Part 21 - How's Petra enjoy his married life

WARNING : MATURE CONTENT (21+)

Be wise what you choose to read.

Ayo tebak :

Siapa yang menulis part ini?

Happy Reading 💋



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Petra bukanlah tipikal orang yang senang bermalas-malasan diatas ranjang jika dirinya sudah bangun tidur. Dia akan segera melakukan aktifitasnya setiap kali membuka matanya tanpa perlu membuang banyak waktu untuk sekedar berleha-leha atau bersantai di ranjang. Dia pasti akan memiliki berbagai kesibukan yang sudah menguasai pikirannya untuk rencananya dalam satu hari itu.

Tapi itu dulu. Tidak sekarang. Tidak saat dia sudah menjadi seorang suami dari wanita yang bernama Joana yang sudah memberikan sesuatu yang berharga untuk dirinya yang tidak layak seperti ini.

Saat dia masih remaja sampai dirinya yang masih ingin bermain-main, dia paling menghindari gadis remaja atau paling anti dengan perawan. Lantaran kebrengsekannya yang tidak menginginkan adanya tuntutan atau komitmen yang akan diminta oleh para wanita yang sedikit-sedikit menuntut ini itu hanya karena urusan tidur satu malam.

Namun hal itu tidak berlaku lagi semenjak dia tertarik pada Joana, wanita muda yang sekarang sudah menjadi istrinya dan masih terlelap dalam tidurnya yang begitu nyenyak. Sudah setengah jam dirinya bangun dan sudah selama itulah dia setia menopangkan kepalanya sambil menatap Joana dengan satu tangan yang mengusap lembut punggung telanjang wanita itu yang begitu halus.

Dia sama sekali tidak menyangka kalau Joana akan memberanikan diri untuk mendekatinya dan mengatakan sesuatu yang begitu indah. For Godsake, wanita itu menyuruhnya untuk jangan menahan diri lagi. Tentu saja kebahagiaan yang dirasakan Petra melebihi apapun yang ada di dunia ini.

Wanita itu begitu lembut dan polos, ditambah lagi pengertiannya yang patut diacungi jempol karena merasa dirinya yang membutuhkan pelampiasan untuk meluapkan kepenatannya semalam. Sudah tentu Petra harus memperlakukannya seperti barang pecah belah yang mahal yang harus dijaganya dan hal itu sudah menambahkan rasa cintanya pada Joana.

Matanya melebar sesaat ketika mendapati Joana yang sudah membuka matanya dan menatapnya dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Spontan senyum Petra mengembang dan usapan pada punggung kini beralih pada kepalanya dengan begitu lembut.

“Morning, wifey”, sapa Petra dengan suara beratnya.

Seperti baru sadar dimana dirinya dan bersama siapa saat ini, Joana tersentak dan langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sampai batas leher sambil menjauh dari tangan Petra yang mengusap kepalanya. Ya Lord, dia menggemaskan sekali, batin Petra senang.

“Jangan panik, sayang. Aku sudah melihat lekuk tubuhmu yang sempurna itu dan jangan menutupi keindahan yang kau miliki itu karena aku adalah suamimu”, ujar Petra santai dan dia menikmati wajah Joan yang merona malu.

“Bisakah kau tutup mulutmu dan jangan mengeluarkan perkataan yang membuatku semakin terlihat memalukan?”, tanya Joan dengan nada ketus.

Petra hanya tertawa pelan sambil mencondongkan tubuhnya untuk mendekat kearah wanita itu. “Kau tidak memalukan. Kau itu luar biasa dan sangat menggemaskan, sayangku”.

Lagi. Wajah Joana semakin merona dan dia menatap Petra dengan sorot mata menegur. Ah, apakah kehidupan pernikahan semenyenangkan ini? Tahu begitu, Petra tidak perlu menunggu sampai selama itu untuk meminang gadis pujaannya ini.

“Apakah kau mempunyai lakban?”, tanya Joan kemudian.

Alis Petra berkerut bingung. “Untuk apa?”.

“Untuk menutup mulutmu yang selalu saja pintar dalam berkata-kata!”, jawab Joan langsung.

