Part 23 - The Rose Petal
Setelah berhari-hari main cinta-cintaan
Sekarang saatnya bersenang-senang.
Lelah hati kalau begini terus, apalagi liat roti sobek bertebaran.
Keknya rada salah pilih2 visual macam begituan 😥😥😥
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Petra merutuk keras dalam hatinya karena harus berada dalam posisi seperti ini. Sedari awal dia sudah mencium adanya tindakan yang mencurigakan ketika dirinya menginjakkan kakinya di gedung teater itu. Dengan adanya beberapa orang yang dicurigainya dalam pakaian formal untuk berbaur sebagai tamu undangan, Petra menghitung ada sekitar belasan orang menempati posisi yang tidak beraturan sedang mengawasinya.
Dia bisa menangkap posisi sniper yang ada di sayap kanan atas dan hendak segera melakukan penembakan dengan moncong senjata yang terarah pada Joan. Damn! Dia kesal karena harus bersama Joan saat ini karena sudah pasti nyawa wanita itu terancam. Seolah pihak musuh tahu kalau Joan adalah wanitanya dan hendak menyerangnya untuk membalas dirinya. Baiklah. Petra tidak mempedulikan apa-apa lagi selain melakukan tindakan lebih cepat dari rencananya.
Soal kegaduhan dan keributan yang sudah terlanjur terjadi akan dia urus nanti, yang terpenting adalah menyelamatkan Joan dari serangan itu dengan menariknya menjauh dari teater. Baku tembak masih terjadi dan Petra berhasil menembak setidaknya tiga orang dari jarak jauh. Oh.. salah satunya adalah sniper amatiran yang berada diatas sana.
Petra bisa melihat Darren dan Luke mulai menyusul masuk ke dalam teater bersama dengan orang-orang suruhannya untuk melakukan penyerangan balik, sementara itu kepanikan masih terjadi dengan para pengunjung yang berdesakan untuk keluar dengan tidak sabaran. Setidaknya kondisi mulai bisa dilepaskan selama beberapa saat karena kedua orang kepercayaannya sudah datang memberikan perlindungan.
Petra pun segera menarik tangan Joan untuk keluar dari teater lewat pintu kecil yang ada di sudut ruangan. Dia berjalan menyusuri koridor sempit yang ada disitu, tenang dan gelap, nyaris tidak ada suara selain deru nafas yang memburu dari dirinya dan Joan. Begitu dia melihat ada ruangan kecil dan terletak paling dalam di sisi kanannya, Petra segera membawa Joan kesana untuk berlindung.
"Kau disini dulu, Joana. Aku akan membereskan urusan diluar sebentar", ucap Petra dengan suara mengetat sambil memperhatikan ekspresi Joan yang terlihat cukup tenang untuk ukuran seorang wanita yang sedang dalam situasi yang menegangkan.
"Apakah kau... akan melakukan hal yang..."
"Ya! Aku akan menembak dan membunuh mereka. Aku tidak akan membiarkan mereka terus menyerang kita dan aku harus pastikan kalau mereka mendapatkan pembalasan yang setimpal dengan apa yang sudah mereka perbuat", sela Petra cepat dan tegas.
Dia sama sekali tidak mau menyembunyikan apapun dari wanita itu, toh Joan juga sudah tahu apa yang dikerjakannya dan siapa dirinya. Wanita itu sudah pasti tahu resiko yang harus diambilnya karena memiliki kakak super bajingan yang menjadi kepala dalam sebuah organisasi besar dan suami yang tidak kalah bajingannya dengan kakaknya sendiri. Jangan lupakan juga peran ayah dan mertuanya yang mempunyai kadar kebrengsekan yang tidak kalah tingginya.
"Tahan dirimu, Petra. Jangan bertindak gegabah dan aku tidak mau kau celaka", ucap Joan lembut sambil menangkup kedua pipinya dengan tangannya yang dingin dan gemetar.
Petra tersenyum saja mendapati kekuatiran Joan padanya. Apakah wanita ini sudah mulai membuka hatinya dan menerima rasa cintanya? Jika ya, Petra sudah pasti sangat senang karena sudah bisa mendapatkan wanita itu seutuhnya.
"Aku tidak akan celaka karena aku memilikimu dan mengharuskanku untuk kembali dengan utuh. Aku tidak mau membuatmu menunggu. Percayalah", ujar Petra sambil menyentuh kedua tangan Joan lalu menjauhkannya dari pipinya dan mengecup punggung tangannya dengan hangat.
