Part 35 - That fucking wicked girl
WARNING : MATURE CONTENT (21+)
Written by : Babang 😎
Account been hacked by babang
Let the author get some sleep early
so she could scream out when she checked her WP in the morning 😂😂😂
🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌🍌
Petra menatap Joan yang baru saja membasahi dirinya di pantai dalam balutan bikini yang mengekspos lekuk tubuhnya secara terang-terangan. Dia bahkan menikmati keindahan pemandangan itu dari balik kacamata hitamnya sambil berbaring santai di bench yang berada tepat di teras rumahnya.
Mereka sudah berada di pulau pribadi miliknya itu selama beberapa hari atau seminggu lamanya. Joan yang sudah tertidur selama lima hari itu terlihat cukup sehat dan mengalami pemulihan yang cepat. Sudah dua hari ini wanita itu sudah sanggup berolahraga dengan berlari pagi dan melakukan workout di ruang gym yang ada dirumahnya.
Barusan wanita itu melakukan surfing dengan terlatih, bahkan dia terlihat menikmati aktifitasnya sendirian dan menyuruh Petra untuk tidak perlu menemaninya. Well... itu ada benarnya juga karena jika berdekatan dengan Joan, Petra yakin kalau dirinya tidak bisa menahan diri lebih lama lagi untuk tidak melakukan apa-apa. Seperti sekarang ini.
Selain karena Joan yang masih belum pulih total, dirinya tidak ingin menyakiti Joan dalam bentuk apapun. Meskipun sebenarnya kebutuhan yang paling utama yang ingin segera dia puaskan adalah libidonya yang kian meningkat. Apalagi jika menatap dan berdekatan dengan Joan.
Jika dulu dia sempat mencibir Joel yang menyukai wanita yang jauh lebih muda dan selalu bercerita tentang wanita itu saat masa pelatihan mereka tanpa sekalipun memberitahukan nama dan siapa wanita itu, kini dia harus menelan ludahnya sendiri dengan menyukai wanita yang bahkan jauh lebih muda dari Alena.
“Aku menyukainya bukan karena dia muda. Tapi karena dia adalah gadis yang kuat dan baik. Pengalaman atau tidaknya bisa diurus belakangan karena dengan kadar bajingan yang kumiliki, kurasa bukan hal sulit untuk membuatnya bisa memuaskanku”, ucap Joel kala itu yang langsung mendapat cibiran Petra.
Sekarang, Petra harus mencibir dirinya sendiri karena merasa semakin menginginkan wanita muda itu dalam bentuk apapun. Joan memiliki kesan tersendiri sebagai seorang wanita. Entah kenapa selama dua hari ini atau setelah dia bangun dari pemulihannya, cara berpakaian dan ekspresi wajahnya malah membuat Petra semakin bergairah. Bisa jadi Petra yang sudah menahan diri untuk tidak melakukan apa-apa setelah mereka memperbaiki hubungan.
Dia bisa melihat kalau Joan kini sudah berjalan menuju kearah rumah dalam keadaan basah kuyup. Petra pun segera beranjak dari duduknya dan menghampirinya dengan membawakan sebuah handuk besar untuk wanita itu.
Joan menggumamkan terima kasih lalu memakai handuk pemberiannya untuk menyeka wajahnya lalu mengeringkan tubuhnya. Otomatis tatapan mata Petra menunduk untuk menelusuri lekuk tubuh wanita itu dari jarak dekat yang membuat nafasnya kian memberat.
Kini Petra paham kenapa para bajingan di luaran sana menyukai wanita yang lebih muda dan masih berumur dua puluhan. Karena bentuk tubuh wanita muda tampak lebih menawan dan menggairahkan. Seperti yang dimiliki Joan.
Kulit Joan terlihat kencang dan padat, kedua payudaranya yang penuh, perut ratanya yang memiliki abs dimana bisa dipastikan kalau wanita itu rajin melatih diri, bokongnya yang membulat sempurna, kedua kakinya yang jenjang itu sanggup membu....
