Part 27 - Those painful eyes which loss of speech
Jangan ngambek sama author.
Aku nggak berani bales komen satu2 jdnya kemarin.
Tapi percayalah, Petra itu jauh lebih keren dibanding yang lainnya 🙄
Cuma aku ajak muter dulu di U-turn
Baru bisa sampe ke tujuannya yah 😂
Happy Reading 💋
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
"Base camp utama kita yang berada di Forks diledakkan dan meluluhlantahkan bangunan itu hingga rata sampai tanah".
"APA?!", seru Petra dengan mata terbelalak kaget setelah mendengar kabar dari orang kepercayaannya yang menjaga base camp utama milik Manhunter di Forks.
"Base camp kita diserang, sir", balasnya lagi.
"Siapa yang menyerang dan kenapa kalian bisa sampai lengah?", tanya Petra murka.
"Kami sudah mencoba melawan tapi mereka begitu kuat meski hanya berdua saja. Dan lagi, bukan hanya base camp utama kita. Ada beberapa base camp lain yang juga diserang dengan jenis bom yang serupa", jawab orang kepercayaannya yang bernama Greg itu dengan suara gemetar.
Dari ponselnya, Petra bisa mendengar kalau nafas Greg terengah-engah dan terdengar penuh kegaduhan disana.
"Berapa orang yang selamat?", tanya Petra lagi.
"Sonny dan Louie yang sedang berada di dalam tidak terselamatkan, sir. Selain itu aman", jawab Greg langsung.
"Kau bilang hanya mereka berdua yang menyerang, apa kau mengenalnya?", tanya Petra dengan nada curiga.
"Seorang pria dan seorang wanita. Mereka berpakaian hitam-hitam dan sangat terlatih. Aku tidak mengenalnya tapi... sepertinya pria yang menyerang kami sempat kulihat bersamamu sekitar beberapa bulan yang lalu di Seoul, sir".
Godamnit! Itu pasti ulah Hyun dan Ashley yang mulai bergerak untuk menghambat misinya dalam menjatuhkan Eagle Eye. Dia yakin kalau Joel dan lainnya sudah mengetahui apa yang direncanakannya secara tersembunyi selama ini lewat dari Joan yang sempat melakukan telepon dari ponselnya namun sudah langsung dihancurkannya.
"Baiklah. Berikan aku inputan lebih lanjut jika ada kabar terbaru. Jaga dirimu disana", ujar Petra lalu mematikan telepon itu dan melempar ponselnya diatas meja.
Petra mendengus kasar sambil memejamkan matanya untuk mencari cara membalas tindakan mereka. Sudah bisa dipastikan kalau Joel sudah mulai memberikan perintah untuk menyerang balik karena tidak hanya base camp utamanya, melainkan puluhan base camp lainnya yang berada di beberapa negara lain. Sial!
Belum lagi dia baru saja menindak tegas Jared dengan memukulinya habis-habisan dan memasukkannya ke dalam penjara pribadi yang ada di Tibet itu selama yang diinginkannya. Karena bajingan itu berani-beraninya bertindak kasar pada Joan dengan melempar tubuh mungil itu hingga membentur pohon besar sampai tidak sadarkan diri.
Jantung Petra serasa mencelos keluar saat melihat Joan yang terkapar lemah dan meluapkan kemarahannya dengan membuat keadaan Jared sepuluh kali lipat lebih parah dari apa yang telah dilakukannya pada Joan.
Sebenarnya dia masih belum siap untuk memberitahukan tentang Manhunter pada Joan meskipun cepat atau lambat, wanita itu pasti akan tahu. Apalagi kakak brengseknya itu seperti sudah mengetahui tindakannya dengan memberikan ekspresi menyebalkan itu setiap kali mereka berkomunikasi. Dia yakin Joel sudah tahu dari dulu hanya saja dia seperti ingin melihat apa yang hendak dilakukannya. Damn you, Joel!
Lamunannya terhenti saat ada panggilan conference call dalam line tersembunyi masuk pada laptopnya. Shit! Dengan berat hati, Petra menerima panggilan itu dan sudah terpampang wajah Joel, Noel dan Hyun yang sedang bersama dengan Ashley.