"Baiklah. Aku percaya padamu", balas Joan sambil mengangguk.
"Kalau begitu kau diam disini. Jangan kemana-mana. Ini tempat yang tepat untuk dirimu bersembunyi dan tidak akan dijangkau oleh siapapun. Apa kau mengerti?", tanya Petra dengan sorot mata yang tajam seolah peringatan untuk Joan.
Joan menatapnya dalam diam lalu mengangguk pelan. Sorot matanya menyiratkan kecemasan, selebihnya dia baik-baik saja meskipun kedua tangannya terasa begitu dingin. Itu normal. Karena dia adalah wanita muda yang baru saja memberanikan diri untuk menerima seseorang yang sudah langganan dalam urusan bahaya seperti dirinya.
"Good girl", gumam Petra sambil mencium bibirnya dengan singkat lalu segera pergi meninggalkan Joan disitu.
Dia berjalan dalam langkah besarnya sambil mengetatkan rahangnya dan tatapan yang menghunus tajam seolah ingin memakan hidup-hidup bagi siapa saja yang berniat untuk menantangnya kali ini. Apalagi dia kembali diusik saat bersama dengan Joan dan dia tidak menginginkan hal seperti itu terjadi lagi. Karena terakhir dia bersama Joan saat diserang, wanita itu menghindarinya. Sekarang? Wanita itu memang tidak akan menghindar karena mereka sudah menikah tapi... dia tidak mau kalau Joan sampai berubah pikiran soal membuka hati untuknya.
Urusan membunuh belasan orang itu adalah hal mudah. Tapi urusan soal mendapatkan hati Joan sampai wanita itu bisa jatuh cinta padanya bukanlah hal kecil dan itu tidak mudah. Misi membuat wanita itu jatuh cinta dan bertekuk lutut padanya jauh lebih penting dibanding membasmi para penyerang yang seperti hama yang harus dibasminya.
Dia sudah berbelok kearah koridor yang tadi dilewatinya dan mendapati Darren sudah ada di depannya. Menunggunya. Lewat dari sorot mata tajam yang saling terlempar satu sama lain, Petra tahu kalau penyerangan masih berlangsung dan pihak lawan sudah menyebar ke seluruh gedung. Tanpa berkata apa-apa, Petra mengambil senjata laras panjang yang disodorkan Darren lalu berjalan memasuki area teater tadi.
Kondisi teater sudah lengang dengan alat orchestra dan kursi-kursi yang berhamburan. Sangat kacau dan berantakan. Anak buahnya masih menembak, termasuk Luke yang mengarahkan tembakan kearah sayap atas. Great! Saatnya bersenang-senang, pikir Petra geram.
Dia bergerak menaiki sebuah tangga yang terhubung kearah koridor depan dan... dor! Satu orang mati begitu saja saat berpapasan dengannya. Dia kembali melangkah dengan anggun dan tatapan tajamnya terus mengawasi pergerakan yang ingin menyerangnya. Dan tentu saja, dia mencoba mempelajari wajah-wajah yang tidak familiar yang berada disitu.
Dor! Petra kembali menembak seseorang yang sedang berdiri membelakanginya dan kini dia berdiri tepat di koridor atas teater untuk menghabisi penyerang yang ada di bawah. Tanpa merasa berdosa, Petra mengarahkan senapan laras panjangnya dan menembak satu per satu orang-orang yang tidak dikenalnya dengan sorot mata dinginnya yang menusuk tajam.
Begitu dia merasakan adanya tembakan yang terarah padanya, dia segera bersembunyi di balik pilar untuk sekedar mengisi ulang senapannya dengan peluru yang sudah diselipkan Darren pada saku jasnya. Yep! Setelah mengisi ulang, dia kembali menembak secara membabi buta kearah para penyerang yang berada di koridor atas hingga menandaskan isi pelurunya.
Godamnit! Petra menggeram kesal karena sepertinya penyerangan ini sengaja dilakukan untuk membuatnya kewalahan dan dia tidak tinggal diam. Dia baru akan melangkah dan terhenti saat melihat ada sosok berpakaian hitam dari ujung rambut sampai ujung kaki berjalan membelakanginya dengan derap langkah cepat kearah lain.
