya seolah tidak membuatnya harus merasa malu. Cih!

“Apa kau akan terus memakai wanita itu sebagai sekretaris disini?”, bisik Joan dengan wajah tidak suka kepada Christian.

Christian menoleh dan tersenyum. “Kinerjanya cukup baik selama tiga tahun ini dan dia tidak akan berani macam-macam”.

“Oh yeah? Aku bahkan bisa melihat kalau dia seakan ingin naik keatas pangkuanmu, Dad! Lihat saja nanti, aku akan buat dia menyesal karena sudah menggoda ayahku tepat didepan mataku sendiri!”, balas Joan dengan suara menggeram.

Christian terkekeh geli. “Aku suka sikapmu yang seperti ini, bahkan ibumu saja tidak pernah bersikap cemburu padaku. Wanita itu terus saja membuatku gila dengan sikap masa bodonya”.

“Mom percaya padamu, Dad. Dia tidak akan cemburuan karena dia adalah wanita kelas atas, bukan wanita rendahan. Lagipula aku bukan cemburu. Aku hanya tidak suka adanya unsur hubungan terlarang dalam satu perusahaan. It’s a big NO! Aku harap Joel tidak digoda seperti itu atau dia akan berhadapan dengan Alena!”.

“Yah ampun, sayang. Joel bahkan tidak meliriknya dan dia tidak memberikan kesempatan untuk wanita itu mendekatinya dalam jarak sepuluh meter. Kau tahu siapa kakakmu. Dia hanya menghormati tiga wanita dalam hidupnya. Yang pertama adalah ibumu, yang kedua adalah Alena dan ketiga adalah dirimu. Oh satu lagi... anak perempuannya yang bernama Milea telah mengalihkan dunianya”.

“Karena Milea sangat mirip dengan Alena. Dan Tristan sangat mirip dengan Joel. Aku heran kenapa Tristan dan Milea tidak ada mirip-miripnya padahal mereka itu kembar”.

“Yang terpenting mereka adalah kedua cucuku yang paling kusayangi”, balas Christian dengan senyuman hangat.

Joan ikut tersenyum lalu mengangguk setuju.

“Dan aku juga ingin menunggu cucu dari anak perempuanku”, goda Christian yang langsung membuat Joan melebarkan matanya.

“Apa kau gila, Dad? Aku masih muda”, balas Joan kaget.

“Kakak iparmu menikah dengan kakakmu saat berusia 22 tahun. Dia juga masih muda dan sudah menjadi ibu dari 2 anak kembarnya yang lucu”, sahut Christian langsung.

“Memangnya kau mau aku menikah dengan siapa? Aku bahkan masih belum tahu apakah aku akan...”.

“Kau tidak suka dengan Petra?”, sela Christian lugas.

Wait, what? Joan langsung menghadapkan posisinya kearah Christian dengan tatapan kagetnya. Apakah ayahnya barusan memberikan restunya kepada pria dengan perwakilan bajingan seuntuhnya dari sosok yang bernama Petra? Jika ya, Joan langsung bergidik ngeri. Pria itu memang bersikap lembut dan baik padanya kemarin tapi tidak berarti Joan akan menerimanya dalam waktu sesingkat itu. 

Daddy ingin aku bersamanya?”, tanya Joan tidak percaya.

“Dia cukup tangguh. Dan tidak terkalahkan. Selama tiga tahun ini dia sudah menunjukkan itikad baik untuk membantuku menjagamu dan melindungimu, sayang. Hanya saja dia memang terkesan menyeramkan tapi dia baik”, jawab Christian santai.

Kedua ayah anak itu bahkan tidak merasa terganggu dengan jalannya rapat internal dimana kepala divisi bergantian memberikan perkembangan terbaru perusahaan, mereka masih asik mengobrol dalam suara pelan dan terdengar seperti berbisik saat ini. Mereka masih membahas sesuatu sambil berargumen ketika ada satu orang yang masuk ke dalam ruangan dengan santainya.

“Maafkan keterlambatanku, kalian silahkan lanjutkan”, ucap orang itu dengan suara tegas yang terdengar familiar, spontan membuat Joan menoleh dan langsung menatap kaget kepada sosok orang itu yang sedang berjalan kearahnya dengan penuh minat.

