Part 29 - Who the hell is she?


Kalau di parts sebelumnya terkesan melow dan bikin sedih.

Kita ngegas di part ini karena...
Membuat tokoh cewek yang lemah dan nggak bisa ngapa-ngapain bukanlah keahlian author 😎

Happy Reading 💋


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Petra yakin kalau yang baru saja melempar granat dari arah luar itu bukanlah pihak Eagle Eye. Dia juga yakin kalau posisi mereka berempat masih berada di tempat yang jauh karena belum ada satu jam mereka melakukan komunikasi seperti barusan.

Meskipun mereka bisa saja melakukan penyerangan dari jauh, tapi Petra tahu kalau mereka tidak akan bertindak seperti itu apalagi ada Joan bersamanya.

Ini sudah pasti adalah orang lain dan... benar saja. Tepat di depan jendela yang sudah terpecah belah, disitu tampak berdiri seorang wanita bermata biru waktu itu sedang menatap tajam kearahnya lalu kepada Joan yang ada dalam lindungannya. Shit!

Semua orang kepercayaannya sudah datang dan mengerubungi wanita itu dengan Darren yang memimpin mereka untuk mengarahkan senjata kepadanya.

Wanita itu seakan tidak menggubris dengan segerombolan orang kepercayaannya yang sudah dalam posisi menyerang. Tatapannya begitu tajam menatap kearah Joan dengan tatapan menilai. Petra pun menyipitkan matanya untuk melihat siapa sebenarnya wanita yang menutup wajahnya itu. Rasa penasarannya semakin berkembang dengan insting familiarnya yang sudah berjalan.

"Jadi kau datang untuk mengincarku setelah menolongku?", cetus Petra dengan tajam.

Dia beranjak sambil meraih Joan dan mengarahkan wanita itu untuk bersembunyi di balik tubuhnya. Dia melirik sekilas kearah Joan yang sedang menatap kearah wanita itu dalam sikap diamnya seolah dia merasa sedang diperhatikan juga. Lalu dia kembali menoleh kearah wanita itu.

"Aku datang untuk dia", tukas wanita itu dengan suara lantang sambil menunjuk kearah Joan.

Alis Petra berkerut. Penutup wajah yang dipakai wanita itu sudah pasti menyamarkan suara yang sebenarnya karena saat wanita itu bersuara, itu terdengar seperti suara dubbing lewat speaker khusus untuk merubah intonasi pita suara.

"Apa yang kau inginkan darinya? Dia adalah milikku dan jangan harap kau bisa mengambilnya dariku", ujar Petra dingin.

Wanita itu bertolak pinggang seolah meremehkan ucapan Petra barusan. Dia terdengar seperti tertawa sinis lalu mengarahkan tatapannya kearah para penjaganya.

"Mundurlah. Aku tidak ingin adanya korban disini. Aku hanya ingin menyelesaikan satu tugas yang sudah diberikan padaku sekarang yaitu membawa wanita itu!", ucap wanita itu sengit.

Petra menggenggam erat tangan Joan sambil menariknya mundur agar menjauh dari jangkauan wanita itu dan Darren beserta orang-orangnya mulai bergerak untuk melindungi posisi mereka. Tatapannya sama sekali tidak beralih pada wanita itu yang membalas tatapannya dengan tajam seolah ingin menghabisinya.

"Aku sudah bilang kalau aku tidak akan membiarkanmu untuk mengambilnya", ujar Petra mengulangi perkataannya.

Sedetik kemudian tanpa berkata apa-apa lagi, Petra mengambil sebuah pistol dari salah satu anak buahnya dan menembak tepat kearah wanita itu. Secepat kilat, wanita itu langsung menghindari tembakannya dan Petra langsung menarik Joan untuk keluar dari kamar itu dengan membiarkan para anak buahnya bekerja untuk mengalihkan perhatiannya.