Alisnya berkerut heran dan dia spontan mengikuti orang itu. Apakah mungkin kalau dia adalah dalang dari penyerangan ini? Apakah dia suruhan Hans Barton? Atau pihak lain yang sempat disebut Noel waktu itu? Entahlah. Rasa penasaran Petra akan sosok itu membuatnya segera mengejar orang itu.
Sialnya orang itu berlari begitu cepat seolah tahu dirinya diikuti. Petra berpikir kalau orang itu tidak berniat untuk menyerangnya karena dia berlari menghindari dirinya. Aneh. Sangat aneh. Tapi Petra yakin dia tidak mengenali orang itu dan... BUGG!!
Shit! Petra merasakan ada sebuah tendangan mendarat dari arah belakang dan mengenai punggungnya. Dia langsung tersungkur ke depan dan terjatuh diatas lantai sambil mengerang dengan nafas yang tertahan. Lalu dengan cepat dia berbalik untuk menatap satu sosok yang spontan membuat kepalanya langsung mendidih dengan amarah yang semakin meluap. Siapa lagi kalau bukan Hans Barton? Anak sialan dari Frederick Barton yang sudah dibunuhnya beberapa bulan yang lalu.
"Finally we met, asshole!", desis Hans sambil menyeringai sinis dan tatapan yang penuh kebencian.
"What a surprise! Aku tidak perlu susah-susah untuk mencarimu karena kau yang datang sendiri menghampiriku untuk menyerahkan nyawamu sendiri", sahut Petra dengan nada mengejek sambil beranjak berdiri.
Sial! Tendangan orang itu cukup kencang di punggungnya sampai dia harus menarik nafas untuk menahan rasa sakit yang mulai menjalar. Dari sini dia pastikan kalau dia akan menghabisi orang itu saat ini juga.
"Tidak perlu sombong karena kau saja tidak menyadari adanya...".
BUGGG!!!
Suara Hans terhenti saat Petra sudah melayangkan sebuah tendangan ke perutnya tidak kalah keras darinya tanpa aba-aba. Dia tidak suka membuang waktu untuk basa basi. Sekali lagi, dia orang yang sangat tidak sabaran, apalagi untuk menghabisi orang-orang yang tidak berkenan di hadapannya. Dan Hans adalah salah satunya.
Pria itu terjerembap ke lantai sambil mengerang lalu membungkuk untuk menangkup perutnya yang ditendang Petra tadi.
"Apakah aku perlu menyombong karena kau yang tidak menyadari balasan tendanganku seperti barusan?", cibir Petra sambil tersenyum sinis.
Hans yang membungkuk tiba-tiba mengambil senjata dari pinggangnya dan mengarahkannya kearah Petra. Dia langsung menembak tanpa peringatan tepat kearah Petra yang tidak sempat menghindar tapi tembakan itu meleset.
Damn! Petra merasakan hantaman peluru mengenai bahunya dan itu menyakitkan. Dia langsung terjatuh ke samping sambil menangkup bahunya yang terkena tembakan dan merasakan bau darah segar mulai tercium dari situ.
Giliran Hans yang mengerang karena senjata yang dipegangnya tiba-tiba terlepas dari tangannya yang entah kapan sudah bersimbah darah. Petra menoleh kearah Hans dan menatap tangannya yang tertancap sebuah pisau belati kecil dengan pegangan yang berbentuk seperti bunga mawar. Bahkan ada kelopak mawar yang terjatuh didekatnya.
Ada yang aneh dari bunga itu. Ketika darah dari tangan mengalir ke bunga mawar itu, bunga itu langsung menghitam dan Petra yakin ada sesuatu pada bunga yang terlihat mencurigakan.
Sambil tetap menangkup bahunya yang tertembak, Petra bergerak untuk menggeser posisi agar bisa melihat kelopak bunga mawar yang terjatuh dari pegangan pisau yang masih tertancap di tangan Hans sementara pria itu masih mengerang kesakitan dengan wajah dan tubuh yang perlahan membiru. What the fuck?! Apakah pisau itu beracun?
Tiba-tiba Petra merasakan ada sesuatu di arah kirinya dan dia langsung menoleh kearah sudut koridor itu dimana dia bisa melihat satu sosok asing yang sempat dikejarnya tapi tidak dapat ditangkapnya tadi. Holy to the shitty shit! Disitu Petra bisa melihat dengan jelas seperti apa bentuknya.
