Part 4 - The first date

WARNING: BAPER CONTENT 😂

Surprise untuk fans garis keras Petra.

Happy Reading 💋




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷




Petra mengagumi wajah Joan yang tersenyum saat ini. Wanita itu cukup menikmati perjalanannya sejauh puluhan kilometer selama dua jam dimana Petra sampai berhasil membawanya ke Bogor. Well... bahkan Petra tidak tahu kalau mereka bisa tiba di kota itu tanpa berpikir kalau hari ini dia akan mengajak Joan sampai sejauh itu.

Dia memang tidak begitu tahu jalanan ibukota yang menjadi kampung halaman wanita itu. Tapi dengan adanya Joan yang duduk dibelakangnya sambil memeluknya tadi membuat Petra tidak ingin menyia-nyiakan kebersamaan mereka disitu. Sehingga tibalah mereka di sebuah restoran yang menyajikan makanan western yang terlihat karena Petra merasa lapar.

Nyatanya, wanita muda yang sedang duduk dihadapannya melahap salmon steak-nya dengan cepat seolah dia sudah dua hari tidak bertemu makanan. Petra sampai menghentikan aksi makannya untuk memperhatikan sikap makan Joan yang begitu santai tanpa merasa risih diperhatikannya.

"Kau kelaparan?", tanya Petra dengan senyuman lebar.

"Tidak", jawab Joan dengan mulut penuh.

"Tapi kau makan seperti orang kelaparan", balas Petra langsung.

Joan mengunyah sambil menatap Petra dengan mata bulatnya yang jernih. "Memangnya kenapa? Apa hal ini akan mengubah cara pandangmu terhadapku?".

"Maksudmu?".

"Cara makanku mengerikan. Bukankah hal ini akan membuat pria manapun akan kabur dan minatnya langsung hilang?".

Glek! Petra mengangkat alisnya dan menatap Joan tidak percaya, seketika itu dia tertawa terbahak-bahak mendengar alasan Joan barusan. Dia sengaja memakan dengan cara seperti itu hanya untuk membuatnya ilfil? Begitu maksudnya? Astaga! Wanita ini benar-benar menggemaskan, pikirnya.

"Aku bahkan berpikir kalau kau sangat unik. Kau berani menjadi diri sendiri tanpa mempedulikan ada orang yang melihat cara makanmu yang tidak biasa. Itu adalah nilai lebih. Sayang sekali usahamu untuk membuat minatku berkurang tidak berhasil", ucap Petra lalu kembali menekuni makanannya sambil tetap melihat ekspresi Joan yang mencibir tapi tetap melahap makanannya.

"Omong-omong, kau itu teman lamanya kakakku?", tanya Joan kemudian.

Petra mengangguk. "Kami sudah berteman hampir sepuluh tahun. Ada apa?".

Joan menopang dagunya sambil berpikir sejenak dan itu semakin membuat Petra gemas. Kenapa semakin diperhatikan, wanita itu semakin menarik perhatiannya saja? Wajahnya yang terkesan polos dan masih sangat muda itu membuat Petra tidak sabar untuk melihat bagaimana ekspresinya saat Joan berada dibawah tindihannya. Oh, shit! Petra sudah tidak sabar untuk mendapatkan Joan seutuhnya.

"Tidak apa-apa. Aku hanya tidak habis pikir kalau orang seumuran kakakku bisa mendekati wanita sepertiku", jawab Joan sambil mengangkat bahunya.

Alis Petra terangkat. "Memangnya ada yang salah dengan wanita sepertimu?".

"Pria sepertimu sudah pasti memiliki banyak wanita. Malah aku dengar kau pernah mendekati kak Alena. Aku justru tidak heran jika seleramu dengan kak Joel itu adalah wanita sehebat kak Alena karena memang dia sangat luarbiasa. Tapi aku?", ucap Joan sambil menunjuk dirinya sendiri. "Aku bahkan baru berusia 21 tahun dan tidak berpengalaman. Tidak seksi. Tidak menarik. Tidak seperti kebanyakan wanita diluaran sana yang memiliki daya tarik untuk memikat pria-pria bajingan sepertimu. Bahkan aku saja ditolak oleh teman kecilku dan lebih memilih sahabatku sendiri yang mengkhianatiku dengan menyimpan kebohongan dibelakangku selama ini".