Dia menggenggam dengan erat pergelangan tangan Joan dan mengumpat pelan saat mendengar rintihan pelan dari Joan karena kakinya yang masih terluka. Dia pun segera mendapatkan sebuah sendal hotel yang ada lalu memakaikannya pada Joan dan kembali menariknya untuk berlari, sementara suara tembakan mulai terdengar bersahutan disana.

Ketika dia sudah mencapai pintu arah keluar dengan adanya sebuah kotak kecil di samping tembok, dia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah sandi disitu lalu menempelkan ponsel itu pada kotak itu. Setelah berbunyi bip sekali, itu tandanya dia harus segera meninggalkan penthouse itu dalam waktu tiga menit.

Dia merasakan cengkeraman erat pada lengannya dan langsung menoleh pada Joan yang kini sedang menggelengkan kepalanya tanda tidak menyetujui apa yang dilakukannya. Seolah dia mengerti apa yang akan terjadi jika tidak meninggalkan tempat itu.

"Main rule untuk setiap adanya penyerangan yang tidak diperlukan, maka aku harus menghancurkan tempat ini, Joana. Inilah yang akan mereka dapatkan jika berani mencari masalah denganku!", desis Petra sambil menarik Joan untuk mengikutinya berjalan menuju ke rak buku yang tersusun rapi di dekat ruang tengah.

Petra mendorong sisi rak itu lalu melangkah masuk ketika mendapat celah disitu. Dia merasakan adanya pemberontakan Joan dengan menahan langkahnya untuk melepaskan diri dari cengkeramannya tapi dia abaikan dengan menariknya paksa agar masuk ke dalam ruangan rahasia itu.

Disitu ada sebuah jalur yang membawanya untuk segera turun dengan hanya satu buah tiang besi dan lubang di tengahnya. Tanpa mempedulikan aksi protes Joan, Petra mengangkat tubuhnya dalam dekapannya lalu meraih tiang besi itu dan meluncur turun begitu saja diiringi pekikan Joan sambil mengeratkan dekapannya.

Mereka mendarat pada sebuah terowongan gelap dengan adanya sungai kecil yang mengalir cukup deras. Disitu Petra langsung menekan sebuah tombol kecil yang ada di tiang itu lalu terjadi gelembung-gelembung udara diatas sungai.

Gelembung itu yang tadinya sedikit menjadi lebih banyak lalu membuat sebuah arus yang berlawanan dan muncullah sebuah speedboat submarine ke permukaan.

Petra pun langsung menarik Joan untuk ikut masuk ke dalam kapal selam pribadinya itu lalu mendudukkannya dengan memasang seatbelt lalu memborgol satu tangan Joan pada handle besi yang ada di sampingnya. Meskipun wanita itu tidak lagi memberontak, namun Petra tidak menginginkan adanya hal yang tidak diinginkan terjadi.

Petra bisa melihat sorot mata sedih dari Joan saat dia mulai menyalakan mesin kapal selamnya dan mulai mengarahkan kapal itu untuk menenggelamkan diri ke dalam dasar sungai.

"Darren, take off! One more minute and get done", ucap Petra pada alat komunikasi yang baru saja dipakainya di telinga.

"Copy that!", balas Darren langsung.

Petra menyeringai saat bisa mendengar balasan itu. Berarti orang kepercayaannya itu berhasil melumpuhkan wanita bermata biru yang mencoba mencari masalah dengannya. Sambil mendengus, dia menjalankan kapalnya untuk menembus dasar sungai dari dalam terowongan lalu muncul ke permukaan ketika dia sudah melewati terowongan itu.

Ketika dia sudah yakin kalau dirinya cukup jauh dari gedung penthouse-nya dalam waktu kurang dari semenit, Petra memutar kemudinya untuk menghadap kearah gedung itu dan... DUAAARRRR!!! Bom yang diaktifkannya tadi meledakkan lantai teratas dengan api yang menjalar hebat disitu.

Sorot matanya begitu tajam mengawasi gedung yang sudah mulai terbakar dan dia menunduk untuk melihat ponselnya. Terdapat konfirmasi dari Darren bahwa dia sudah keluar dari gedung itu, hanya saja wanita bermata biru itu berhasil kabur dari kejarannya. Damn!