“Hentikan tatapan mesummu, Petra”, tegur Joan dengan nada tajam.
Petra hanya terkekeh sambil mengacak rambutnya sendiri dengan ekspresi seperti anak kecil yang tertangkap basah sudah melakukan kesalahan. “I’m just an ordinary man, baby”.
Joan hanya memutar bola matanya sambil meneruskan aktifitas mengeringkan dirinya, dia sama sekali tidak meladeni Petra sedari kemarin padahal pria itu sudah memberikan kode ‘meminta’ padanya.
Inilah yang dibenci Petra jika sudah menjadi budak cinta. Untuk memuaskan hasrat saja harus menunggu waktu yang tepat atau saat mood istri membaik. Berbeda dengan dirinya yang memilih wanita yang mana saja untuk memuaskan dirinya, bahkan dia tidak perlu repot-repot mencari wanita karena wanita akan melemparkan dirinya kepadanya. Tapi apa boleh buat kalau hatinya sudah mantap pada wanita yang adalah adik dari sahabatnya.
Mengingat ejekan dan cibiran Joel semalam saat mereka melakukan komunikasi untuk pembicaraan lebih lanjut soal penyelidikan kepolisian saat ini, membuat Petra harus mendengus kesal.
“Petra...”
Petra mengerjap saat namanya dipanggil dan dia baru sadar kalau sedaritadi dia hanya terdiam dengan posisi berdiri di ambang pintu dan melamun. Shit! Seorang Petra tidak akan pernah melamun sampai sedemikian bodohnya.
“Ya”, balas Petra sambil berbalik dan mendapati Joan yang sudah menatapnya tajam sambil menyilangkan tangannya.
“Apakah kau mendengarkan apa yang kukatakan tadi?”, tanya Joan kemudian.
Alis Petra berkerut dan mencoba mengingat apakah dia mendengar Joan berbicara saat dia sedang mengingat ejekan Joel semalam? Rasanya tidak.
“Kurasa kau tidak mendengarkan karena kau sibuk dengan khayalan bodohmu”, celetuk Joan ketus.
Wait a minute! Apakah barusan Joan sudah berani mengatainya bodoh? Damn! Kenapa Petra malah kesenangan kalau dia bisa dimaki atau dihina oleh wanita itu?
“Maaf, apa yang kau katakan tadi?”, tanya Petra sambil tersenyum lembut dan menghampirinya.
“Apakah disini ada orang yang bisa memberikanku pijatan? Aku sangat lelah dan ingin menikmati spa”, jawab Joan sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuknya.
Petra mengangkat alisnya. “Ini adalah pulau pribadiku dengan hanya kita saja yang ada disini. Anak buahku berada di sekeliling kita dengan berdiam pada satu kapal dalam beberapa titik di sekitaran pulau ini. Itu berarti kita terisolasi”.
“Kalau begitu bisakah kita keluar dari sini? Aku ingin pulang ke rumah orangtuaku dan menghabiskan waktu bersama ibuku dan kakak iparku untuk memanjakan diri. Kau tahu jelas kalau aku sudah bekerja keras setelah sekian lama”, sahut Joan langsung sambil membelitkan handuk besar itu pada tubuhnya.
Petra mendekatinya lalu merangkul pinggangnya saat Joan mulai menaiki anak tangga menuju ke kamar mereka. “Aku masih ingin berdua denganmu disini. Lagipula disini tenang dan nyaman, memangnya kau tidak suka?”.
“Aku sudah bosan”, balas Joan langsung.
“Kalau kau ingin spa atau menikmati pijatan, aku bisa melakukannya jika kau mau”, ujar Petra sambil menyeringai mengingat usulannya yang barusan terdengar brilian.