Seseorang dengan pakaian serba hitam, memakai pakaian khusus dan begitu tertutup. Hanya sepasang mata yang berwarna biru terang seolah menyala menatapnya dengan tajam. Dia memegang sebuah busur panah di tangan kanannya dan satu tangan lagi membetulkan penutup wajahnya. Dilihat dari postur tubuhnya, dia yakin kalau itu adalah seorang wanita dengan lekuk tubuhnya yang sempurna.
Apakah mungkin dia Ashley? Tapi tidak mungkin. Penampilan Ashley tidak seperti Ninja Warrior yang misterius seperti wanita yang ada di hadapannya. Lagipula wanita itu bermata biru sedangkan Ashley dan para wanita lainnya yang berada dalam jajaran keluarga besar Eagle Eye bermata cokelat, kecuali Nayla. Adik dari Noel itu bermata hijau karena ibunya yang keturunan Mexican.
Erangan Hans kembali membuat tatapannya teralihkan untuk menoleh kearah pria itu yang terlihat mengejang dengan buih yang keluar dari mulutnya. Sudah pasti pria itu keracunan dan pisau dengan bunga mawar itulah yang membuatnya seperti itu. Dia tidak mau menggubris orang itu dan kembali menoleh kearah wanita misterius itu.... Shit! Wanita itu menghilang!
"Sir!!! Apa kau baik-baik saja?", terdengar seruan dari Darren yang berlari dari arah sebaliknya kearahnya. "Shit! Kau tertembak!".
"Darren! Jangan pedulikan aku, kerahkan semua anak buah untuk mencari seorang wanita berpakaian serba hitam dengan panah yang dipegangnya", perintah Petra langsung sambil bergerak untuk melangkah dan tatapan yang menyapu ke seluruh teater itu.
Dia berusaha mencari sosok misterius itu.
"Wanita? Aku tidak melihat adanya seorang wanita sedaritadi", celetuk Darren dengan nada bingung.
"Aku melihatnya! Cepat cari sampai dapat!", seru Petra dengan nada suara yang tidak ingin dibantah lalu Darren segera bergerak untuk melakukannya sambil berteriak kepada orang-orang suruhannya itu.
Crap! Petra kembali menggeram karena adanya pengalihan yang tidak diperlukan. Dia baru bisa senang karena bisa melihat Hans mati di hadapannya dan kesal karena bukan dirinya yang membunuhnya. Wanita itu membunuhnya.
Apa maksud dari wanita itu dan kenapa malah dia seolah dilindungi olehnya? Aneh! Dia yakin kalau dia tidak pernah berbuat baik tapi kenapa bisa ada bala bantuan yang tidak diinginkannya? Apalagi gerakan wanita itu sangat cepat dan lincah. Damn! Wanita bermata biru itu mulai membuat hatinya bergejolak dalam rasa penasaran yang akut sampai tidak mempedulikan luka tembak yang membuat bahunya semakin terasa nyeri dan jasnya yang lembap karena darah yang merembes keluar.
"Sir! Kau tertembak! Ayo kita segera mengobati lukamu", pekik Luke yang kini datang sambil meraih lengannya.
"Apa kau sudah menemukan wanita itu?", tanya Petra langsung tanpa basa basi.
"Darren dan yang lainnya sedang mencari. Dia memintaku untuk mengurusmu", jawab Luke lugas dan menyuruh anak buahnya untuk membereskan Hans yang sudah menjadi mayat dengan busa yang masih meluap dari mulutnya.
"Aku yakin dia masih ada disini. Tapi apa mungkin kalau dia dari dunia lain yang bisa menghilang dan muncul tiba-tiba?", gumam Petra seorang diri dan Luke hanya mengerutkan alisnya mendengar gumaman ngaco dari Petra.
"Apa ada yang seperti itu, sir?", balas Luke sambil tersenyum geli.
"Jadi, semua sudah dibereskan?", tanya Petra kemudian.
Petra dan Luke sudah berjalan menuruni anak tangga dimana semua orang suruhannya mulai bekerja untuk memberesi kekacauan yang ada didalam situ.
"Sudah. Penyerangan ini direncanakan Hans langsung, sama sekali tidak terlihat adanya pihak Manhunter untuk membantunya", jawab Luke dengan lugas.
"Lalu para tamu dan penyelenggara acara?", lanjut Petra.