Sehebat apa wanita itu sampai bisa melarikan diri dari Darren yang sudah begitu terlatih? Tanpa mau berpikir apa-apa lagi, Petra kembali memutar kemudinya untuk segera melanjutkan perjalanannya dimana dia sudah bisa melihat ada beberapa speedboat yang keluar dari terowongan itu. Darren dan orang-orang kepercayaannya berhasil keluar dari situ dan mulai mengiringi dirinya.

Tut... tut... tut...

Terdengar suara yang mengganggu dan itu berasal dari navigatornya yang menangkap sinyal asing yang mendekat kearahnya. Shit! Ini pasti pihak lain yang berusaha mengejarnya. Entah siapa lagi yang datang!

Petra mengumpat sambil mengarahkan anak buahnya untuk segera melakukan perlindungan lewat menembak siapa saja yang berusaha menghambat perjalanan mereka yang datang dari udara.

Dengan kendali yang sudah diatur otomatis dalam kecepatan tinggi, Petra meninggalkan kemudinya dan berbalik untuk melihat kondisi Joan yang masih terdiam disitu. Dia melepaskan borgol yang dipasangnya tadi lalu... PLAK!!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya dan itu dilakukan Joan dengan tatapannya yang penuh dengan amarah.

"Tidak ada cara lain selain meledakkan penthouse itu karena tempat itu sudah diketahui pihak musuh, Joana", ujar Petra dingin sambil mengusap pipinya yang memerah karena tamparan Joan tadi.

Joan hanya mendengus marah lalu membuang muka kearah jendela speedboat dan melebarkan matanya. Beberapa helikopter terlihat mendekat dan mulai melakukan penembakan kepada speedboat-nya dan yang lainnya.

"Shit! Siapa lagi sekarang yang membuatku kesal?", desis Petra geram sambil berjalan menuju kearah sebuah lemari.

Lemari itu terisi penuh oleh berbagai macam senjata seperti : pistol, senapan laras panjang dan beberapa jenis senjata api lainnya.


Petra mulai mengambil submachine gun dan melakukan pengisian peluru dengan nafas yang mendengus. Gerakannya terhenti saat melihat adanya pergerakan yang membuatnya tercengang dari arah sampingnya.

Holy crap! Dia melebarkan matanya saat melihat Joan mengambil senjata api dengan jenis Assault Rifle yang mematikan. Bahkan wanita itu seperti sangat terlatih dalam membongkar pasang senjata dengan ekspresi seriusnya dan gerakannya yang begitu cepat.

"Who the hell are you, woman?", seru Petra kaget dan Joan langsung menoleh kearahnya.

Dia hanya membalas tatapan Petra dalam diam lalu mengangkat bahunya dengan santai seolah tidak mendengarkan pertanyaannya seperti barusan. Dia kembali melanjutkan aktifitasnya tapi Petra kembali menahannya dengan mencengkeram pergelangan tangannya.

"Joana! Pelatihan yang dilakukan untuk para anak hanya dilatih untuk menggunakan handgun. Bukan senjata seperti yang kau pegang sekarang. Katakan padaku, siapa kau sebenarnya?", ucap Petra dengan suara lantang.

Dor! Dor! Dor!

Suara tembakan yang bertubi-tubi terdengar dari arah luar mengenai badan kapal. Meskipun kapal itu didesain dengan khusus dan anti peluru namun tetap saja tidak bisa dibiarkan karena akan hancur juga, sebab tembakan yang dilepaskan dari luar seperti mengeroyok sekeliling kapal dengan tembakan-tembakan dalam jumlah yang banyak. Damn!

Joan meraih ponsel Petra dari dalam saku celananya lalu mengetik cepat dalam memo elektrik disitu. Dia menyerahkan ponsel itu kembali pada Petra dan melanjutkan aktifitasnya dalam mengisi penuh pelurru pada senjata itu.

