Part 20 - A night with Petra

WARNING : MATURE CONTENT (21+)

Written by : Menthor
Revision by : Me

Happy Reading 💋


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Okay! Ini sangat menegangkan, batin Joan panik.

Dengan degup jantung yang bergemuruh kencang, Joan mencengkeram jubah tidurnya dengan erat sambil duduk gelisah di tepi ranjang yang ada pada kamar yang masih terasa asing itu.

Mrs. Lara, kepala pelayan penthouse Petra itu membantunya membersihkan diri. Menyiapkan air hangat untuknya mandi, membantunya melepaskan gaun pengantinnya dan menyiapkan pakaian tidurnya.

Well... yang dimaksud pakaian tidur sebenarnya bukanlah benar-benar pakaian. Itu hanya... astaga! Joan tidak pernah memakai gaun tidur yang sedemikian tipis yang melekat pada tubuhnya dalam model yang sangat memalukan baginya.

Gaun tidur berenda itu begitu menerawang dan mengekspos lekuk tubuhnya secara terang-terangan. Bisa dibilang dia tidak merasa berpakaian alias telanjang!

Oleh karena itu dia memakai jubah tidur yang juga tidak cukup membantu untuk menutupi tubuhnya tapi setidaknya, itu bisa menjadi pertahanan dirinya saat ini. Dia bahkan tidak berani bergerak dari posisi duduknya karena dia mulai panik saat bisa mendengar derap langkah pelan dari luar kamar.

Oh dear... apakah Petra sudah kembali? Dear Lord.. help me! Dia kembali mengingatkan dirinya agar kuat dan sanggup melewati semua ini karena ini sudah menjadi keputusannya sendiri. Lagipula dia sudah berumur 21 tahun dan cukup dewasa untuk hal yang seperti ini.

Dia tersentak dan melebarkan matanya saat melihat Petra membuka pintu kamarnya lalu tatapan mereka bertemu. Deg! Joan menelan ludahnya dengan susah payah dan cengkeraman tangannya pada jubah tidurnya semakin mengencang saat dia melihat tatapan Petra turun kearah tubuhnya dengan seringaian puas lalu kembali pada tatapannya.

“Kau tidak perlu sampai sebegitunya seolah aku adalah pelaku kriminal yang akan menyakitimu, sayang”, ucap Petra sambil menutup pintu kamarnya lalu tertawa hambar.

Joan mengerjap melihat wajah Petra yang berubah masam dan seperti memikirkan sesuatu namun tetap menyunggingkan senyuman yang tidak sampai ke matanya.

Pria itu melangkah pelan kearahnya dengan gayanya yang anggun dalam balutan pakaian setelan tuxedonya yang sudah berantakan dengan kemeja putih yang sudah digulung selengan dan tidak dimasukkan sama sekali dalam celananya yang berwarna hitam.

“Apa kau baik-baik saja?”, tanya Joan dengan alis berkerut saat Petra sudah mendekat kearahnya.

Pria itu berlutut di hadapannya yang sedang duduk di tepi ranjang dimana posisi kepala Joan lebih tinggi darinya. Dia tersenyum hangat lalu menghela nafas lelah.

“Tentu saja aku baik-baik saja dan merasa lega karena bisa bersamamu sekarang”, jawab Petra lembut lalu mendekatkan dirinya untuk meletakkan kepalanya di bahu Joan dan mendesah lega.

“Tapi aku merasa kau tidak baik-baik saja”, ucap Joan sambil mengusap kepala Petra dengan ragu.

Dia bisa merasakan Petra tersenyum lalu menghirup tubuhnya dengan hidung yang terarah pada lekuk lehernya.

“Maafkan aku kalau aku baru pulang. Ijinkan aku memelukmu seperti ini selama beberapa menit. Aku lelah”, ujarnya pelan sambil melingkari pinggang Joan dengan kedua tangannya dan menenggelamkan kepalanya pada lehernya.

Ya Lord... Joan melumat bibirnya erat-erat sambil menahan diri agar tidak histeris. Dia yakin degup jantungnya bergemuruh kencang dengan nafas yang semakin memberat dengan kedekatan yang seperti ini.