Langkah Joan langsung terhenti dan menoleh untuk menatapnya. “Sejak kapan kau bisa memijat? Aku kuatir kalau kau akan memijat di bagian lain”.
“Oh kau tidak tahu saja kemampuanku dalam memberikan pijatan yang akan membuatmu nyaman”, balas Petra langsung.
“Memangnya sudah ada berapa banyak wanita yang kau pijat sampai kau seyakin itu dengan kemampuan memijatmu?”, tanya Joan sambil mengangkat alisnya setengah.
Oh... look at that shitty manner! Petra merasa senang kalau bisa mendapatkan keturunan dari Christian sih raja bajingan dari para ayah dan Miranda sih ratu bengis dari para ibu. Belum lagi kakaknya yang bajingan dan kakak iparnya yang mankiller itu. Joan adalah paket sempurna yang berhasil dimilikinya.
“Aku baru saja berniat untuk menjadi pemijat dan itu khusus untuk seorang wanita bernama Joana Agnesia Christina”, jawab Petra sambil menarik Joan dalam dekapannya dan mengeratkan rangkulannya.
“Petra… aku tidak ingin adanya…”
“Tenang saja. Aku tahu kalau kau masih sakit, aku tidak akan tega melakukan itu jika kau tidak menginginkannya. Janji”, sela Petra halus sambil membimbing Joan untuk menaiki tangga menuju kamarnya.
“Aku tidak yakin kalau kau akan bisa memijatku dengan…”
“Kalau begitu beri aku kesempatan untuk membuktikannya. Jika kau tidak menyukai pijatanku, aku akan berhenti”, sela Petra lagi dengan mantap.
Joan menatapnya dengan mimik wajah curiga lalu dia menghela nafas sambil kemudian mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi tidak lebih dari 5 menit”.
Yes!, pekik Petra dalam hati.
“As you wish, baby”, balas Petra sambil menyeringai penuh arti.
Jika Joan tidak memberikannya kesempatan untuk menyentuhnya, kali ini dia akan mengambil kesempatan yang ada untuk membuatnya… menyerah dengan penolakannya yang katanya dia masih merasa sakit pada lukanya padahal sudah bisa melakukan workout seperti pilates, jogging dan surfing seperti barusan. Apakah wanita itu pikir bisa membodohinya? Yang benar saja.
“Berbaringlah”, ujar Petra mengarahkan ranjang kepada Joan.
Joan mengerutkan alisnya sambil menggeleng. “Aku ingin membersihkan diri dulu. Kalau kau mau, kau bisa membuatkanku minuman lemon hangat sambil menungguku selesai”.
Apakah barusan wanita itu menyuruhnya untuk membuatkannya minuman seolah dirinya adalah pelayan? Bahkan tanpa perlu susah payah menunggu respon darinya, Joan melangkah pergi menuju kamar mandi lalu menutup pintunya begitu saja. Damn!
Petra membasahi bibirnya sambil menilai diri kalau betapa hidupnya sangat berbeda sekarang.
Dia tidak menyangka kalau akhirnya akan benar-benar bisa disuruh oleh oranglain dan melakukan sesuatu untuk seorang wanita meski hanya sekedar membuatkan minuman. Bodoh! Bukankah kemarin dia sudah memasak dan menyiapkan segala macam hal untuk menjaga kenyamanan wanita itu yang dia sebut sebagai perhatian?
Petra berckckck ria dalam hati sambil keluar dari kamar dan kembali turun untuk membuatkan minuman yang diminta Joan. Wanita itu sangat menyukai lemon dengan madu sebagai pemanisnya. Lalu ketika Petra mulai mengaduk minuman yang sudah jadi dalam waktu beberapa menit saja, gerakannya terhenti sejenak karena barusan saja otaknya mengirimkan sebuah ide yang begitu cemerlang. Hmmm… baiklah! Saatnya membalas wanita itu dengan cara yang sepadan.