"Akan kujelaskan nanti tapi tidak sekarang. Kita sedang diserang dan kau kendalikan kemudi, biar aku yang menembak mereka", tulis Joan pada ponselnya.

Masih banyak pertanyaan yang ingin dilontarkan Petra tapi apa yang dikatakan Joan ada benarnya. Dia tidak bisa membiarkan kemudi dalam posisi tanpa kendali dan harus ada yang bisa mengalihkan pihak musuh yang melakukan penyerangan itu.

"Aku benar-benar tidak mengerti apa yang kau sembunyikan dariku dan..."

Cup! Sebuah ciuman singkat mendarat di bibirnya dan itu dilakukan Joan sambil menaruh tangannya tepat diatas dadanya. Sorot mata coklatnya yang bersinar itu kini menatapnya begitu dekat dan penuh arti.

Joan pun segera beranjak berdiri untuk bersiap menembak dengan berjalan menuju pintu kapal untuk membukanya. Tapi lagi-lagi Petra kembali menahannya sebelum Joan sempat membuka pintu itu. Wanita itu berdecak kesal dan menegang seketika.

Petra memakaikan rompi anti peluru pada Joan tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun. Wanita itu tampak berbeda dengan sorot mata tajam dan kesan serius pada wajahnya saat ini. Seperti ada kesan Joel pada wajahnya yang selama ini terlihat polos dan muda.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi disini tapi... rasanya aku bisa mempercayaimu", ucap Petra lalu mengecup kening Joan setelah memakaikan rompi itu padanya. "Hati-hati".

Joan masih terdiam sambil mengangguk padanya. Kini, Petra segera mengambil posisi pada kemudi dan Joan yang berdiri tepat di depan pintu kapal. Setelah Petra mulai menjalankan kemudi kapal itu, dia segera menekan tombol untuk membukakan pintu itu lalu tanpa ragu sedikitpun, wanita itu membukanya dan langsung melakukan penembakan.

Damn! Petra bisa melihat bagaimana Joan membidik senjatanya pada helikopter yang berusaha menembaknya dengan apik dalam tembakannya yang bertubi-tubi dan... helikopter itu pun meledak. Satu helikopter pun tumbang.

Dari arah kapal lain yang adalah Darren pun berhasil melakukan hal yang sama dalam menumbangkan satu helikopter lagi. Tapi bukan itu yang menjadi perhatian Petra saat ini karena tatapannya hanya tertuju pada Joan sekarang.

Wanita itu menghindar dari tembakan dengan bersandar pada badan kapal sambil kemudian kembali mengisi ulang peluru pada senjatanya dan langsung mengarahkan senjatanya untuk menembak kearah helikopter yang masih berniat untuk menyerang. Kali ini Joan berhasil menembak sih pengemudi dan pelaku penembakan dari atas sana, alhasil helikopter itu oleng dan terhempas ke dalam laut.

Petra tersenyum saja melihat apa yang sudah dilakukan Joan dengan kejutan yang diberikannya. Dari arah kapal yang lainnya pun berhasil menumbangkan para penyerang yang bergerak dari helikopter itu.

Kesemuanya berhasil dibereskan dengan mulus tanpa hambatan. Bahkan Petra hanya menyeringai saat mendengar suara Darren yang memuji kemampuan Joan.

"Apa kau yakin dia bukan wanita bermata biru itu, sir? Kemampuan mereka sama", tanya Darren dari alat komunikasi yang terpasang di telinganya.

"Aku yakin Joan bukan wanita itu. Lagipula kau lihat sendiri kalau wanita itu muncul disaat Joan bersamaku. Aku pikir kalau... shit! Ada apa lagi, Darren?!".

Ketika dia berpikir kalau para penyerang sudah berhasil dilakukan, ternyata masih ada satu helikopter yang datang dari arah lain dengan... heck! Wanita bermata biru yang sedang bergerak kearah mereka dengan tali yang mengikat di pinggang dan sepatu papan surfboard di kedua kakinya. Damn!