Petra bisa menangkap nada sedih dan kecewa dalam suara Joan meskipun dia menyampaikan perkataan itu dalam ekspresi ceria seolah tidak ada beban.

"Kenapa kau merendahkan dirimu sendiri?", tanya Petra heran.

"Aku tidak merendahkan diri. Aku bicara tentang kenyataan", jawab Joan langsung.

Petra terdiam dan menaruh pisau garpunya sambil mengepalkan kedua tangannya sebagai sandaran dagunya. Dia memperhatikan ekspresi datar Joan yang terlihat seperti menahan sesuatu, seolah hal yang akan dia luapkan karena sudah menahannya sedaritadi.

"Kalau boleh jujur aku juga bingung. Aku tidak pernah memiliki pengalaman dengan seorang gadis muda sepertimu. Tapi saat aku melihatmu pertama kali di pernikahan kakakmu waktu itu, saat aku menanyakan sesuatu dan kau membalas seadanya lalu memberikan ekspresi tidak suka padaku dengan wajahmu yang menggemaskan itu, spontan hatiku berdesir dan aku yakin kalau kau adalah wanita masa depanku", ucap Petra jujur.

"Apa kau pedophil?", tanya Joan langsung.

Shit! Petra langsung mengerutkan alisnya menatap Joan dengan tatapan tidak terima.

"Tentu saja tidak! Memangnya kau itu anak dibawah umur?!", sahut Petra dingin.

Joan mengerjap lalu mengangguk pelan. "Okay, kau bukan pedophil. Cukup katakan dengan baik-baik tanpa perlu memberiku tatapan menyeramkan seperti itu".

Petra menghela nafas lalu mengusap wajahnya keras-keras. Baru kali ini dia mendapatkan tuduhan yang tidak menyenangkan. Pedophil? Astaga! Bahkan dia benci dengan anak-anak dan berpikir kalau mahkluk kecil itu adalah pengganggu!

"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud untuk menakutimu", ucap Petra dengan suara bergumam.

Joan melumat bibirnya lalu mengangguk, terlihat bersalah. "Aku juga minta maaf, tidak sepatutnya aku menanyakan hal yang tidak sopan".

"Pada intinya aku sudah mencintaimu, Joana. Terlepas kau percaya atau tidak, aku mencintaimu. Selama tiga tahun ini aku sudah mengawasimu dan menjagamu dari kejauhan", ucap Petra lugas dan penuh penekanan.

Joan terdiam lalu kembali mengangguk.

"Apakah kau yang membantuku memberikan duduk saat aku terpaksa harus menaiki bus untuk pulang disaat bus sedang penuh sekitar satu tahun lalu?", tanya Joan kemudian.

Petra yakin kalau saat itu adalah ide dari Luke, orang suruhannya yang ditugasinya untuk mengikuti Joan kemanapun wanita itu pergi. Luke pernah melaporkan kalau Joan hampir terjatuh karena terdorong dan lalu Luke mengancam salah satu anak muda untuk bangun dan memberikan tempat duduknya kepada Joan kala itu.

"Ya. Itu orang suruhanku yang menjagamu", jawab Petra sambil mengangguk.

Joan menatapnya dengan tatapan tertegun lalu buru-buru memberikan ekspresi datarnya yang terlihat gelisah.

"Apa kau juga yang mengirimkan sebuah taksi saat aku harus pulang tengah malam setelah membantu temanku mengerjakan tugas kelompok dirumahnya waktu itu?", tanya Joan lagi.

Supir taksi itu bahkan adalah Darren, orang kepercayaannya dimana dia saat itu kebetulan sedang berada di London dan geram melihat betapa bodohnya Joan harus berbuat baik kepada seorang teman yang memanfaatkan kebaikannya.