Aroma Petra yang tercium maskulin dan menyegarkan di indera penciumannya, tubuh besarnya yang kokoh itu menghangatkan dirinya dan bakal janggut tipisnya yang menggelitik kulit lehernya seolah memberikan sensasi asing yang bergejolak di dalam tubuhnya.

Baby, jangan terlalu tegang. Aku belum melakukan apa-apa tapi kau sudah setegang ini”, bisik Petra pelan.

Shit! Bisikannya itu malah membuat Joan semakin tidak karuan karena semburan kehangatan dari nafas Petra semakin menyudutkannya. Dia yakin degupan jantungnya semakin cepat dan dia memekik saat Petra mengecup lehernya lalu menarik diri sambil terkekeh pelan.

“Aku tidak akan menjahilimu lagi”, ujarnya ceria lalu beranjak berdiri dan mengusap kepalanya dengan lembut. “Maaf kalau aku barusan hanya iseng. Tidurlah. Aku ingin membersihkan diri dan aku janji tidak akan menyentuhmu selama kau belum siap”.

Joan malah mengerjap bingung saat melihat Petra melenggang pergi menuju ke kamar mandi tanpa bicara apa-apa lagi. Okay! Dia kembali panik karena merasa sudah bertingkah konyol sampai Petra menarik diri seperti barusan.

Dia mulai beranjak dan berjalan kesana kemari sambil berpikir keras apa yang harus dilakukannya sekarang karena sepertinya Petra terlihat penat. Sambil mengusap wajahnya dengan gelisah, Joan terdiam selama beberapa saat dan... ide gila itu muncul!

Dia mengangkat wajahnya untuk menatap dirinya di cermin sambil menggigit bibir bawahnya.

“Lu bukan anak kecil lagi yang masih bertingkah kayak bocah, Joan!”, ocehnya dalam hati.

Sambil memantapkan dirinya dan merapalkan doa dalam hati, Joan melepas jubah tidurnya begitu saja lalu menarik nafasnya dalam-dalam dan meyakinkan diri untuk mampu menjadi seorang wanita yang sesungguhnya malam ini.

Dia bahkan sempat meminta saran dari kakak iparnya, Alena dan kedua kakak wanitanya yang lain yaitu Ashley dan Vanessha, bagaimana dirinya harus menghadapi seorang pria yang akan menyentuhnya? Jawaban mereka adalah sama. Yaitu menikmatinya. Heck! Apa yang harus dinikmati kalau dia saja tidak tahu bagaimana cara melakukannya?

Aaarrgghhhh... Joan mendengus kesal karena perang batinnya yang semakin tidak karuan dan memutuskan untuk melangkah menuju ke kamar mandi menyusul Petra.

Dia membuka pintu kamar mandi itu dengan perlahan dan melangkah pelan sambil menggigit bibir bawahnya. Terdengar suara pancuran air yang menyala dan Joan bisa menangkap siluet tubuh Petra yang membelakanginya dari balik pintu kaca walk-in shower. Deg!

Pria itu sedang berdiri tepat di bawah pancuran sambil menaruh kedua tangannya pada tembok dengan kepala tertunduk. Sepertinya dia benar-benar mempunyai beban pikiran tapi bukan itu yang menjadi fokus Joan sekarang karena sorot matanya malah fokus kearah lain. Untuk pertama kalinya dia menatap tubuh seorang pria dewasa dalam keadaan telanjang seperti itu meskipun tampak dari belakang.

Bahu Petra yang lebar dan kokoh, otot-otot yang berada di tempat seharusnya, bokongnya yang padat dan kencang, kedua kaki panjangnya yang berotot. Dan tato besar yang bergambarkan sorot mata burung elang yang menyipit tajam, tato simbolic yang ada di rusuknya, di tangannya, juga ada beberapa tato lainnya yang sepertinya pria itu menyukai seni tato pada tubuh.

Kemudian, dia menutup pintu secara perlahan dan melepas gaun tidurnya yang tipis itu tanpa berpikir. Mau apalagi? Toh juga memakai gaun itu pun dia sudah merasa telanjang.