Petra tertawa saja sambil beringsut maju dan mengarahkan bibirnya tepat di telinga Joan lalu berbisik dalam suara yang menggoda. “Aku bisa menggunakan mulutku dengan baik pada tempat yang seharusnya seperti semalam. Jika kau mau”.

Gotcha! Joan tersentak dan bergerak menjauh dari Petra tapi dia sudah dengan sigap menahan tubuh Joan agar tetap berada di dekatnya. Hmmm

“Petra…”

Petra mencium lembut pipinya, dagunya, rahangnya secara perlahan dimana Joan mencoba menggeliat sambil menahan tubuhnya yang semakin dekat saja. Jika kemarin-kemarin wanita itu bisa menghindar karena Petra memang memberikannya kesempatan itu, sekarang tidak lagi! Dia tidak akan menghentikan apa yang ingin dilakukannya pada Joan, apalagi dia sudah menjadi istrinya.

“I still can’t get over you, baby. I’ve waited for three years and I won’t stop like there’s no tomorrow because I want you and I need you more and more and more, darling”, bisik Petra dengan hasrat yang langsung muncul begitu saja lewat interaksinya saat ini.

“Aku masih merasakan nyeri di pangkal pahaku. Apa kau tega melakukan hal itu padaku disaat aku masih…”

“Tenang saja, sayang. Itu bisa diatur. Aku bahkan bisa memancing reaksi tubuhmu untuk meminta lebih padaku dan kau akan kaget kalau ternyata aku bisa membuatmu puas sampai tidak mampu untuk berjalan”, sela Petra santai lalu memalingkan wajahnya untuk menatap Joan dengan seringaian mesumnya.

“Stop menggerayangi tubuhku”, ucap Joan dengan suara tercekat dan wajah yang semakin merona.

Yeah. Sedaritadi kedua tangan Petra sudah bekerja dengan giat untuk menjelajahi tubuh Joan di balik selimutnya karena kelincahan tangannya yang mulai menyelinap. Mau bagaimana lagi? Bukankah memang sudah saatnya Joan bertanggungjawab atas semua pertahanan dirinya yang selama ini dilakukannya? Petra tidak bisa menyangkal kalau pikiran kotor terus merajalela di dalam otaknya saat ini.

Urusan sekelompok orang yang beniat untuk mencelakakan keluarganya atau perusahaannya yang membutuhkan konfirmasinya masih bisa menunggu selagi dia menuntaskan keinginan batinnya yang masih jauh dari kata puas.

“Apakah aku pernah bilang kalau aku begitu terobsesi dengan tubuhmu? Jika belum, saatnya kau mengetahuinya. You may have noticed I’m a bit obsessed with your chest”, ujar Petra sambil menarik turun selimut yang menutupi payudara Joan yang sudah diremasnya itu dan membawa satu puting mungil itu ke dalam mulutnya.

Holy fucking shit! Petra mengerang menikmati kenikmatan yang dia rasakan saat ini dan membelai puting itu dengan lidahnya yang terlatih. Seolah tidak mau rugi, satu payudara Joan yang bebas diraba juga olehnya lalu meremasnya dengan gerakan yang seirama.

“Ah..”, desah Joan lembut yang membuat Petra semakin menggila.

Tubuh Joan benar-benar terasa pas di telapak tangannya, seimbang dengan tubuhnya dan sanggup membuatnya lupa diri dengan apa yang diinginkannya lewat desakan yang semakin menghantam dadanya. Dia masih asik mencumbu Joan dengan posisi yang sudah berubah.

Joan yang sudah ada di bawah tindihannya dengan dirinya yang membungkuk untuk menekuni sepasang payudara paling indah yang pernah disentuhnya dan diciumnya. Sangat manis dan menggairahkan. Seolah itu saja tidak cukup untuk membuat Petra puas, dengan mulutnya yang masih menghisap puting dan satu tangan yang meremas lembut payudara yang lainnya. Satu tangan Petra yang bebas meluncur turun untuk menyusuri inti tubuh Joan yang sudah basah. Oh shit!