Dia mengangkat cangkir yang berisi lemon madu itu dan berjalan menuju ke ruangan kerjanya yang berada di lantai atas tepat disamping kamar tidurnya. Dia membuka laci pada meja kerjanya lalu mengambil sebuah botol kecil yang berisikan cairan dan menuangkan setengah isi botol itu pada minumannya. Petra kembali menyeringai sambil menaruh kembali botol kecil itu ke dalam lacinya lalu menutupnya dan kembali ke kamar.
Setelah menaruh minuman itu diatas nakas, dia mempersiapkan ranjang dengan menyusun bantal lalu mengambil satu botol pelembap dengan aroma floral yang dimiliki Joan di meja rias. Ketika dia sudah selesai, Joan pun keluar dari kamar mandi dengan jubah mandi yang menutupi tubuhnya dan rambut yang masih setengah basah.
Joan terdiam melihat apa yang dipersiapkan Petra lalu menoleh kearahnya dengan wajah cantiknya yang tampak begitu segar sehabis mandi. “Kau… sangat totalitas sekali sepertinya”.
Petra tersenyum lalu mengambil minuman yang ada di nakas dan menyodorkannya kearah Joan. “Anything for you, my queen”.
“Terima kasih”, ucap Joan sambil menerima cangkir itu lalu menyeruputnya dengan hati-hati.
Petra hanya bisa tersenyum dalam hati melihat Joan yang meneguk minuman itu sambil berjalan menuju ke ranjangnya.
“Lemon buatanmu enak”, ucap Joan sambil menaruh cangkir yang sudah diminum setengah itu diatas nakas.
“Tanganku ahli dalam membuat apapun”, ujar Petra dengan suara bergumam saat melihat Joan mulai melepas jubah mandinya dan menampilkan tubuh telanjangnya dari arah belakang.
Shit! Petra harus menahan nafasnya saat Joan mulai menaiki ranjang dan memposisikan diri dengan telungkup lalu menoleh kearahnya.
“Lima menit, Petra. Jika aku merasa nyaman dengan pijatanmu, silahkan lanjutan. Jika tidak, kau harus segera menyingkir”, ucap Joan sambil menyamankan posisinya.
Petra melangkah dan mengambil pelembap yang ada diatas nakas, menuang dalam jumlah yang cukup banyak diatas telapak tangannya lalu menangkup kedua telapak tangannya dengan gerakan memutar dan… crap! Rasanya sangat menyenangkan saat dia mendaratkan kedua telapak tangannya yang sudah berlumuran pelembap itu diatas punggung telanjang Joan.
“Aku kuatir kalau kau malah akan sangat menyukai pijatanku nantinya”, ujar Petra kemudian.
Joan tidak menjawab dan hanya ber-hmmm ria saja. Petra memposisikan diri untuk mengapit tubuh Joan yang berada di bawahnya dengan kedua lutut yang berada di kedua sisi tubuhnya. Kedua tangannya mulai bergerak dalam gerakan pelan dan pijatan itupun dilakukannya.
Kulit Joan terasa halus dan kencang di telapak tangannya. Dia bergerak perlahan dari pinggang lalu naik keatas sampai bahu dan kembali ke posisi semula secara bergantian dan berulang-ulang. Bahkan dia bisa merasakan Joan yang menghela nafas lega dan bergumam tidak jelas dibawahnya.
Petra memundurkan posisi untuk bisa mengakses bokong Joan yang membulat indah di bawahnya. Disitu dia mulai berulah untuk memperpanjang jarak pijatannya dari bahu sampai batas bokongnya. Holy to the shitty crap! Petra bahkan bisa merasakan degup jantungnya mulai memburu dan dia sudah menegang keras dibawah sana saat bisa menangkup bokong indah itu.
“Ahhh…”, terdengar suara desahan Joan dan itu membuat Petra tersenyum sekarang.