"Oh... hi, jerk! Apakah kau sudah mendapat kejutan dari kami barusan? Kuharap kau tidak mendapat serangan jantung", seru Ashley sambil mengunyah potato chips-nya dengan keras yang sepertinya dia sengaja lakukan untuk membuat Petra semakin bertambah kesal.
Noel yang biasanya tampak ceria, kini memberikan ekspresi dingin sambil mengutak atik laptop yang ada di hadapannya tanpa berniat untuk menoleh kearahnya sama sekali. Dia terlihat sibuk dan Petra yakin kalau dia sedang mengatur penyerangan lewat bom yang sudah dia atur di setiap titik lokasi.
Sedangkan Joel? Dia menatap Petra dengan sejuta kemarahan yang meluap dalam ekspresi dinginnya yang tidak terbantahkan. Sementara itu, Hyun menatapnya dengan tatapan penuh kekecewaan dan hanya terdiam saja tanpa berniat mengatakan sesuatu.
"Aku sudah yakin kalau itu adalah ulahmu. Apakah itu alasannya kau diberi sebutan Dark Shadow?", cetus Petra sambil menggertakkan giginya dan menatap sengit kearah Ashley.
"Namanya juga Dark Shadow... aku sama sekali tidak pernah dianggap ada, karena aku hanyalah sebuah bayangan di tengah kegelapan untuk menghabisi para bajingan pengkhianat", balas Ashley sinis. "Dan aku pastikan kalau kau..."
"Ashley, cukup!", tegur Hyun tegas.
"Jangan membelanya karena rasa solidaritas yang tidak diperlukan, meskipun kau pernah berkhianat tapi kau kan menyandang kata mantan pengkhianat, bukan dia yang malah jadi kepala mafia untuk genk baru. Apa itu Manhunter? Cih!", desis Ashley geram.
"Bisakah tidak ada pertengkaran suami istri disini?", keluh Petra dengan ketus.
"Bagaimana kalau kita bahas soal pengkhianatan dari saudara yang sudah kita kenal selama satu dekade ini tapi tega melakukan hal yang tidak senonoh pada kami?", kini suara Noel yang menggema disitu.
Alis Petra terangkat setengah sambil menyeringai licik. "Saudara? Aku tidak merasa memiliki adik sepertimu. Dan hentikan tindakanmu dalam menjalankan drone penghancur yang kau buat untuk menghancurkan markasku, Noel!".
Noel membalasnya dengan senyuman penuh ejekan disitu. "Kenapa aku harus berhenti? Aku kan hanya membalas apa yang sudah kau lakukan pada keluarga besar kami. Lagipula aku tidak tahu kalau tempat-tempat yang kuhancurkan itu adalah milikmu. Toh juga kita bukan saudara".
Damn! Noel seolah memicu kemarahannya dengan sengaja menunjukkan portable kendalinya dan menekannya dalam gerakan cepat sambil tersenyum sinis. Kemudian, ponselnya kembali berbunyi dengan serempak dari berbagai nomor yang melakukan panggilan padanya. Itu pasti adalah laporan dari para anak buahnya. Ugh!
"Aku sudah memberikan peringatan padamu sejak awal, Petra. Aku juga sudah memintamu untuk meninggalkan Joan dan jangan sampai kau menyakitinya. Mungkin kau merasa hebat karena masih memegang Joan sebagai sanderamu untuk membuatku menyerah tapi tidak semudah itu", ucap Joel yang akhirnya angkat bicara setelah terdiam begitu lama.
"Aku bahkan belum memulai apa-apa dan akan melakukan pembalasan untukmu, El!", balas Petra dingin.
"Go ahead. Just face me and leave them alone! Kau merasa mempunyai masalah denganku, bukan? Datang padaku dan kita selesaikan layaknya dua orang pria dewasa, bukan kekanakan seperti ini sampai harus melibatkan oranglain dengan menyakitinya", sahut Joel langsung.
Petra menyeringai sinis. "Aku hanya meladeni kepiawaianmu soal berencana dan menunggu. Lagipula aku cukup berhasil untuk mengecohmu dengan meyakinkan Joana lewat dari apa yang kukorbankan. Sampai kau pun cukup tercengang dengan perubahan yang kubuat selama tiga tahun ini, bukan?".
Joel mengangguk setuju. "Tapi tetap tidak diperkenankan menyakiti oranglain. Meskipun aku tahu Joan jauh dari tipe wanita kesukaanmu tapi dia sudah menjadi istrimu".