"Ya. Itu Darren, orang kepercayaanku", jawab Petra sambil mengangguk kembali.

"Dan mengirimkanku satu set late dinner berupa sup krim jagung dan garlic bread setelahnya?", tanya Joan lagi dengan alis terangkat.

Petra kembali mengangguk. "Itu aku".

Joan tertegun lalu mengusap keningnya pelan. "Lalu soal dimana mobilku yang tiba-tiba bannya pecah dijalanan saat aku pulang dari kampus...".

"Itu karena ada yang iseng padamu. Kau menolak pria brengsek yang merasa menjadi pangeran kampus bernama Thomas itu dan dia menyuruh teman-temannya untuk mengerjaimu dengan menaruh sebuah paku di ban mobilmu", sela Petra dengan suara geram. "Setelah itu, ada Luke yang datang menyamar sebagai orang sipil yang kebetulan lewat dan menawarkan bantuan padamu".

"Dan kau melakukan sesuatu pada Thomas dan teman-temannya sehari setelah insiden mobilku", tebak Joan langsung dan Petra pun mengangguk.

"Aku tidak terima perlakuan mereka dan sudah sepantasnya mereka menerima akibat yang disebabkan oleh mereka sendiri", balas Petra.

"Tapi tidak perlu sampai menghajar mereka habis-habisan dan terbaring koma di rumah sakit selama dua minggu", timpal Joan dengan ekspresi ngeri.

"Itu lebih baik daripada mereka mati, karena jika mereka mengulanginya lagi, sudah pasti nasib mereka tidak akan sebagus itu", balas Petra tanpa ekspresi.

"Okay, kau mulai membuatku takut", ucap Joan dengan tatapan yang memang terlihat seperti apa yang dia katakan.

Petra malah tersenyum saja sambil menyisir rambutnya dengan jarinya dalam perasaan gusar. Wanita manapun pasti akan ketakutan jika mengetahui apa yang sudah dilakukannya, apalagi gadis muda yang naif dan polos seperti yang ada dihadapannya. Hal ini adalah peer besar untuk dirinya dan sekaligus tantangan tersendiri. Dia akan melakukan apapun agar wanita ini menerimanya apa adanya.

"Aku tahu aku melakukan hal yang diluar dari nalar manusia. Aku memang kurang berempati dan sama sekali tidak merasa harus bersalah jika menghakimi orang-orang jahat. Tapi aku merasakan ketenangan dan sukacita setiap kali melihat dirimu. Entahlah. Aku bingung kalau emosiku seringkali teredam begitu saja setiap kali melihatmu tertawa dan marah jika melihatmu sedih. Seperti itu", ucap Petra jujur.

"Aku tidak mengerti", tukas Joan dengan suara berbisik.

"Pada intinya adalah kau seperti pengendali emosiku, Joana. Kau memberikanku ketenangan saat aku merasa cemas. Kau mengajarkanku arti pengorbanan saat aku merasa tidak rela melihat kau dimanfaatkan oleh oranglain lewat kebaikanmu. Aku sangat tidak terima jika kau diperlakukan tidak adil", sahut Petra dengan mimik wajah serius.

"Tapi kau menyakiti orang", kembali Joan bersuara dalam nada bisikan. Dia terlihat gugup saat ini.

"Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, terutama jika kau disakiti oleh mereka. Itu saja", balas Petra dengan senyuman hangat.

Joan terdiam dan seperti hendak berkata-kata tapi sudah lebih dulu disela Petra.

"Ngomong-ngomong, kau ternyata mengingat semua kejadian itu padahal sudah terjadi sekian lama. Apa kau menyadari kehadiranku sebelumnya?", tanya Petra dengan wajah menggoda.

"Tadinya tidak. Hanya saja kak Joel sering mengingatkanku untuk menjauhimu. Lalu saat melihatmu kemarin, aku mengingat berbagai kejadian yang mengesankanku dan berpikir itu pasti dirimu", jawab Joan kemudian.