Petra senang kalau semalam dia membiarkan Joan tertidur tanpa memakaikannya pakaian. Hanya menyelimutinya saja. Dirinya pun begitu sehingga dia puas menyentuh dan memeluk tubuh Joan tanpa adanya hambatan. Sekaligus mempermudah dirinya untuk mengakses setiap inci tubuh itu di pagi hari. Seperti sekarang.

“Ah… ah… Petra… “, desah Joan dengan suara gelisah saat Petra mulai mengusap klitorisnya yang lembap dan memainkan jari-jarinya dengan gerakan melingkar.

“Do you like it, baby? Do you like my finger fuck you like this?”, bisik Petra serak.

Petra, you sound so pervert”, balas Joan dengan suara mendesah.

“Oh you’re just don’t know what inside of my head. I’m so fucking screwed up to make you insane about fucking all over you”, sahut Petra lalu mengerang pelan saat dia memasukkan jari tengahnya yang panjang ke dalam tubuh Joan yang begitu basah.

“Petra!”, pekik Joan dengan erangan yang tertahan dan mencengkeram erat kedua bahunya karena aksinya barusan.

“What? Does it feel good, baby?”, tukas Petra sambil menyeringai puas melihat wajah Joan yang begitu bergairah.

Joan tidak menjawab atau bahkan mungkin tidak sanggup menyahutinya, kepalanya terkulai ke samping dengan erangan yang tidak henti-hentinya keluar dari mulutnya. Bahkan jari Petra yang berada di dalam tubuhnya seakan terbakar karena hawa panas yang meluap dari dalam. Wanita itu begitu bergairah dan membuat Petra tidak dapat menghentikan gerakan maju mundur yang dia lakukan melalui jari tengahnya.

Well… itu baru satu jari. Bagaimana kalau Petra meningkatkan kenikmatan wanita itu dengan menambah jumlah jarinya? Sambil masih terus mencium rahangnya, dagunya, lehernya  dan dimanapun yang Petra inginkan, disitu dia menambahkan satu jari lagi ke dalam tubuh Joana.

And yes! Wanita itu semakin mengerang, kali ini erangannya terdengar lebih keras. Petra sampai mengangkat wajahnya untuk menghentikan ciumannya agar bisa menatap wajah Joan yang begitu menggairahkan. Membuat gairahnya semakin meningkat dengan nafas yang memberat karena rasa sesak yang menghimpit dadanya sekarang.

Ketika dia yakin kalau sedikit lagi Joan akan mencapai klimaksnya, dia langsung menarik kedua jarinya dari tubuh Joan sampai wanita itu menggeram protes. Petra menarik nafasnya sambil mengambil posisi untuk melakukan penyatuan tubuhnya. Kali ini dia ingin merasakan Joan seutuhnya.

Kalau semalam dia terpaksa memakai pengaman, kali ini dia bebas melakukan penyatuan itu tanpa penghambat karena saat wanita itu terlelap, Petra sudah menyuntikkan serum anti hamil pada tubuh Joan. Seperti rencana awalnya yang tidak menginginkan adanya kehadiran manusia baru diantara mereka berdua karena Petra masih ingin menikmati kebersamaannya sebagai pasangan baru.

Apalagi dia tahu kalau Joan membutuhkan waktu untuk mengenalnya lebih jauh dan sama sekali tidak mau adanya pengalihan yang membuat keduanya merasa terbeban jika ada perbedaan pendapat nantinya.

“Slow down, baby. Slow down”, ucap Joan dengan suara berbisik saat Petra mulai memasukinya.

Damn! Petra merasakan perasaannya meluap tidak karuan mendengar panggilan sayang yang dilontarkan Joan padanya barusan. Wanita itu benar-benar membuatnya menggila dengan hal kecil yang dilakukannya hanya lewat dari panggilan saja. Petra merasa seperti anak remaja yang baru berpacaran saja karena kesenangan dipanggil seperti itu.

Petra mulai mendesak masuk dengan perlahan dan sama sekali tidak kesulitan seperti semalam meskipun masih agak susah payah dalam mengarahkan kejantanannya. Ketegangannya sudah semakin mengeras saat kepala kejantanannya merasakan cairan gairah yang menyambutnya ketika dia sudah berhasil masuk sedikit.