Ucapan Joel barusan seakan menohok tenggorokannya. Pikirannya mendadak teringat ekspresi wajah Joan yang begitu kaget saat Jared menjelaskan siapa dirinya dan menatapnya dengan tatapan pilu setelah Petra menjawab pertanyaannya.
Seperti yang Joel katakan kalau Joan memang bukanlah wanita yang disukainya, malahan dia lebih memilih menghindar apalagi seorang perawan. Jika menurut wanita yang sudah memberikan selaput daranya pada pria adalah hal yang berharga, tapi menurutnya itu adalah beban hidup yang tidak perlu diembaninya hanya karena sebercak darah. Dia memang bajingan, dia akui itu.
Karena itulah dia tidak menginginkan adanya ikatan permanen seperti adanya kehadiran seorang anak diantara mereka. Ikatan pernikahan masih bisa dipisahkan dengan perceraian, tapi anak? Heck! Petra belum-belum sudah merasa ngeri akan hal itu.
"Kau sudah tahu kalau dia akan menyakiti Joan tapi kau membiarkannya? Apa sih yang kau pikirkan?!", cetus Ashley kesal kepada Joel.
"Itu keputusannya, aku tidak bisa memaksakan kehendakku padanya", balas Joel datar.
Noel mendesis dan menatap Petra dengan tajam. "Aku tidak percaya kalau kau sangat keji melakukan hal itu! Kau yang aku tahu sampai menahan diri untuk tidak berdekatan dengan wanita manapun selain menunggu Joan! Kau yang juga memprotes agar Joan secepatnya berulangtahun supaya kau bisa mengenalkan diri padanya dan kau juga yang memutarbalikkan fakta setelah mendapatkan dirinya! Apa kau sangat bahagia sekarang?! Demi Tuhan, Petra! Aku tahu dimana kau sekarang dan aku tidak ragu untuk mengirimkan rudal penghancur kearahmu kalau tidak berpikir ada Joan disana bersamamu!".
"Kirimkan saja setelah kita berhasil mengambil Joan dari sana", celetuk Ashley sengit.
"Kau tidak akan bisa mengambil Joana dariku", balas Petra langsung.
"Why? Bukankah kau tidak mencintainya dan hanya memperalatnya untuk membalas Joel?", sahut Ashley dengan alis terangkat tinggi-tinggi.
"Benar sekali. Dia sangat berguna untukku disini. Selain dia menjadi sanderaku, aku juga bisa memakainya sesukaku kapanpun aku mau", ujar Petra enteng.
Hanya Ashley dan Noel yang mengumpat kasar mendengar ucapannya barusan, sementara itu Hyun masih terdiam saja dan Joel yang memberikan ekspresinya yang begitu datar namun terkesan dingin.
"Aku sudah tidak mau berkata apa-apa selain merasa kecewa padamu, Petra. Kau bahkan pernah menyerang istri dan orangtuaku lewat orang suruhanmu beberapa minggu yang lalu. Aku tidak menyangka kalau kau akan tega mengkhianati persaudaraan kita selama ini dan... maafkan aku, aku tidak bisa lagi mendukungmu untuk sekedar memberikan perlindungan padamu. Kita akan bertemu nanti dan aku tidak akan main-main dalam menyerangmu demi sebuah kebenaran", ujar Hyun kemudian lalu menghela nafas.
Petra hanya mendengus saja sambil membuang muka kearah lain. Pembicaraan itu benar-benar membosankan. Dia melirik jam tangannya yang sudah menjelang malam di Hangzhou, China.
Yep! Setelah dari Tibet, Petra berpindah tempat dengan maksud untuk mengecoh Eagle Eye yang berniat untuk membalasnya dan mengambil Joan darinya.
"Aku berharap kau menggunakan waktumu sebaik mungkin untuk memberikan penjelasan kepada adikku sebelum ada yang menjemputnya nanti", ucap Joel sambil membetulkan letak jam tangannya. "Persiapkan dirimu untuk kehilangan lebih banyak lagi, Petra. Karena pada akhirnya kau akan kalah, seperti biasanya".
Shit! Petra menggeram dan menggebrak meja kerjanya dengan kasar sambil menatap berang kearah laptopnya dimana mereka masih menatapnya tajam.