Joan melangkah perlahan lalu membuka pintu kaca itu dengan pelan dan menutupnya kembali untuk bergabung dengan Petra di bawah pancuran. Meskipun dia sudah mandi tapi... hanya ide gila ini yang muncul dalam otaknya barusan. Yaitu menemani pria itu untuk membersihkan diri.

Pria itu masih dalam posisi yang sama seperti tadi dan belum bergerak. Sepertinya dia sedang berpikir keras dan serius sampai tidak menyadari ada yang berdiri di belakangnya.

Kemudian... setelah Joan menghitung satu sampai sepuluh dalam hati, dia membuka kedua tangannya lalu melangkah maju untuk memeluk tubuh Petra dari belakang. Okay! Dia yakin pria itu tersentak dan tubuhnya menegang kaku menerima serangan tiba-tibanya yang kelewat batas. Mendadak merasa seperti wanita murahan yang menyerahkan dirinya begitu saja tapi... Joan berpikir kalau dia adalah istrinya dan pria itu adalah suaminya. Jadi wajar saja.

Dia merasakan guyuran air yang dingin mendarat diatas kepalanya lalu meluncur membasahi sekujur tubuhnya. Kedua tangannya sudah disentuh oleh Petra lalu pria itu berbalik dan menatapnya dengan sorot mata yang... penuh hasrat. Shit!

Kalau dari belakang saja dia sudah tampak gagah, pria itu tampak tiga kali lebih baik dari tampak depan. Dia tersenyum sambil menarik Joan untuk mendekat dengan merangkul pinggangnya. Alhasil, Joan menubruk tubuh telanjang Petra dengan ketegangan yang bisa dia rasakan di perutnya. Oh my...

“Apa yang kau lakukan, baby? Kau tadi gemetaran dan sekarang menghampiriku seperti ini. Aku sudah tidak sanggup menahan diri lagi”, ujar Petra lirih.

“Enlighten me, Petra. Aku tidak tahu harus berbuat apa agar supaya kau tidak terlihat penat atau marah? Aku ingin menyenangkanmu. Lagipula kau sudah menjadi suamiku dan tidak usah menahan diri lagi”, balas Joan cepat.

Demi apapun dia juga kaget sendiri bisa membalas Petra dengan ucapannya seperti barusan. Dan  sepertinya Petra bisa menangkap kekagetannya itu dengan memberikan senyuman lembut lalu membelai rambutnya yang basah.

“Kau tidak perlu sampai harus berusaha seperti itu meskipun ini adalah malam pertama kita. Aku...”

Lagi. Joan tidak percaya kalau dia bisa melakukan hal gila seperti ini. Dia berjinjit untuk menggapai bibir Petra lalu menciumnya dengan seluruh keberaniannya. Pria itu bahkan tidak petlu membuang waktu untuk sekedar merasa kaget atau tersentak karena dia langsung membalas ciuman itu rangkulan yang semakin erat di pinggangnya lalu mengangkat tubuhnya.

Petra memagut dan melumatnya dalam hisapan kuat pada bibir bawahnya, dia melakukan ciuman itu dengan mantap tapi tidak tergesa-gesa sehingga Joan bisa mengikuti ritme yang dimainkannya.

Meskipun ini adalah hal pertama yang pernah dilakukannya, berciuman di bawah pancuran air dalam keadaan telanjang, nyatanya tidak membuat Joan menjadi histeris atau bertindak konyol. Dia memejamkan matanya untuk menikmati ciuman itu sambil merangkul bahu Petra dengan kedua tangannya.

Dia melumat pelan, membelai bibir Petra dengan lidahnya dan membiarkan pria itu menguasai rongga mulutnya dengan lidahnya yang meliuk ke dalam untuk mengeksplorasi setiap sudut mulutnya. Sangat dalam dan liar. Bahkan dia yakin dia sudah mendesah ketika Petra mulai menciuminya dengan bernafsu.

“Ahhhh...”, erang Joan pelan saat Petra mulai menyentuh tubuhnya dengan meremas lembut payudaranya.

“Uhhh... i love your sound, baby”, bisik Petra dengan suara yang menggoda.