Sepertinya obat yang dimasukkannya sudah bereaksi. Yeah. Obat perangsang dengan dosis yang cukup lumayan untuk menaikkan hasrat Joan. Kemungkinan terbesar adalah wanita itu akan menuntut untuk dipuaskan dalam kurun waktu tiga sampai empat jam kedepan. Dan bagi dirinya itu bukanlah hal yang sulit karena dirinya sudah sangat siap untuk meluluhlantahkan wanita yang begitu lancang dalam keberaniannya.
“Do you want me to stop? It’s 5 mins already”, tanya Petra dengan suara yang menggoda.
“Mmmm… no! Keep on going, please”, jawab Joan sambil kembali mendesah saat Petra memijatnya pada bagian bokongnya dengan sedikit remasan disitu.
“How was the speed? Enough or less? Or do you need more than this?”, bisik Petra yang kemudian menempelkan sedikit tubuhnya pada punggung telanjang Joan dan sengaja mendaratkan ketegangannya diantara belahan bokongnya yang padat itu.
“Ah… Petra… Ughhh”, desah Joan sambil menggigit bibir bawahnya saat Petra berbisik di telinganya dan menyemburkan nafas hangatnya disitu.
“What? Apakah pijatanku kurang bagimu?”, tanya Petra dengan suara yang kembali berbisik dan itu membuat Joan mengerang pelan sambil menaikkan tubuhnya sedikit lalu berpaling kearahnya.
Sorot mata Joan menampilkan gairah yang berkilat, kedua pipinya merona dan nafasnya memburu. Pemandangan itu sangat disukai Petra dan dia merutuki dirinya sendiri kenapa hal seperti ini tidak terpikirkan olehnya sejak kemarin?
“You are truly an asshole, Petra”, ucap Joan dengan suara tercekat dan dia mengerang saat Petra mulai mengusap satu payudaranya dari arah belakang lalu meremasnya dengan gemas.
“Am I?”, balas Petra dengan alis terangkat setengah lalu mencium bahu Joan dan menyesap kulitnya dengan kencang.
“Ahhhh… You did something to me! Ahhh…”, erang Joan dengan gelisah saat Petra mulai menggigit kulit bahunya sambil terus meremas payudaranya.
Payudara Joan terasa penuh dalam remasannya, tubuh wanita itu terasa panas oleh kilatan gairah yang mulai menyebar di sekujur tubuhnya, dan desahannya kian memberat seolah menuntut Petra untuk segera memuaskannya.
“I told you I have so much talent with my hands, baby. Don’t you get it?”, goda Petra kembali lalu membalikkan tubuh Joan agar menghadap kearahnya dan dia membuka kaos yang dikenakannya.
Joan menggigit bibir bawahnya saat melihat tubuh bidang Petra yang terpampang jelas di hadapannya dan dia menangkup kedua pipi Petra dengan kedua tangannya yang gemetar lalu mencondongkan tubuhnya untuk mencium bibir Petra. Shit! Ciuman wanita itu begitu dalam dan liar. Begitu rakus dan penuh kendali dalam rongga mulutnya.
Wanita itu bahkan tidak memerlukan waktu untuk menarik diri sekedar mengambil nafas karena deruan nafasnya yang semakin memberat di sela-sela ciumannya. Petra pun dengan senang hati membalas ciuman itu tidak kalah liarnya dan mengimbangi ritme ciuman yang dimainkannya.
Setelah Petra cukup memberikan waktu untuk wanita itu menciumnya, kini Petra menangkup kedua bahu wanita itu dan mendorongnya untuk merebah kembali. Saatnya memberikan pelayanan untuk kedua payudaranya yang membesar dengan kedua puting mungil berwarna merah mudanya yang sudah menegang keras.