Dia melempar pisau tajam kearah speedboat anak buahnya tepat pada tangki mesin dan ada sesuatu yang meletus di badan kapal itu yang membuat sebuah lubang kecil dan... Dor! Wanita itu menembak kearah lubang itu dan tangki mesin itupun langsung meledak. Para anak buahnya segera menyelamatkan diri dengan menyebur ke dalam laut.

Shit! Hal itu dilakukannya lagi kepada speedboat lainnya dan berakhir dengan cara yang sama. Sementara itu, Joan mulai menembak wanita itu yang mulai bergerak kearahnya tapi dengan luwes, wanita itu menghindar dari tembakan Joan.

"Joana, tutup pintunya dan kemarilah! Aku yang akan menembaknya dan kau pegang kemudi!", seru Petra dengan nafas yang memburu kasar.

Joan menoleh padanya dan mengangguk. Dia baru saja beranjak tapi tiba-tiba dia jatuh tersungkur sambil meringis kesakitan. Crap!

"Joana!".

Salah satu kaki Joan terbelit sebuah tali kekang dan Petra bisa melihat kalau wanita sialan itu yang membelit kaki Joan dengan talinya lalu memasangkan ujung talinya pada pinggangnya dan mengarahkan tangannya keatas kearah helikopter yang membawanya agar segera naik.

Seolah tahu apa yang hendak dilakukan wanita itu, Petra meninggalkan kemudinya untuk menangkap Joan namun belum sempat Petra menggapai tangan Joan yang terulur padanya, Joan sudah tertarik dengan cepat keluar dari kapal itu lalu melayang keudara bersama wanita itu.

"Joana!!!", teriak Petra sambil mengarahkan tatapannya keatas dimana Joan yang belum bisa bersuara hanya menatapnya dengan sorot mata bingung dan sedih secara bersamaan.

Tidak! Tidak! Petra menggeram marah lalu segera meraih submachine gun dan menembak ke badan helikopter itu dengan tatapan tajam mengarah pada tangki mesin dan... sial! Helikopter itu melesat dengan cepat menjauh dari jangkauannya dengan satu kaki Joan yang terikat dalam posisi terbalik bersama wanita itu yang sedang berusaha memanjat naik ke badan helikopter.

Petra sempat menangkap sinar mata biru yang menyala dengan tajam menatap kearahnya dalam amarah yang meluap disana. Damn! Secepatnya Petra akan mendapatkan wanita itu untuk dihabisinya langsung karena sudah berani membawa Joan darinya.

Petra kembali kearah kemudinya dan melakukan conference call dengan cepat kepada seluruh organisasi hitam yang berada di pihaknya.

Begitu beberapa wajah muncul dalam monitor kendali pada kapal itu, disitu Petra memberikan perintah dalam suara tegas dan penuh penekanan.

"Dengarkan aku sekarang juga untuk Machine Trap, Volcano Rock, Blood Devil dan Gunkiller! Saat ini kita sudah harus segera bersiap untuk melakukan peperangan. Kita akan berkumpul pada titik temu kita seperti biasanya dalam waktu beberapa jam lagi!", ucapnya.

Kesemuanya mengangguk lalu Petra memutuskan panggilan itu lalu terdiam selama beberapa saat dan menoleh kearah pintu kapal yang masih terbuka dengan Joan yang sudah tidak terlihat lagi.

Barusan saja dia merasakan ada sesuatu yang menjalar dalam hatinya saat melihat Joan dibawa pergi, apalagi dia masih belum mengetahui siapa wanita bermata biru itu dan kenapa dia harus membawa Joan darinya? Rasa hampa dan tidak nyaman mulai memenuhi relung hatinya dengan rasa cemas yang membuatnya panik. Mendadak dia merasa kesepian dan membutuhkan sebuah kelembutan menyapanya.

Damn! Sambil menggeram, dia meraih ponselnya dan menelepon seseorang yang sangat dihindarinya untuk dihubungi namun dia tidak memiliki pilihan lain.