Bajingan itu benar-benar berniat untuk menghalangi jalannya untuk mendekati adiknya, rutuk Petra dalam hati. Tapi dia tidak peduli apa yang akan dilakukan Joel padanya, yang jelas dia akan membuat Joan menyukainya.

"Jadi, kau percaya dengan perkataan kakakmu atau apa yang sudah terlihat jelas dimatamu?", tanya Petra santai sambil meraih gelas minumannya lalu meneguknya.

"Terlepas dari sorot mata tajammu yang terkesan dingin serta penampilanmu yang seperti dewa Yunani dalam balutan pangeran angkuh, kau memang terlihat seperti bajingan tapi aku menilaimu orang baik", jawab Joan dengan tatapan menerawang lalu kembali menunduk untuk menekuni makanannya.

Ah, kenapa dia harus bersikap semanis ini? Petra hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak segera memeluknya dan menciumnya sekarang, dia teringat dengan betapa manisnya bibir Joan yang beraroma strawberry kala itu.

Dalam hatinya Petra membatin apakah semua ini karena kesabarannya menunggu Joan sehingga dia mengabaikan semua wanita yang mendekatinya dan pensiun dari julukan orang terhadapnya dengan sebutan ladykiller? Bahkan dia lupa kapan seks terakhirnya. Fixed! Ini sebuah prestasi terbesar dalam hidupnya. Menahan diri selama beberapa tahun hanya untuk seorang wanita muda yang polos seperti ini.

"Setidaknya aku mendapat predikat baik dimatamu. Aku cukup senang. Terima kasih", ucap Petra kemudian dengan suara lembut.

Joan mendongak sambil mengunyah dan menatap Petra dengan alis berkerut. "Memangnya kau tidak pernah dipuji baik oleh oranglain?".

"Tidak begitu banyak. Dan aku tidak mempedulikan pujian dari oranglain. Aku hanya peduli dengan penilaianmu padaku", balas Petra hangat.

Alis Joan semakin berkerut. "Apa kau bermaksud untuk menggodaku?".

"Katakanlah begitu jika kau tidak percaya padaku. Yang jelas aku senang kau mengatakan kalau aku itu orang baik", sahut Petra sambil mengangkat bahu dengan santai.

Joan terdiam sesaat lalu menggeleng pelan sambil bergumam. "Kau sangat bodoh".

Tidak ada satu wanita pun yang pernah mengatainya bodoh, bahkan ibunya sekalipun. Kalaupun ada, Petra akan melakukan sesuatu karena berani mengatainya dan membuat orang itu menyesal. Tapi kali ini Petra hanya terkekeh dan menikmati wajah cemberut dari Joan yang sedang menusuk salmonnya dengan garpu lalu memakannya. Kembali Petra menikmati kebersamaannya hari ini dan berharap kalau kedepannya akan semakin lebih mudah.

Dia yakin kalau dia akan mendapatkan wanita itu dalam waktu dekat.

Mereka sempat mengobrol selama beberapa saat sambil menghabiskan makan sore yang mendekati makan malam itu, mereka pun keluar dari restoran itu dan sudah ada Darren yang menunggu disitu.

Petra menyerahkan kunci motornya kepada Darren dimana dia membimbing Joan kearah sebuah mobil sport berwarna putih yang sudah terparkir di depan restoran itu.

"Kita tidak pulang dengan motormu lagi? Dan kenapa sudah ada mobil dan orang itu sepertinya aku kenal?", tanya Joan dengan mimik wajah bingung sambil menoleh kearah Darren yang membungkuk hormat kearahnya.

Petra tersenyum sambil membimbing Joan untuk masuk ke kursi penumpang dengan pintu yang sudah dibukakan sedaritadi.

"Aku tidak ingin kau sakit kalau harus pulang dengan menaiki motor seperti tadi", jawab Petra ramah sambil menutup pintu mobilnya.