Tubuh Joan gemetar dengan nafas yang tertahan sambil mencengkeram erat seprai ranjang di kedua sisi tubuhnya. Dia seperti mempersiapkan dirinya untuk menahan rasa sakit dan menatapnya dengan tatapan sayu.

“Don’t worry, babe. I won’t hurt you”, ucap Petra lembut sambil mengusap wajahnya dan kembali menghentakkan tubuhnya dalam satu dorongan yang cepat.

Petra mengerang sambil menarik nafas dengan berat. Dirinya sudah sepenuhnya masuk ke dalam tubuh Joan yang sangat sempit dan mencengkeram erat di sepanjang kejantanannya. Rasanya dia seperti melayang dalam gejolak kehangatan yang menyenangkan yang diberikan Joan padanya.

Seolah ingin menikmati momen penyatuan yang membuat kepalanya pening oleh gairah, Petra memejamkan matanya selama beberapa saat tanpa melakukan apapun seolah tidak ingin kehilangan sensasi nikmat dan nyeri yang menyenangkan di sepanjang ketegangannya yang semakin keras didalam sana.

“Petra…”, panggil Joan dengan nafas terengah-engah.

Petra membuka matanya dengan sayu dan menatap Joan penuh kasih. “Yes, baby”.

“Apakah… tidak aneh jika kita sudah seperti ini tapi belum berciuman?”, tanya Joan polos.

Demi apapun, pertanyaan yang dilontarkan Joan barusan terdengar begitu menggoda dan membuatnya gila dengan kepolosannya. Dia tersenyum geli karena baru sadar kalau sedaritadi dia sibuk mencumbunya dan belum menciumnya. Ah, kenapa wanita ini semakin menggemaskan?

“Aku terlalu menikmati dirimu sampai lupa akan bibirmu yang manis ini”, ucap Petra jujur.

Tentu saja dia sampai lupa karena sempitnya tubuh Joan dan kehangatan yang menyelimuti dirinya saat ini saja, sudah membuatnya terperosok jauh ke dalam jurang yang curam.

Tanpa ragu, Petra mulai membungkuk untuk mencium bibir Joan yang begitu manis dan hangat. Ciuman itu begitu indah dan menyenangkan. Dia pun mulai menggerakkan pinggulnya untuk mendorong lalu menarik, mendorong, menarik, dan berulang-ulang sampai mendapatkan tempo yang diinginkannya sambil asik melumat dan menghisap bibir Joan.

Joan mendesah di sela-sela ciumannya sambil bertukar lidah dan kedua tangannya mulai merangkul bahu Petra untuk memperdalam ciuman sambil mengerang penuh nikmat. Hmmm… wanita itu sudah bisa menjadi nakal, pikir Petra senang.

Gerakan maju mundur yang beraturan, ciuman liar yang semakin dalam, desahan-desahan yang terdengar begitu nikmat dan hawa panas yang menguar dari tubuh mereka seakan menghipnotis mereka untuk menggila bersama dalam gairah yang semakin melesak naik.

“Come with me, Joana! Scream my name”, desah Petra dengan suara tercekat saat dia bisa merasakan otot kewanitaan Joan mulai melemas.

Dia tahu kalau wanita itu akan segera meledak, dia juga tahu kalau dirinya tidak bisa bertahan lebih lama lagi karena rasa peningnya yang semakin menyebar dan kehangatan yang mulai merayap di sekitaran punggungnya. Hal itu membuatnya merasa terdesak dengan hentakan gairah yang ingin keluar dan mempercepat gerakan maju mundurnya dengan tergesa-gesa.

Selama itu terjadi, desahan Joan bagai musik yang begitu merdu di telinganya hingga kulit tubuhnya meremang, otot-otot tubuhnya menegang seakan bersiap untuk meledak dan… begitu Joan menjerit kencang seiring dengan orgasme panjangnya, disitu  Petra melayang dalam kenikmatan yang tidak bisa dia ungkapkan dalam kata-kata.

Denyutan lembut pada dinding kewanitaan Joan akibat orgasmenya itu seakan meremas kejantanannya yang begitu keras dan terasa ngilu, membuatnya kewalahan menerima sensasi menggila yang tidak sanggup dia bendung lagi.