“Mmm.. Petra, just so you know...”, ucap Joan dengan suara tercekat. “...You don’t have to do anything to me. Just tell me what should i do”.

“Just so you know...”, balas Petra dalam suara yang sangat pelan. “... keeping my hands to myself would be impossible right now”.

“I want to pay attention. You might... distract me”.

Joan mengerang saat Petra mulai membungkuk untuk menggigit pelan kulit bahunya yang basah dan tangan Petra masih meremas lembut payudaranya dalam gerakan yang seirama dan satu tangannya lagi yang mencengkeram pinggulnya sekarang. Guyuran air dingin harusnya membuatnya menggigil tapi ini tidak, karena Joan merasakan hawa panas yang mulai menyeruak dari dalam tubuhnya mendapati sentuhan asing yang terasa menyenangkan.

“Kau tahu jelas kalau aku begitu terobsesi padamu dan menunggu saat seperti ini, cantik”, ucapnya sambil mencium titik diantara bahu dan lehernya. Oh dear…

“Petra…”

“Touch me, Joana”, tukas Petra sambil mengangkat payudaranya dan mendorongnya lebih tinggi lalu meremasnya lagi.

Joan mengerang dan melengkungkan tubuhnya untuk menerima sensasi panas yang semakin menjalar. Reaksi tubuhnya sudah jelas membuatnya mendapatkan pengalaman yang baru disini. Dia semakin mengeratkan kedua tangannya di bahu kokoh milik Petra untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh karena tubuhnya terasa lemas.

“Tunjukkan padaku bagaimana harus melakukannya?”, tanya Joan dengan susah payah.

Suaranya terdengar gemetar karena merasakan getaran yang bergejolak dalam dadanya dengan degup jantung yang sudah bergemuruh. Tapi sepertinya, Petra menanggapi lain dari suaranya yang gemetar karena pria itu mematikan shower tanpa menghentikan cumbuannya. Bahkan pria itu kini semakin mempererat gendongannya dan… shit! Kedua kakinya yang melingkar di pinggang Petra membuatnya bisa merasakan ketegangan yang ada pada Petra karena berada tepat di depan inti tubuhnya.

“Petra…”, pekik Joan cemas.

Petra memberikan seringaian gelinya sambil mulai melangkah melewati pintu kaca dan mendaratkan Joan diatas sofa empuk yang ada di dalam kamar mandi yang terletak di dekat bathup. Dia menarik diri dengan posisi yang masih telanjang dan basah kuyup dengan ketegangan yang membuat Joan harus menahan nafasnya karena Petra begitu… besar!

Pria itu berjalan santai menuju ke sebuah rak kaca yang berisi tumpukan handuk yang tersusun rapi sehingga hal itu bisa memberikan akses untuk Joan bisa melihat postur tubuh tampak belakang dari Petra yang… Oh dear! Joan sampai tidak sanggup melanjutan ucapannya dan segera menunduk untuk menutupi rona merah pada kedua pipinya karena pemandangan itu cukup membuat otak dan matanya ternodai. Ya Lord…

Joan tersentak saat ada yang melingkupi diatas kepalanya. Dia buru-buru mendongak dan mendapati Petra yang sedang bekerja untuk mengeringkan rambutnya dengan handuk besar berwarna putih sambil tersenyum padanya.

“Jangan tersenyum seperti itu, aku merasa konyol karena menjadi amatir disini”, ucap Joan dengan nada teguran yang terdengar pelan.

Dia mengambil alih handuk itu untuk mengeringkan kepalanya sendiri agar pria itu juga bisa mengeringkan tubuhnya atau setidaknya menutupi sebagian dari tubuhnya yang membuat darah Joan berdesir kencang.

“Tidak usah malu padaku, Joana. Bagiku kau sempurna”, ujar Petra hangat sambil mengambil handuk baru untuk dirinya sendiri.

Joan kembali menunduk sambil mengeringkan tubuhnya dengan handuk dan berniat untuk menutupi tubuhnya tapi gerakannya tertahan karena tiba-tiba dirinya didorong mundur sehingga dia terjatuh merebah ke belakang dan mendarat diatas sofa itu. Shit! Belum sempat dia bangun dan baru berhasil menopang tubuhnya dengan siku, disitu dia merasakan kalau kedua pergelangan kakinya sudah dicengkeram erat dan dilebarkan dengan Petra yang membungkuk kearahnya.