“Kenapa dia bisa ada disini?”, bisik Joan sambil menoleh kearah ayahnya menuntut penjelasan.

Christian tersenyum lalu bersandar di kursinya dengan santai. “Dia adalah salah satu klien besar untuk perusahaan kita karena memakai NataExim.Tbk sebagai satu-satunya trading yang memobilisasi pengiriman ekspor untuk produksi minyak sawitnya”

Joan tersentak kaget lalu kembali menoleh kearah Petra, yang semakin mendekat dengan gayanya yang anggun dan angkuh secara bersamaan. Pria itu mengenakan setelan jas yang rapi dengan balutan yang pas di tubuh kekarnya. Dia terlihat jauh lebih berwibawa dengan pakaian kerjanya, wajahnya pun terlihat segar dan bibirnya tidak berhenti untuk tersenyum kepadanya. Joan akui dia terlihat dewasa dan mempesona.

Shit! Dia terlihat seperti sosok seorang pangeran berkuda yang ada dalam dongeng putri Disney. Haishhh, lupakan pangeran dalam kartun itu karena pria itu jelas jauh dari image pria baik-baik dengan kesan misterius yang ada pada dirinya, batin Joan pelan.

Good morning, sunshine”, sapanya hangat dan dia duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Joan lalu menoleh kearah Christian dengan anggukan sopan. “Good morning, uncle”.

“Good morning, Petra”, balas Christian geli.

Ayahnya langsung mengarahkan tatapannya kearah layar presentasi saat direktur keuangan memaparkan laporan dengan tabel berisi angka-angka yang tidak  di layar itu.

“Aku merasa kalau kau lebih cantik hari ini. Apa tidurmu cukup sampai kau harus memberikan wajah segar seperti ini?”, goda Petra sambil mendekatkan posisi duduknya kearah Joan.

“Apa kau mulai mengikutiku secara terang-terangan sekarang?”, tuduh Joan langsung dengan nada berbisik.

Alis Petra terangkat. “Aku memang sedang dalam misi untuk menarik perhatianmu dan membuatmu jatuh cinta padaku”.

Joan mengerjap kaget lalu menunduk dengan wajah yang memanas. Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang mendapati ucapan blak-blakan dari Petra barusan. Sementara itu dia bisa merasakan kalau pria itu tersenyum pelan sambil tetap memperhatikannya.

“Tidak usah malu, sayang. Aku kan tunanganmu. Kalau kau lupa, cukup lihat saja cincin yang melingkar di jari manismu itu”, ucap Petra dengan bisikan yang tepat dilakukan ditelinganya.

“Memangnya kalau aku lepas tidak akan jadi masalah?”, cibir Joan dengan ekspresi cemberut.

Petra menyunggingkan senyum setengahnya. “Tentu saja. Itu akan menjadi masalah besar untukmu”.

Joan hanya memutar bola matanya dan kembali menunduk menatap dokumen yang dipegangnya. Dia bisa mendengar suara sekretaris seduktif yang menyebalkan itu saat dia melihat wanita itu melangkah kearahnya. Ralat. Kearah Petra.

Mr. Petra, saatnya giliran Anda memberikan forecast untuk delivery yang Anda ingin tambahkan schedule-nya karena pesatnya permintaan pengiriman barel minyak sawit ke berbagai negara”, ucap sih sekretaris genit yang memberikan satu berkas dokumen tepat didepan Petra.

Ck! Sangat menjijikkan. Joan mendengus melihat binaran nakal yang dilemparkan Qory kearah Petra dimana pria itu menerimanya tanpa ekspresi. Dari situ dia merasa perlu memberikan komentar.

“Ms. Qory”, panggil Joan kemudian.

Sekretaris genit itu menoleh kearahnya dengan keramahan yang berlebihan dan seakan dibuat-buat. “Yes, Ms. Joana”.

“Apakah mata Anda sedang bermasalah?”, tanya Joan dengan ekspresi datarnya. Membuat Qory mengernyit bingung lalu menatap Joan tidak mengerti.

“Maksud Anda?”, tanyanya.