Petra mencium bibir Joan dengan liar dan menghisapnya semakin dalam sambil terus menghentak-hentakkan tubuh Joan agar melesak semakin dalam, dalam dan dalam dimana Joan tidak berhenti untuk mengerang kencang lewat kenikmatannya yang bertubi-tubi.

Begitu hentakan terakhir yang dilancarkan Petra mendesak mulus ke dalam tubuh Joan, bahkan sangat dalam sampai Petra yakin kalau kepala kejantanannya mampu mencapai mulut rahim wanita itu. Disitulah dia meledak dalam denyutan klimaksnya yang begitu keras dan degup jantung yang bergemuruh kencang. Setiap tarikan nafasnya terasa begitu sesak dan tubuhnya bergetar. Itu adalah pelepasan ternikmat yang pernah dirasakannya seumur hidupnya. Damn!

Dengan kedua tangan yang menahan tubuhnya agar tidak menimpa tubuh Joan, dia menunduk untuk menatap wajah Joan yang merona dengan kesan gairah yang melekat disitu. Wanita itu kelelahan, begitu juga dengan dirinya. Semua itu seperti mimpi yang menjadi kenyataan.

Joan mengusap pipinya dengan lembut dan Petra langsung menangkup tangannya itu untuk mencium punggung tangannya dengan dalam. Dia menaruh tangan Joan pada dadanya yang bergemuruh dan dia juga menaruh satu tangannya lagi pada dada Joan yang juga menghasilkan degupan yang sama kencangnya seperti dirinya. Itu adalah bukti bahwa keduanya sudah mencapai tahap bercinta paling hebat dan nikmat yang penuh arti.

“Aku tidak tahu apakah kau sudah mencintaiku atau belum, Joana. Tapi yang pasti aku katakan padamu kalau aku begitu mencintaimu dan saat ini rasa itu semakin dalam sampai aku lupa siapa aku sebenarnya sampai bisa mendapatkan dirimu yang begitu berharga”, ujar Petra dengan parau.

Joan membasahi bibirnya sambil menatapnya lembut. “Aku juga belum tahu. Namun yang sudah pasti adalah kau sudah kuijinkan menjadi pria pertama dan terakhir dalam hidupku. Biarkan aku masuk ke dalam hidupmu agar aku bisa mengenalimu lebih jauh”.

Petra tersenyum hangat dan mencium kening Joan dengan penuh rasa sayang. “Tidak usah kau suruh pun, kau sudah memenuhi ruang hatiku. Jika kau masih merasa asing, tenang saja. Aku akan memandumu untuk kau kenal siapa pria yang ada diatasmu ini dengan besarnya rasa cinta yang dia miliki untuk seorang Joana”.

“Jangan merayuku. Aku tidak terbiasa mendengar rayuan dan itu tidak nyaman”, ucap Joan sambil menggelengkan kepalanya lalu mengucek matanya dengan pelan.

“Aku tidak merayu. Itu kenyataan. Aku hanya jujur dan terbuka padamu, sayang. Jadi, ayo kita jalani hidup baru kita sebagai suami istri sekarang”, ujar Petra ceria.

Dia sudah merasa tenang dan degup jantungnya kembali normal. Dia pun melepas penyatuan tubuh mereka sambil mendesah pelan saat mengeluarkan kejantanannya dari tubuh Joan. Shit! Wanita itu benar-benar nikmat dan Petra masih merasa kurang puas tapi dia tetap harus menahan diri untuk tidak menggemblengnya habis-habisan.

“Memangnya kita mau kemana?”, tanya Joan bingung sambil berusaha untuk beranjak namun dia merebah kembali sambil meringis.

Petra terkekeh sambil mengusap kepala Joan dengan gemas. See? Barusan belum apa-apa untuk dirinya tapi wanita itu sudah tidak sanggup untuk bangun sendiri. Petra pun yakin kalau Joan juga tidak mampu untuk berjalan dengan kedua kakinya. Bukan hal yang mudah untuk dirinya membiarkan kejantanan Petra yang besar dan keras  memasuki tubuhnya yang begitu sempit.