“Petra!”, pekik Joan kaget dan wajahnya semakin memanas dengan deru nafas yang kian memburu.

Pria itu tersenyum dan mengangkat alisnya dengan ekspresinya yang hangat. “Kau ingin tahu bagaimana caranya untuk menyentuhku, bukan?”.

Joan mengerjap tidak nyaman sambil menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk pelan. Dia bisa melihat sorot mata Petra yang berkilat penuh gairah saat melihat wajahnya sekarang, seperti dia menyukai dirinya yang sedang gugup saat ini.

Petra menyusuri perut rata Joan lalu mengecupnya disitu. Dia masih menatap ekspresi Joan dengan sorot matanya yang tajam dan dia yang mulai mendekatinya untuk menciumi lehernya, dadanya, rusuknya, perutnya dan sampai berulang-ulang. Joan melumat bibirnya rapat-rapat untuk menahan erangannya sambil tetap melihat apa yang dilakukan Petra pada tubuhnya.

Matanya mulai mengerjap gelisah saat Petra semakin dekat ke titik pangkal pahanya atau ketika ciumannya semakin turun kesana. Dia hendak menggerakkan kedua kakinya untuk menutup dirinya tapi kedua tangan Petra dengan cepat kembali menahan gerakannya dan melebarkannya, bahkan lebih lebar dari sebelumnya. Oh dear… Joan tidak merasa nyaman dengan posisi seperti ini.

Dia yang sepenuhnya telanjang di hadapan pria asing yang sudah menjadi suaminya dengan kaki yang melebar dan kepala pria itu yang sudah ada di depan inti tubuhnya. Degup jantungnya semakin berdetak kencang sampai nafasnya terasa sesak. Dia bahkan tidak sanggup menahan erangan yang mulai keluar dari mulutnya saat Petra mendaratkan sebuah kecupan tepat diatas klitorisnya.

Joan bisa merasakan kalau Petra meniup lembut di sekeliling kulitnya yang hangat. Dia memberikan satu senyuman sebelum menunduk dan membuka mulutnya pada tubuhnya yang terasa lembap disana. Dia memejamkan matanya sambil menikmati lidah Petra yang menari-nari diatas klitorisnya dalam gerakan memutar lalu menghisapnya lembut.

Joan kembali mengerang dalam erangan yang penuh damba. Dia yakin tubuhnya gemetar oleh karena gairah yang membuncah dari dalam dadanya dan degupan jantungnya semakin memburu tidak karuan mendapatkan serangan lidah Petra yang semakin liar di tubuhnya. Bahkan dia mencoba membuka matanya dan mendapati Petra terlihat begitu menikmati apa yang dilakukannya saat ini.

“Kau begitu manis, sayang. Kulitmu sangat lembut dan… kau sangat nikmat”, desah Petra sambil asik menjilati dirinya dan menghisap klitorisnya dengan keras. Damn!

Mulut pria itu benar-benar terlatih dalam hal apa saja. Selain pintar dalam mengucapkan kata-kata romantis, dia juga pintar membuat tubuhnya gemetar karena rasa nikmat yang sudah mampu dirasakan Joan saat ini. Dia bahkan menengadah, merintih dalam suara parau dan mengangkat pinggulnya seolah menuntut tindakan lebih dari apa yang dilakukan Petra saat ini.

Petra menjilat satu sisi dan satu sisi yang lain dan terus membelai titik sensitifnya dengan lidahnya, bergerak melingkar lagi, lagi dan lagi seolah dia enggan untuk berhenti dan Joan pun tidak menginginkan pria itu untuk berhenti.

Degup jantungnya kian memburu dengan kehangatan yang semakin merayap di sekitaran pinggul sampai ujung kakinya, bahkan setiap tarikan nafasnya berubah menjadi erangan yang tiada henti seolah memohon. Seolah Petra mengerti apa yang diinginkan tubuhnya saat ini, pria itu mempercepat gerakan lidahnya dan kedua tangannya mulai bekerja untuk meremas bokongnya dan hal itu dilakukan berulang terus, terus, dan terus tanpa henti.