Petra menunduk dan menangkup satu payudaranya lalu membuka mulutnya dan memasukkan satu putingnya ke dalam mulutnya. Sungguh sangat menyenangkan melakukan pekerjaan seperti ini. Kedua tangannya yang sibuk meremas dengan mulut yang sudah menjilat, menghisap dan menggigit secara bergantian di kedua payudara itu seolah Petra ingin berlaku adil pada sepasang payudara terindah yang pernah disentuhnya.
“Engghhhhh… Petra… Ahhh…”, desah Joan sambil menggeliat dalam rengkuhannya.
Yes! Petra semakin memperdalam cumbuannya melihat kegelisahan Joan yang mulai tidak sabaran. Desahannya semakin sering dan mengerang tidak karuan. Bahkan dia melengkungkan tubuhnya agar Petra bisa leluasa menjelejahi tubuhnya.
“Ahhhh… Petra… please… please….”, racau Joan dengan suara memohon dan mulai meremas lengan berotot Petra dengan kencang.
Cumbuan Petra mulai berpindah posisi untuk semakin turun dengan jejak basah yang ditinggalkannya dan hisapan yang menghasilkan tanda merah di sekujur tubuhnya sepanjang perjalanannya menuju ke titik sensitif wanita itu yang obviously sudah sangat basah.
“You’re so drenched, baby”, ucap Petra dengan suara parau.
Dia mengarahkan jari tengahnya untuk menelusuri kewanitaan Joan yang basah dalam gerakan pelan, dari atas sampai ke bawah, menyentuh klitorisnya yang sudah membengkak karena gairah dan menyusuri sampai ke bawah dengan kelembapan yang mengalir dari tubuhnya. Lalu dia memainkan telunjuk dan jari tengahnya dengan gerakan menggelitik pada tubuh Joan sehingga membuat wanita itu semakin menggila,
“Oh my God! Ahhhh… Petra.. Ahhhh…. Please… enggghhhh", erang Joan yang sudah semakin gelisah sambil melebarkan kedua kakinya dan menaikkan pinggulnya agar Petra segera memuaskan hasratnya yang akan segera meluap.
“Now you want me to make you come, don’t you? How hard that you want? Do you want me to make it fast and deep?”, ucap Petra dengan suara mengetat.
Joan menjerit pelan saat Petra melancarkan dua jarinya ke dalam tubuhnya yang... shit! Masih sangat sempit bahkan untuk kedua jarinya disitu. Dia meliukkan lidahnya diatas klitorisnya dengan dua jari yang memompa cepat dan dalam sampai Joan mengerang kencang.
Wanita itu sudah mencapai klimaks yang begitu panjang yang pernah didengarnya. Apakah Joan akan seliar ini jika di bawah pengaruh obat perangsang? Saat bercinta dengannya untuk pertama kali dan seterusnya, Joan tampak begitu lembut dan terdengar pelan saat orgasme. Itu saja sudah cukup membuatnya menggila. Tapi sekarang? Wanita itu tampak berbeda. Dia begitu bernafsu.
Hmmm... Joan begitu manis dan hangat. Begitu kuat namun rentan disaat yang bersamaan. Erangannya yang kasar terdengar bagai lantunan lagu yang indah di telinga Petra. Dia menyukai bagaimana reaksi tubuh Joan yang terjadi karena sentuhannya. Jilatannya membuat wanita itu semakin bergeliat dan Joan meracau tidak jelas disana.
Desahan dan erangan memenuhi kamar itu. Petra pun merasa tubuhnya lebih keras dari yang pernah diingatnya pernah terjadi padanya dan saat ini, Petra ingin membenamkan dirinya dalam tubuh Joan.
Kemudian Petra menarik kedua jarinya dan menghentikan hisapannya di bawah sana. Dia menegakkan tubuhnya lalu membuka celananya beserta boxernya sambil mengawasi tatapan Joan yang memperhatikan dirinya saat ini.