"Orang-orang kita sudah mengarahkan mereka untuk bersembunyi di basement agar tidak ada yang bisa kabur dari gedung ini karena khawatir akan menjadi pemberitaan dan pihak kepolisian pun sudah dihubungi agar segera dilakukan pengalihan isu pada khayalak umum", ucap Luke kemudian.
"Bagus. Kau sudah bekerja dengan sangat baik", balas Petra sambil melepas jasnya dengan dibantu oleh Luke.
Shit! Dia menahan nafasnya karena rasa sakit yang semakin menyebar disitu. Hans Barton sialan itu benar-benar berniat untuk membalaskan dendamnya dengan totalitas dan penuh tekad. Rasanya dia tidak terima kalau orang itu mati bukan karena dirinya melainkan sih wanita bermata biru itu.
Darren datang bersama orang-prang kepercayaannya dan tidak ada sosok yang dicari Petra. Dia langsung merasa kecewa.
"Aku sudah mencari kemana-mana dan tidak mendapatkannya, sir. Apa kau yakin kau melihatnya?", tanya Darren dengan alis berkerut bingung.
"Kau pikir aku berhalusinasi? Dan apa kau tidak lihat bajingan tadi membiru dengan pisau yang tertancap di tangannya? Sudah pasti dia diracuni lewat pisau itu", jawab Petra dengan ekspresi tersinggung.
Darren langsung membungkuk hormat dan menggumamkan kata maaf padanya.
"Apa mungkin yang kau lihat itu adalah Rose Petal? Sih wanita berpakaian ninja yang katanya adalah bagian dari Phantom Blaze? Musuh bebuyutan Anda yang sedari dulu ingin menghancurkan Eagle Eye, atau lebih tepatnya mereka mengincarmu?", celetuk Luke dan diangguki kepala oleh Darren tanda setuju dengannya.
"Rose Petal?", tanya Petra dengan alis berkerut. Dia malah baru dengar istilah seperti itu.
"Dia seorang petarung dengan outfit ninja dan kelopak mawar sebagai ciri khasnya. Kepiawaiannya adalah memanah dan menggunakan pisau", jawab Darren langsung. "Tapi, dia tidak pernah diketahui keberadaannya dan tidak bisa ditangkap dengan mudah. Makanya dia dijuluki pretty ghost".
Berpakaian ninja. Bermata biru. Rose Petal. Begitu cepat dan tidak mudah ditangkap. Kesemua informasi itu langsung diserap Petra dan mengingatnya secara instan. Apakah setelah Hans Barton, dia memiliki lawan lain yang akan menghambat dan menyerang dirinya seperti barusan? Damn! Pikirannya langsung tertuju pada Joel yang memiliki kelicikan tingkat tinggi untuk mengerjainya. Atau bisa jadi dia yang mendalangi penyerangan ini seperti saat dia merencanakannya untuk Hyun beberapa tahun lalu?
Wait a minute! Saat mereka bertemu di pernikahannya tiga hari lalu, Hyun sudah mengatakan kalau tidak akan ada lagi rencana yang sama dan tentu saja tidak mungkin ada kejadian yang sama. Apalagi Hyun yang selalu mendukungnya dalam segala hal tidak pernah mengkonfirmasi apapun soal adanya penyimpangan dalam Eagle Eye.
"Sir...", panggilan Luke membuyarkan dirinya yang sedang membatin tidak karuan.
"Ada apa?", tanyanya dingin.
"Kita mau kemana?", tanya Luke geli.
Darren pun hanya menyembunyikan senyumannya sambil membuang muka kearah orang-orang suruhannya yang masih sibuk membenahi sekelilingnya.
"Tentu saja kita harus bergegas untuk pergi dari sini lewat pintu belakang. Aku malas menghadapi para polisi yang akan tiba dalam hitungan menit", jawab Petra jengkel.
Terkadang Darren dan Luke membuatnya kesal dan memancing emosinya lewat pertanyaan konyol mereka yang tidak masuk akal itu. Karena sudah jelas kalau barusan itu bukan pertanyaan.
"Dan meninggalkan istri cantikmu yang kau suruh bersembunyi di ujung koridor dekat ruang panel? Sungguh sangat tidak bertanggung jawab sekali. Kau itu kan sedang berusaha menjadi suami tersiaga sejagat raya", timpal Luke sambil melepas cengkeraman yang ada di lengan Petra untuk menghindar dari amukan Petra yang hendak dilayangkannya.