Dan pada saat Petra menghisap kuat tubuhnya yang sudah tidak berdaya, disitu Joan menjerit kencang sambil mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuhnya karena luapan gairah yang keluar dari dalam tubuhnya. Dia bahkan merasakan tubuhnya seolah melayang tinggi dan hawa panas menghimpit dadanya dengan denyutan keras yang terasa nyeri dari dalam inti tubuhnya.

Joan bisa merasakan Petra berhenti melakukan aktifitasnya dan mengangkat wajahnya untuk memberikan seringaiannya saat melihat dirinya sekarang. Joan masih bernafas terengah-engah dan mengerjap sayu saat Petra mulai berdiri dengan ketegangannya yang begitu kokoh dan.. besar.

Petra memandangnya dengan penuh hasrat dan rasa cinta secara bersamaan tanpa berniat melakukan apa-apa. Hal itu membuat Joan sadar kalau pria itu tidak ingin membuatnya kaget dengan apa yang ingin dilakukannya tapi dia sudah mempersiapkan dirinya untuk malam ini.

Please… come here”, ucap Joan dengan serak sambil mengulurkan satu tangannya dan langsung disambut oleh Petra.

Baby,…”

“Do it to me. I believe you. Just do it to me”, ucap Joan dengan sorot mata yang menyiratkan keyakinan pada Petra.

Petra tertegun sejenak lalu kembali mengulum senyuman lembut padanya sambil menautkan anak rambutnya ke belakang telinga. Dia mencondongkan wajahnya untuk mencium bibirnya dengan lembut dan dalam, sama sekali tidak menuntut dan begitu pengertian disitu. Membuat Joan merasakan indahnya dicintai dan dihargai oleh pria ini.

“If I do that, I won’t stop and I don’t want to hurt you, baby”, bisik Petra dengan suara yang nyaris berbisik.

“You wont hurt me”, balas Joan langsung lalu mengusap rahang Petra yang tegas dengan pelan dan sepertinya itu memberikan pengaruh pada pria itu karena dia bisa melihat ekspresi wajah Petra yang terlihat begitu menikmati sentuhannya.

Kemudian, Petra menarik diri lalu mengambil sesuatu dari laci nakas yang ada disamping sofa. Sebungkus kecil yang Joan yakin itu adalah sebuah kondom. Dia membukanya dan mengeluarkan barang itu lalu membuka gulungannya dengan memakaikannya sampai terbalut ketat di sepanjang kejantanannya.

“Beritahu aku jika kau merasa sakit, okay?”, ucap Petra pelan dan Joan langsung mengangguk dengan mantap.

Dia merasakan otot kaki Petra yang kokoh bergerak diantara kakinya dan juga ujung kejantanannya ketika dia memposisikan diri. Petra mendongak untuk menatapnya sejenak seolah meminta persetujuan darinya dan Joan hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian, dia melanjutkan tindakannya dimana Joan menahan nafasnya saat Petra hendak memasukinya.

Take a deep breathe, baby. Relax”, ucap Petra lembut dan Joan langsung melakukan yang disuruhnya.

Petra tersenyum lalu kembali membungkuk untuk menyusuri bahu Joan dengan ciumannya yang basah, sampai ke dadanya dan mengulum putingnya dengan hisapan keras disitu. Joan kelimpungan saat Petra terus mengecupnya, menjilatnya dan menggoreskan kulitnya dengan giginya. Dia merasa jantungnya seolah akan meledak menembus rusuknya, membuat Joan kembali merasakan gejolak gairah yang ingin diluapkan lalu…

“Enggghhhh… “, pekik Joan saat merasakan ada desakan yang menyakitkan pada tubuhnya.

Petra mulai mengarahkan kejantanannya untuk memasuki tubuhnya dengan sangat pelan bahkan terkesan hati-hati seolah dia sedang memegang barang pecah belah yang begitu mahal. Dengan satu tangan yang mengarahkan kejantanannya dan satu tangan yang menyentuh tubuh Joan untuk merangsang tubuhnya, disitu Joan menggeliat gelisah dan mulai beranjak dari rebahannya dengan siku yang menekuk untuk menopang tubuhnya.