Kemudian, dia meraih Joan untuk menggapai bibirnya dan mereka berciuman dengan kalap. Tangannya mulai mencari dan meremas sambil dirinya mendekatkan diri untuk melakukan penyatuan. Oh shit! Nafas Petra memburu saat kejantanannya meluncur diatas celah panasnya dan melesak masuk ke dalam sana. Dia menggoyangkan pinggulnya dan mulai melakukan gerakan maju mundur yang teratur.
Setiap gesekan di klitorisnya memancing erangan. Lagi dan lagi. Hal itu membuat Joan ikut menggoyangkan pinggulnya untuk mencapai Petra lebih dalam. Holy fuck!
“Ahhh...ahhhh”, erang Joan sambil mengulaikan kepalanya ke samping.
Petra bisa melihat degup jantung Joan yang berdetak kencang dengan denyutan yang terlihat jelas dari posisinya, kedua payudaranya mengayun lembut seiring tarikan nafasnya yang memburu, wajahnya yang merona karena gairah dan dia tampak begitu seksi. Sangat sensual.
“Yes baby... feel the depth of me! Do you like it, huh?”, desis Petra dengan suara mengetat.
Joan mengangguk dan tidak mampu menjawabnya. Dia terus mendesah dengan suaranya yang parau dan menggeliat gelisah.
“Tell me... do you want me to fuck you deeper or faster?”, tanya Petra sambil mendesakkan dirinya ke dalam tubuh Joan yang sempit itu.
“F... fuck me deeper... and then make it faster!!!”, jawab Joan dengan susah payah.
Sial! Jawaban Joan malah membuat Petra semakin mengeras dan semakin gila oleh gairahnya yang sudah sampai batasnya. Dia pun mendorong masuk kejantanannya lebih dalam dan dalam lalu menghentak-hentak didalamnya.
“Ahhh... Petra...", erang Joan dengan sebuah rintihan yang terdengar serak dan memohon disaat yang bersamaan.
“Say it again”, ucap Petra dengan nafas terengah-engah sambil terus bergerak masuk dan keluar dari tubuhnya.
“Petra!! Ahhh... Petra!!”.
Petra ingin mendengar suara rintihan Joan lagi dan lagi. Dia pun mengangkat tubuhnya hingga berlutut dan mulai mendorong ke dalam tubuhnya dengan lebih teratur. Begitu cepat dan semakin dalam.
“I will never get enough of this, baby!”, ucap Petra dengan suara tercekat.
Dia sudah dekat dan ingin menahan sedikit lagi. Sudah cukup lama rasanya Petra merasa jauh dari wanita itu dan semua imajinasi liarnya saat menjauh dari Joan tidak setara dengan apa yang dilakukannya saat ini. Tiga tahun menunggunya dan tiga tahun menahan diri. Semua itu bukanlah waktu yang singkat.
“I want you to be like this everyday! You want me to fuck you harder. You beg me to make you come. You scream my name outloud when you released. Or you on your knees sucking my dick”, ujar Petra sambil terus memompa tubuh Joan dengan kecepatan yang sama sekali tidak melamban melainkan semakin tinggi.
Joan menatapnya dengan wajah yang begitu bernafsu dalam rona merah pada kedua pipinya. Sangat cantik. Dia melingkari pinggang Petra dengan kedua kakinya untuk menjepit dirinya seolah memperdalam hunjaman Petra pada tubuhnya. Kedua tangannya pun melingkari leher Petra lalu membalas tatapannya dengan sayu.
“Getting close, baby”, bisik Petra dengan parau.
Joan mendesah dengan suara tertahan. Dia begitu menikmati apa yang diberikan Petra padanya saat ini. Petra tahu bahwa wanita itu sudah sangat dekat dan akan segera meledak.
“Let go, Joana. Come all over me”, kembali Petra berbisik sambil terus mempercepat gerakannya.
“Oh dear... ! Petra!!!”, erang Joan dengan rintihan yang terdengar semakin gelisah.