"Aku tidak akan kalah darimu, bajingan! Aku akan tunjukkan..."
"Tunjukkan saja pada ayahmu, jangan padaku! Aku sudah bilang kalau aku tidak mau mengemban tugas sebagai Alfa sejak dulu tapi ayahmu yang memaksa! Kalau bukan karena aku ingin melindungi Alena waktu itu, aku pun tidak akan mengikuti pelatihan yang memuakkan!", sela Joel dengan tegas.
"El, posisi sudah meluncur", cetus Noel dengan tatapan memperingati.
"Baiklah. Kerjakan sesuai rencana dan lakukan dengan cepat", balas Joel mantap.
"Apakah aku perlu memasang taruhan siapa yang akan menang kali ini?", usul Ashley senang.
Hyun mengangkat tangan. "Satu juta dolar untuk Petra yang akan unggul".
Ashley langsung mencibir kesal kearah suaminya dan mendelik sinis kepada Petra.
"Kalau begitu aku pilih kakak tertua yang maha hebat ini. Bagaimana denganmu, Noel?", ujar Ashley.
Noel menggeleng cepat. "Semenjak aku sudah menikah dengan Nessie-ku, aku sudah bertobat dalam bermain-main. Lebih baik kau sumbangkan saja uang sebanyak itu kepada panti asuhan atau panti jompo yang lebih membutuhkan daripada menyia-nyiakannya untuk hal yang tidak berguna".
Glek! Semua terdiam mendengar seorang Noel bisa mengeluarkan ucapan yang sedemikian bijak. Petra pun sampai melebarkan matanya dan mengangkat alisnya menatap Noel yang terlihat masih sibuk berkutat dengan laptopnya itu.
"Ah, usul yang bagus. Jika aku memenangkan uang itu, aku akan menyumbangkannya pada seluruh rumah sakit jiwa agar dapat meningkatkan kinerjanya karena sudah membiarkan satu orang terlepas dari jangkauannya!", sindir Ashley pedas.
Petra hanya mendengus lalu menatap jenuh kearah layar laptopnya. "Jangan meneleponku atau menghubungiku lagi karena aku akan menghancurkan line milikku sendiri! Jadi, enyahlah!".
"Less than 24 hours from now, dude", cetus Joel mengingatkan lalu... conference call itupun dimatikan.
Petra mengetatkan rahangnya dan mendengus kesal ketika membuka ponselnya dengan laporan serangan bom yang bertubi-tubi dari orang kepercayaannya. Damn! Dia tidak bisa tinggal diam dengan emosi yang semakin memuncak ke kepalanya.
Tok! Tok! Tok!
Petra langsung mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu itu lalu mendesah malas karena dia bisa melihat Luke yang datang ke ruangan kerjanya.
"Ada apa?", tanya Petra dingin.
Luke menghela nafas dan menatapnya dengan ekspresi datar. "Mrs. Joana sudah siuman sedaritadi dan dia menolak makanan apapun yang diberikan".
Petra memejamkan matanya dan mengumpat dalam hati. Rasanya dia cukup kesal dengan semua hal yang mulai kacau dan menimpanya secara bertubi-tubi.
"Apa yang dia lakukan sekarang?", tanyanya lagi.
"Terdiam dan merenung. Entahlah. Dia tidak berbicara sama sekali sejak daritadi", jawab Luke lagi.
"Apa yang dokter katakan tentang kondisinya?".
Luke mendengus. "Kenapa bukan kau saja yang bertanya langsung pada dokternya? Aku bukan suaminya dan aku hanya penjaga! Apa-apa tanya padaku!".
Petra langsung menoleh kearah Luke dan menghunusnya dengan tatapan tajam. Sih anak buah yang paling kurang ajar padanya kembali berulah dan bertingkah untuk membuatnya semakin marah.
"Kau berani melawanku?", cetus Petra dingin sambil beranjak dari duduknya.
"Aku bukan melawanmu tapi aku gerah melihatmu! Aku tidak terima kau menyakiti Joan seperti itu! Kenapa kau tega melakukan hal seperti ini? Selama tiga tahun kau memintaku dari ayahmu demi menjaga wanita itu dan sekarang kau menyakitinya?! Bahkan dulu kau pernah membentak Darren agar cupcake buatannya saja kau suruh untuk berhati-hati membawanya", balas Luke dengan nada dingin.