Damn! Joan hampir terlupakan olehnya. Wanita itu pasti cemas karena dia tidak kunjung datang untuk menjemputnya. Sambil mengumpat kasar diiringi kekehan dari Luke dan senyuman Darren, disitu Petra langsung berjalan cepat untuk menjemput Joan kembali. Dia yakin kalau jantungnya mulai bergemuruh kencang dan berharap tidak terjadi apa-apa pada istrinya itu.
Begitu dia tiba di ruangan itu, dia baru bisa menghembuskan nafas lega ketika melihat Joan sedang duduk di sudut ruangan sambil memeluk kedua lututnya yang menekuk dan kepala yang ditumpukan diatas kedua lututnya. Wanita itupun sudah melepas heelsnya dan tubuhnya terlihat terguncang. Darren dan Luke pun menunggu di depan untuk berjaga-jaga.
"Baby...", panggil Petra sambil berjalan kearahnya.
Joan langsung mengangkat kepalanya dan wajahnya sudah sembap oleh airmata. Shit! Kenapa wanita itu menangis? Petra paling tidak bisa melihat airmatanya. Apalagi kini airmatanya kembali mengalir deras saat wanita itu sudah melihat luka tembak di bahunya.
"Kau terluka", isak Joan sambil beranjak lalu menghampirinya sambil tersedu-sedu.
"Hanya terkena sedikit", balas Petra hangat sambil merangkul pinggangnya.
Dia mengecup pucuk rambut Joan dengan lembut lalu tersenyum senang mendapati kekhawatiran Joan padanya.
"Apanya yang sedikit? Kau berdarah dan lihat wajahmu yang mulai pucat itu. Aku pikir kau tidak akan kembali kesini dan aku pikir kau..."
"Ssshhhh... aku sudah disini dan bersamamu kembali, sayang. Aku sudah janji akan kembali padamu dan tidak akan membuatmu menunggu, bukan? Kau harus percaya padaku", sela Petra sambil mengusap pipi Joan yang basah dengan tatapan penuh cinta.
"Aku akan sangat marah jika kau berani meninggalkanku disini", ucap Joan dengan nada kesal.
"Tadi suamimu hampir melupakanmu, Mrs. Joana", seru Luke dari arah depan dan Petra langsung mengumpat dalam hati.
Dan tentu saja ucapan kurang ajar Luke barusan sukses membuat ekspresi wajah Joan memerah dan matanya melotot galak. Oh please! Sedetik kemudian, Joan berteriak padanya, marah-marah padanya dan bersikap layaknya istri cerewet yang mengomeli dirinya secara brutal sampai memukul bahunya yang terluka.
Damn! Sehabis ini dia akan menindak tegas Luke yang sudah mengambil langkah untuk pergi darinya dengan hanya Darren yang mendampingi mereka keluar dari situ sambil menahan senyuman gelinya. Tidak ada ampun untuk anak buah yang kurang ajar, apalagi sampai melecehkan image bosnya di mata istri kesayangannya.
Karena bagi Petra, dunia harus tahu kalau dia adalah suami dengan kategori paling oke sedunia. Tidak boleh Joel, tidak boleh Hyun ataupun Noel, apalagi para ayah. Hanya boleh dirinya saja. Dan barusan Luke sudah menghancurkan image yang dipertahankannya selama tiga tahun ini. Damn you, Luke!
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Jadi karena ada cewek baru, sih Joan sempet dilupakan.
Dasar laki-laki, semua sama aja!
Gegara liat gambar keren cewek pake outfit ninja, aku sampe amazed dan berimajinasi untuk tambah satu tokoh baru yang bisa menonjolkan betapa brengseknya seorang Petra 🙈
Nih gambar ini keren banget yah???
Cewek bermata biru dengan caption paling keren yang pernah aku dapetin!
"She's a ghost, you'll never find her".
Jadi kira-kira Petra tetap sama Joan atau ada drama perselingkuhan?
Ada yang bisa nebak cerita ini bakalan kayak gimana?
Kalau kalian udah biasa baca ceritaku, mungkin sedikit banyak paham lah yah isian ceritaku 😂😂😂
Semoga kalian suka dan menikmati part ini.
Sih babang ini ekspresinya persis kayak Petra yang asshole abis dalam imajinasiku! Seolah dia adalah visual paling ngebomb 😣😣😣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top