Ketika Petra memperdalam gerakannya dalam satu hentakan keras, sampai tubuh Joan terangkat dari ranjang dengan setiap dorongannya. Disitu Joan meneriakkan namanya dengan keras dan Petra sudah tidak bisa menahan diri lebih lama lagi.
Joan meredam jeritannya di lekuk leher Petra ketika tubuhnya berdenyut kencang di bawah sana mencengkeram erat sepanjang kejantanannya. Petra merasakan hawa panas menjalar di sekujur tubuhnya bersamaan dengan pelepasannya yang begitu dalam dan keras. Shit! Barusan adalah seks paling indah yang pernah dirasakannya.
Setelah itu, Petra menunduk untuk mendekatkan wajahnya pada hidung Joan dimana nafas mereka yang memburu saling bertubrukan. Mereka saling bertatapan dalam deru nafas yang sama dengan penuh arti.
Mulut Petra terasa kering, otot-ototnya melemas dan dia kelelahan. Namun menyenangkan dan begitu menggairahkan.
“Holy fuck”, ucap Petra dengan suara berbisik.
“You did something to me, right?”, tukas Joan dengan sorot mata sayu dan wajahnya yang begitu merona membuatnya terlihat begitu cantik.
“I just did what you want and what we need for both of us”, balas Petra sambil mengedipkan sebelah matanya.
“You’re such a prick”, sahut Joan lalu mendorong Petra agar menjauh dan melepaskan penyatuan tubuh mereka.
Petra terkekeh geli melihat Joan yang beranjak dari ranjangnya lalu berjalan menuju ke kamar mandi. Dia pun merebahkan dirinya untuk sekedar memejamkan matanya sambil menaruh kedua tangannya keatas sebagai sandaran kepalanya.
Baru saja dia menarik nafas dan matanya yang masih terpejam karena mulai memberat, dia tersentak kaget. Shit! Sesuatu yang hangat dan basah terasa di sepanjang kejantanannya yang masih menegang karena ledakan gairah barusan. Dia membuka matanya dan menunduk untuk melihat apa yang terjadi.
Joan yang sudah mengikat rambutnya dalam satu bundelan sederhana kini sedang menggerakkan mulutnya dari atas dan ke bawah lalu berulang di sepanjang kejantanannya. Lidah Joan berputar-putar dan giginya menggores lembut pada ketegangan Petra dalam setiap gerakannya.
Tangan Joan mengusap bola kejantanannya dan Petra mengerang saat wanita itu menggenggam erat kejantanannya yang sudah kembali mengeras dengan sempurna di telapak tangannya lalu memberikan gerakan naik dan turun secara berirama. Damn!
“Oh.. hello, little sucker”, ucap Petra dengan suara parau.
“It’s my turn to suck you hard, pervert! Anggaplah sebagai tambahan imajinasi liarmu saat menginginkanku! Aku... yang menghisapmu dan menjilatimu sampai kau nyaris kehabisan nafas”, tukas Joan dengan sorot mata berkilat dan ekspresi wajah nakalnya yang bergairah sambil dengan sengaja memainkan lidahnya diatas kepala kejantanannya.
Damn that fucking wicked girl!
🍌🍌🍌🍌🍌🍌
Biasa aja bacanya.
Jangan sambil nelen ludah.
Bagaimana olahraga jantung kalian hari ini?
Babang rasa cukup sehat yah.
Ingat, langsung bobo dan jangan begadang yah.
Apalagi main tangan... ooppss 🤔
Go sleep now, pervert!
Petra masih kalah jauh sama babang.
Lihat nih babang.
Selama beberapa hari ini babang akan menemani kalian.
Nggak pake lama kok.
Setelah babang puas ngerjain cowok2 kece authormu, maka babang akan kembali ke asal babang.
Yaitu : Imajinasi reader hornian yang pas baca ini langsung mesem-mesem gitu.
Brb makan pisang 🍌🍌🍌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top