Damn! Kalau bukan karena Luke adalah putra dari Paul Johansson, orang kepercayaan ayahnya yang begitu baik dalam menjaganya sejak dulu, dia akan membunuh Luke saat ini juga karena begitu berani padanya.
"Aku beri kau kesempatan untuk memberikan jawaban atas pertanyaanku dan....".
Luke melepaskan pistol dan beberapa peralatan komunikasinya diatas meja kerjanya dengan ekspresi dinginnya yang kentara. Dia sama sekali tidak menggubris kemarahan Petra yang semakin menjadi sekarang.
"Aku akan keluar dari tim dan kembali pada ayahmu. Sedari awal loyalitasku ada pada sir Ashton. Jika kau mau membunuhku, silahkan. Aku tidak peduli. Aku hanya melayani seorang pria sejati, bukan pria kasar yang tega melakukan tindakan kasar pada wanitanya", ucap Luke sengit.
"Bukan aku yang melempar tubuhnya seperti tadi! Tapi bajingan itu yang sudah kuhabisi!", desis Petra tajam.
Luke terdiam dan masih menatapnya dengan dingin lalu tersenyum hambar.
"Sesuatu yang kasar dalam bertindak menyakiti tidak melulu soal pukulan pada fisik, sir. Apa yang kau lakukan padanya seperti bersikap menjadi pria dengan sejuta pesonanya dalam mendapatkan seorang wanita tapi ternyata semua itu karena sebuah pembalasan adalah hal yang sangat keji. Ditambah lagi dengan dirimu yang ternyata adalah Manhunter itu sendiri dan menjadi dalang dari semua penyerangan yang terjadi, termasuk penyerangan saat ayahmu berlayar dengan ibumu di tengah laut itu membuatku tidak habis pikir apa yang kau inginkan sebenarnya", cetus Luke.
Petra mengetatkan rahangnya saat mendengar ucapan Luke yang berakhir mengesalkan. Penyerangan itu memang dilakukan agar ayahnya merasakan adanya ancaman tapi malah orang itu dengan liciknya bisa memutar keadaan dengan melumpuhkan semua orangnya ke dalam dasar laut alias mati semua.
"Kau tahu jelas kalau ayah tuamu itu sangat hebat dalam mengkoordinir penjaga di sekeliling ayahku, bukan? Untuk apa kau mengungkit hal yang sudah terjadi? Lagipula yang mati adalah orang-orangku, bukan pihaknya", ujar Petra sambil tersenyum sinis.
Luke menyipitkan matanya untuk menatap Petra dengan geram sambil mengepalkan kedua tangannya di kedua sisi tubuhnya dengan erat. Terlihat sekali kalau dia mulai naik pitam.
"Apa yang kau lakukan sudah mengorbankan begitu banyak orang yang tidak berdosa! Terbuat dari apakah hatimu? Kau membuat drama, membohongi semua orang dan menjadi dalang dari semua tindakan penyerangan yang meneror keluargamu sendiri! Aku...".
"Tutup mulutmu dan enyahlah! Kau mau pergi?! Pergilah! Aku masih menyayangkan nyawamu karena menghargai ayahmu! Jika kau masih berbicara disini, aku tidak akan segan-segan untuk membunuhmu!", bentak Petra dengan suara keras.
Luke mengerjap dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Dia menatap dingin kearah Petra dan memberikan seringaiam hambarnya.
"Semoga sukses dalam niatmu menghancurkan dunia underground ini, sir. Pelayananku sampai disini saja", ujar Luke lalu memutar tubuhnya untuk berjalan kearah pintu dan dia kembali berhenti saat sudah memegang kenop pintu lalu menoleh kearahnya. "Kau tadi bertanya apa kata dokter? Kuberitahukan padamu kalau Joana mengalami trauma yang berat sehingga terjadi paralysis pada pita suaranya. Dan kau tahu apa artinya? Wanita itu mengalami loss of speech atau kehilangan kemampuan berbicaranya".
BLAM! Pintu pun ditutup dengan begitu keras saat Luke keluar dari ruangannya, meninggalkan Petra yang tercengang mendengar kabar tentang keadaan Joan barusan.