“Tentu saja berbulan madu”, jawab Petra santai sambil menyibakkan selimutnya yang kusut untuk segera beranjak dari ranjang.

“Bulan madu? Kemana? Kupikir kita harus bekerja karena ayahmu sudah mempercayakan perusahaan ini padamu dan aku yang harus melakukan…”

“Aku sudah menyuruh beberapa orang kepercayaanku yang profesional untuk mengambil tugas kita sementara, sayang. Jangan mempermalukanku sebagai suami idaman yang berniat untuk membahagiakan istrinya mengelilingi dunia demi perayaan kebahagiaan yang sudah kuimpikan sejak dulu”, sela Petra kalem sambil membuka tirai jendela kamarnya.

“Kita mau kemana dan berapa lama? Aku… “.

“Keliling dunia dan selama yang aku inginkan”, sela Petra lagi. “Ayo kita bergegas karena dua jam lagi kita akan berangkat”.

Joan mengerutkan alisnya sambil mengusap kepalanya dengan pelan. “Aku… tidak ingin pergi dan merasa malas untuk jalan-jalan. Tidak bisakah aku kembali tidur karena aku sangat lemas sekali”.

Petra melebarkan cengirannya lalu menarik selimut yang menutupi tubuh Joan dengan cepat dan membuangnya ke lantai.

“Petra!!!”, pekik Joan kaget sambil menutupi tubuh telanjangnya dengan kedua tangannya yang sia-sia.

“Ayo kita mandi. Aku akan membantumu membersihkan diri lalu kita sarapan. Kau bisa melanjutkan tidurmu di pesawat nanti”, ucap Petra yang sudah siap mengangkat tubuh Joan ke dalam gendongannya.

Joan yang masih kaget harus melingkari leher Petra dengan kedua tangannya dan pasrah saja dalam gendongan pria itu yang membawanya ke kamar mandi. Dia tidak berbicara dan hanya menatap Petra dalam diam sambil memperhatikan apa yang dilakukan Petra padanya.

Sebab Petra benar-benar melakukan apa yang dikatakannya dengan memandikan Joan yang dia taruh di dalam bathup dan menyirami tubuh Joan dengan shower, menyabuninya, menyentuh setiap titik tubuhnya lalu membilasnya dengan telaten. Bahkan Joan berinisiatif melakukan hal yang sama dengan memandikannya juga lewat ritual yang sudah dia lakukan terlebih dulu padanya.

Yeah. Mereka saling memandikan, saling mengeringkan tubuh masing-masing diiringi perbincangan ringan yang mereka lakukan, saling memilih pakaian untuk dikenakan mereka pada hari itu dan… kebersamaan yang menyenangkan ini rasanya terlalu standart jika dilewati tanpa adanya sesuatu yang mengesankan.

Karena Petra kembali mengerjai Joan saat wanita itu sudah selesai berpakaian dengan memakai terusan selutut bodyfit yang membalut pas di tubuhnya yang indah itu, dia  berniat memberikan pengalaman baru untuk Joan lewat short time sex di walk in closet dalam posisi berdiri.

Dengan bagian bawah terusannya yang diangkat sampai batas pinggang, posisi Joan yang membelakanginya dan menungging kearahnya, satu kaki jenjangnya yang diangkat keatas laci nakas dan dirinya yang mendesak masuk ke tubuh Joan dengan tuntutan gairah yang seakan tidak ada habisnya.

Hal itu membuat Petra menyukai kehidupan yang dulu sempat dihindarinya dan menyesal kenapa tidak seperti ini saja sedari dulu. And yeah. I’m fucking love this married life with happily ever after. Because why?

I can eat, sleep, fuck, sleep, fuck, eat, sleep, fuck, and repeat!




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷




Bang Pet mah gitu,
udah mulai nakal 😘

Jadi ceritanya part ini aku yang bikin tanpa mentor dong 😏😏😏

Boleh nyombong gak? Haha 😂

Kerenan mana sama karya mentorku?

HAHAHAHAHAHA


🌷🌷🌷


Ini ada uploadan foto terbaru dari sih bang Pet yang bikin gemes 😖





  

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top