Joan bisa mendengar suara tawa yang tertahan dari Christian dan ekspresi geli yang diberikan Petra. Pria itu malahan mengarahkan tubuhnya untuk menatapnya seolah menunggu apa yang akan dilakukannya.

“Sedaritadi kuperhatikan kalau matamu seringkali mengerjap tidak biasa. Dan apakah kau juga sedang sakit pinggang? Caramu berjalan seperti akan terjatuh dengan berlenggak-lenggok seperti itu. Jika kau tidak sehat, aku rasa ada orang yang bisa menggantikanmu. Bukan begitu, Dad?”, jawab Joan yang masih dengan ekspresi datarnya lalu menoleh kearah Christian untuk memberikan penekanan terhadap orang pengganti yang dimaksud.

Christian tertawa geli lalu mengangguk saja. Petra mengulum senyum. Sementara wajah Qory terlihat memerah dengan ekspresi campur aduk karena respon dari para peserta rapat yang beragam. Ada yang melumat bibir rapat-rapat menahan tawa dan ada juga yang terkekeh pelan seolah tahu apa yang dimaksud Joan barusan.

“A..aku baik-baik saja. Terima kasih atas perhatiannya. Aku masih bisa melakukan pekerjaan hari ini”, ujar Qory dengan suara yang terdengar seperti mencicit.

Joan mengangguk. “Baguslah. Jangan sungkan untuk memberitahu kalau kau sedang kurang sehat. Aku hanya sekedar memastikan saja karena kebetulan aku membawa obat mata jika matamu sedang bermasalah”.

Qory menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk lalu kembali ke mejanya dengan ekspresi tidak nyaman.

“Whoaaa.. my little tiger is back”, bisik Christian geli.

“Shut up, Dad!”, balas Joan dengan ekspresi tidak suka.

Petra tersenyum geli lalu beranjak dari kursi untuk segera melakukan konfirmasi yang akan disampaikannya pada kolega kepercayaannya untuk mobilisasi usahanya.

Joan langsung mendongak dan menatap tubuh kekar pria itu yang terlihat menjauh kearah depan dimana layar presentasi sudah merubah slide pembahasan disitu.

“Selamat pagi semuanya. Saya minta maaf atas keterlambatan hari ini. Sebelum saya memulai, ada baiknya saya memperkenalkan seorang wanita cantik yang sedang duduk disamping ayahnya. Mungkin kalian sudah diperkenalkan sebagai putri dari pemilik NataExim.Tbk yang kedepannya akan meneruskan perusahaan ini”, ucap Petra sambil menunjuk Joan dimana spontan semua pasang mata tertuju kearahnya. Shit!

Christian memberikan kekehan geli melihat aksi Petra dan Joan yang mulai gelisah dengan apa yang ingin disampaikan Petra didepan banyak orang sekarang.

Ms. Joana adalah tunanganku. Dengan kata lain dia adalah calon istriku”, ucap Petra dengan nada lantang dan semua pasang mata kembali menoleh kearahnya. “Jadi aku harapkan untuk orang-orang yang ada disini, khususnya kepada para intern muda... jangan pernah menatapnya lebih dari tiga detik, apalagi mendekatinya karena aku tidak akan segan-segan untuk menghajar kalian”.

Deg! Suara Petra barusan terdengar tegas dan penuh ancaman meskipun dia memberikan ekspresi santai saat mengucapkannya. Nyatanya semua langsung menganggukkan kepala lalu Petra tersenyum dan dia memimpin rapat itu dengan gaya CEO-nya seolah tidak ada apa-apa barusan.

Oh dear... Joan merasakan degupan jantungnya yang tak beraturan seakan nafasnya ikut memberat. Terlebih lagi dia bisa mendengar bisikan penuh nada geli dari ayahnya.

“Red code... red code..”.

Sial!


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Mendadak kangen sama Tian 😍

Ini kasih foto sih abang yang tumbenan pake baju...😅😅😅




P.S.
Setelah part ini aku bakalan slow lagi yah untuk Petra.

Mau fokus ke Hyun dulu.
Terus kebaperan sama Noel juga 😣

See ya, genks!


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top