Petra menyuruh Darren untuk membawa motornya dan ada dua mobil sedan berwarna hitam yang sudah berbaris tepat di belakang mobilnya. Petra pun segera masuk ke dalam bangku kemudi dengan Joan yang terlihat banyak pertanyaan padanya.

"Apa itu adalah orang suruhanmu untuk menguntitku?", tanya Joan langsung tanpa basa basi sambil menunjuk kearah Darren yang sedang menaiki motor besarnya.

Petra tertawa lalu mencondongkan tubuhnya kearah Joan untuk memakaikan sabuk pengaman padanya. "Bukan menguntit. Tapi mengawasi".

"Apakah mereka juga mengikuti kita sampai kesini?", tanya Joan lagi dengan alis berkerut bingung dan terlihat ingin tahu secara bersamaan.

Petra mengangguk sambil memakai sabuk pengamannya sendiri. "Mereka selalu ada bersamaku dan hal itu memudahkanku untuk mengganti kendaraan seperti saat ini".

"Jadi kau selalu membawa bodyguard untuk menemanimu?", tanya Joan kembali.

Petra terdiam sesaat lalu menoleh kearah Joan dengan tatapan lembutnya. Dia merasa senang dengan rasa ingin tahu yang cukup besar dari wanita itu dengan memberikan pertanyaan bertubi-tubi padanya.

"Mereka sudah bisa dibilang orang kepercayaanku yang memiliki keahlian setara dengan agen rahasia yang menguasai beladiri, mengerti teknologi canggih dan kompeten dalam bidang seperti mengawasimu dari jauh tanpa ada satupun yang mampu menyentuhmu. Seperti itu", jawab Petra sambil mengusap pipi Joan dengan lembut.

Mendapati aksi Petra barusan, spontan Joan menjauh dari sentuhannya dan mengerutkan alisnya tanda tidak setuju dengan apa yang dilakukannya.

"Jangan menyentuhku sembarangan. Cukup sekali saja waktu itu kau dengan lancang mengambil ciuman pertamaku", tegur Joan dengan tatapan tegas.

Alis Petra terangkat lalu tersenyum saja. Dia menyalakan mesin lalu melajukan kemudinya. Dari balik kaca spionnya, dia bisa melihat kedua mobil orang kepercayaannya mengikutinya dari arah belakang.

Tidak ada perbincangan kembali karena Petra terlihat fokus menjalankan kemudinya berdasar gps yang terpasang di mobilnya. Dan begitu dia menoleh kearah Joan, well... wanita itu dengan mudahnya terlelap setelah menghabiskan seporsi besar salmon steak tadi.

Petra terkekeh melihatnya, sungguh langka mendapati wanita seperti ini yang bersikap apa adanya tanpa perlu repot-repot memberi image palsu seperti yang dilakukan oleh kebanyakan wanita untuk menarik perhatian dari seorang pria.

Petra menginjak rem dengan pelan saat lampu merah menyala, lalu kesempatan itu dia lakukan untuk mendekati Joan dan mengusap kepalanya dengan lembut disitu. Menatap wajah cantik yang terlihat begitu muda dan polos tapi sanggup membuat degup jantungnya berdetak dua kali lebih kencang.

Dia menikmati pemandangan yang ada dihadapannya tanpa melakukan apa-apa disitu, sampai akhirnya kembali melajukan kemudinya saat lampu hijau sudah menyala. Dia menyalakan musik lembut dalam mobilnya untuk menambah kenyamanan tidur Joan dan bahkan menggenggam erat tangannya sambil menyetir dengan satu tangan.

Bahkan kebersamaan seperti ini saja sudah membuatnya senang. Dia tidak akan membuang kesempatan yang diberikan Christian untuk mendekati putrinya sekalipun Joel mencoba untuk menghalanginya. Sekali lagi. Dia yakin kalau dia akan mendapatkan wanita yang sedang terlelap disampingnya.




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷




Gentleman is you, Petra 👏👏👏



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top