Spontan dia melangkah keluar untuk berjalan menuju kearah kamar yang ditempati Joan dimana ada empat orang yang ditugasinya untuk berjaga di depan pintu kamar itu. Dia segera membuka pintu kamar itu dan ... hatinya serasa mencelos melihat kondisi wanita itu.
Wanita itu tampak kacau dengan duduk di ujung ranjang dan menatap keluar kearah jendela dengan tatapan kosong. Kedua tangannya dan kedua kakinya di borgol seolah dia adalah wanita pesakitan. Keningnya sudah diperban dan ada beberapa perban yang terbalut di punggungnya karena terluka.
Wajahnya begitu pucat dengan sorot mata bulatnya yang meredup. Dia terlihat lemah dan sangat sedih. Damn! Petra merasakan sesak dalam dadanya melihat apa yang terpampang di hadapannya. Dia tidak menginginkan hal ini terjadi atau seusai perkiraannya yang belum waktunya untuk wanita itu tahu yang sebenarnya.
Salahnya sendiri kenapa dia malah memilih resort sialan itu sebagai tempat pertemuannya dengan Jared. Salahnya juga kenapa dia meninggalkan Joan di kamarnya dan bukannya di tengah-tengah tempat wisata setiap kali ada panggilan masuk kepadanya.
Petra berjalan mendekat sambil melihat satu nampan berisi makanan yang belum disentuh sama sekali. Dia juga merutuk anak buahnya yang tidak membuka borgol tangannya agar wanita itu bisa memakan makanannya.
Dia merogoh master key dalam saku celananya lalu berlutut di hadapan Joan yang masih menatap kosong kearah luar jendela lalu membuka borgol tangan dan kakinya.
Petra menahan nafasnya saat melihat kedua kaki Joan yang memerah dan berdarah dengan luka lecet yang sudah mengering akibat berlari di aspal bersalju tanpa alas kaki. Melihat kondisi fisiknya yang seperti ini membuat Petra pantas menyandang gelar bajingan terburuk yang ada di dunia ini.
Dia mendongak untuk menatap Joan yang kini sudah menunduk menatapnya dengan sorot mata kosongnya dan itu sangat memilukan. Seumur hidupnya, dia memang selalu menyakiti hati wanita dengan mempermainkan perasaan mereka lalu meninggalkannya begitu saja tanpa beban atau merasa simpati pada mereka. Tapi itu semua dia lakukan pada wanita yang tamak dan hanya menginginkan kekayaannya saja. Tapi Joana?
Wanita itu sama sekali tidak tamak, apalagi menginginkan kekayaannya. Dia hanya wanita muda yang menerima dirinya karena merasa bahwa dirinya sudah berusaha keras untuk mendapatkannya selama tiga tahun ini dengan ketulusannya dalam menerima lamarannya.
Bukan Joan yang menginginkan dirinya, tapi Petra. Bukan juga Joan yang berusaha menarik perhatiannya, tapi Petra. Bahkan wanita itu seolah mempersiapkan dirinya dalam masa vakumnya selama dua bulan kala itu hanya untuk menerima dirinya. Dan kesemua hal baik itu dibalasnya dengan sikap bajingannya yang harusnya tidak pantas dia lakukan pada Joan tapi mau tidak mau dia harus melakukannya.
Mata yang membengkak akibat menangis itu menatapnya dengan sorot mata sedih dan sayu. Padahal Petra pernah berjanji untuk hanya memberikan airmata bahagia padanya. Tapi lihat apa yang dia lakukan padanya sekarang? Dia bukan hanya menyakitinya tapi sudah menghancurkannya.
Joan terlihat mengambil kertas dan pensil yang ada di meja sampingnya lalu menuliskan sesuatu selama beberapa saat dan menyerahkan padanya dengan mata yang berkaca-kaca.
Petra pun menerimanya lalu menunduk untuk membaca tulisannya. "Three things you should never break : promises, trust and someone's heart. If I could show you how awful you made me feel, you would never be able to look me in the eye again. Because I broke my own heart for loving you".
Deg! Petra langsung mendongak dan melebarkan matanya untuk menatap Joan dengan tatapan kagetnya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Buat yang nungguin Noel, tar yah.
Aku belom sempet nulis.
Brb nangis dulu di pojokan karena miris liat timbangan yang makin naik abis liburan 😭😭😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top