"Hallo".

Suara tegas menyahut dari sebrang sana dan membuat nafas Petra mendengus seketika.

"Apakah kau yang membawa Joan barusan?", tuduhnya langsung.

"Aku sudah bilang kurang dari 24 jam, bukan sejam dari..."

"Joana dibawa oleh pihak lain dengan wanita yang bernama Rose Petal barusan! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau berniat untuk mengelabuiku dan..."

"Rose Petal? Untuk apa dia membawa Joan dan kenapa? Bukankah dia bagian dari Phantom Blaze yang berniat untuk menghancurkanmu?! Dan apa yang kau lakukan sampai bisa melepas adikku sebelum aku bisa mengambilnya?!", sela Joel tajam.

"Look, Joel! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu dengan berlagak kaget seperti itu. Aku hanya ingin kau tahu kalau aku menantangmu, El! Kau harus membayar semuanya atas hal yang kau lakukan padaku!", desis Petra dingin.

"Justru aku yang akan membuat perhitungan denganmu karena sudah membawa adikku dalam bahaya! Aku akan mencari dimana Joan berada sekarang dan begitu aku sudah mendapatkannya, jangan harap kau bisa mendapatkannya kembali", balas Joel sengit.

"Sebaliknya, jika aku yang berhasil mendapatkannya, maka aku akan membawa Joan sesuka hatiku dan kau jangan mencampuri urusanku karena dia adalah istriku!", ucap Petra.

"Istri kau bilang? Pria macam apa yang menggunakan kepercayaan seorang wanita sebagai ajang untuk membalas dendam dan menghalalkan segala cara, termasuk menikahinya?! Aku tidak peduli dengan statusmu sebagai suaminya karena aku akan membatalkan pernikahan itu atas nama adikku!", desis Joel tajam.

"Kau tidak akan bisa melakukan itu! Aku tahu ini salah satu caramu untuk mempermainkanku! Tapi aku cukup salut dengan dirimu yang begitu hebat dalam melatih adikmu menggunakan senjata berbahaya!", ucap Petra dengan nada sinis.

Joel terdiam dan tidak langsung menjawab ucapan Petra barusan. Dia terdengar seperti bergumam sesuatu yang terkesan bingung tapi Petra tidak mau terlalu mempercayainya karena Joel terlalu licik untuk dipercayai.

"Kau tidak akan lagi kubiarkan kali ini, Petra. Ingat itu baik-baik!", balas Joel geram lalu telepon itupun dimatikan.

Petra menggertakkan giginya dan menoleh kearah pintu kapalnya dimana dia melihat Darren dan para anak buahnya mulai memasuki kapalnya dalam keadaan basah kuyup.

Dalam benaknya sudah muncul beberapa kecurigaan yang mulai menemukan titik terang dan hal pertama yang akan dicaritahu olehnya adalah... Phantom Blaze. Nama organisasi yang setahun terakhir ini mulai mengganggunya dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Apalagi ditambah dengan kehadiran Rose Petal.

Dia segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang yang dapat dipercayakannya untuk mencari tahu. Telepon itu diangkat setelah dering pertama...

"Jared, cari tahu tentang semua organisasi hitam yang kau incar dan... beritahu aku informasi mengenai Phantom Blaze. Sudah saatnya kita harus menjatuhkan semua keparat itu dalam satu peperangan massal!".

Sebentar lagi. Yeah. Petra sudah muak untuk mengulur waktu dengan bersabar dan menunggu. Karena sudah saatnya penghakiman itu harus segera dilaksanakan dan menunjukkan siapa yang paling berkuasa disini.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Maafkan aku untuk perhaluanku yang udah nggak ada batasan sampe jadi aneh begini 🙈🙈🙈

Makin ngegas yah.

Sudah ada yang bisa mendapatkan clue-nya?

Aku rencana ada mau bikin giveaway tebak2an tapi masih bingung gitu.

Komenan kemarin ada yang hampir menebak dengan benar.



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top