Petra kembali mendesaknya dengan gerakan cepat dalam satu hentakan yang cukup kuat sampai Joan menjerit dan meringis kesakitan. Dia bisa merasakan Petra mengecup pucuk rambutnya sambil menangkup wajahnya lalu membisikkan perkataan yang lembut seperti dia tidak akan menyakitinya, dia yang akan melakukannya dengan benar dan dia yang akan membuatnya merasa nyaman. Seperti itu.

Desakan-desakan itu terasa semakin menyakitkan karena Petra kembali menerobos masuk ke dalam tubuhnya yang terasa sesak karena ketegangan Petra seolah memaksa masuk untuk memenuhi dirinya. Ya Lord… dia sampai menggigit bahu Petra dengan kencang untuk menahan rasa sakit yang harus ditahannya.

Oh.. baby! You’re so tight and so warm. I… I… oh fuck!”, erang Petra saat dia sudah berhasil mengoyakkan selaput dara milik Joan.

Joan tidak sadar kalau dia sudah mulai terisak dalam diam dan kepalanya terkulai ke belakang karena sensasi nyeri yang begitu menyakitkan di dalam tubuhnya. Petra pun mulai mencumbu dirinya tanpa bergerak sedikitpun di bawah sana seolah memberikan waktu bagi Joan untuk menenangkan diri.

Dia memberikan ciuman-ciuman basah di sepanjang lehernya, menyesap kulit tubuhnya dalam-dalam. Kedua tangannya membelai dan mulai menyentuh setiap inci tubuhnya lalu meremasnya dengan lembut. Kini bibirnya mulai mencumbu dadanya dengan mengulum, menjilat dan menghisap putingnya dengan bernafsu. Hal itu membuat Joan merasakan gairah yang kembali datang dan mulai mendesah pelan.

Kemudian, Joan bisa merasakan ada pergerakan di bawah sana dengan gerakan maju mundur yang begitu pelan namun berirama. Petra mulai menggerakkan tubuhnya untuk melakukan penyatuan itu sambil mengawasi ekspresinya saat ini. Well… dirinya tidak tahu kalau rasanya akan seperti ini, bahkan Joan bisa merasakan sakit tapi dengan cara yang sangat… nikmat!

“Ah…”, erang Joan pelan saat dia sudah bisa menikmati permainan yang dilakukan Petra padanya.

Seolah tahu kalau dirinya mulai bisa menikmati hal itu, Petra mulai bergerak dalam ritme yang lebih cepat dari sebelumnya, menghentakkan pinggulnya dalam desakan yang kian mendesak, mendorong dirinya semakin dalam pada tubuhnya yang membuat Joan merasa akan hancur berkeping-keping. Oh dear… sensasi seperti ini mulai membuat Joan kewalahan dan tubuhnya mulai melemas.

“Baby, you’re such a goddess. Look at you”, ucap Petra dengan suara serak.  

Joan membasahi bibirnya dan mengangkat tangannya untuk menyentuh dada bidang Petra dengan belaian lembutnya. Pria itu mengerang pelan saat mendapatkan sentuhannya dan itu membuatnya mempercepat gerakannya yang semakin mendesak.

Petra meraih kedua tangan Joan dan mengarahkannya di sisi kanan kiri kepalanya lalu menautkan jari jemarinya sambil menatap Joan dengan penuh kehangatan.

Mereka saling bertatapan dengan nafas yang bertubrukan diiringi desahan-desahan yang terdengar begitu nikmat. Petra bahkan tidak menghentikan gerakannya dan terus memompa dirinya.

Petra terasa begitu kuat, keras dan liar. Namun dia masih menjaga kelembutannya dengan menggenggam erat kedua tangannya sambil menatapnya hangat.

“Petra...”

“Give it to me, Joana. I know you’re getting closer”, ucap Petra dimana dia bergerak semakin cepat dan mantap.

Hanya butuh waktu sebentar saja dan gerakan Petra yang memacu semakin tajam, Joan kembali mendapatkan orgasme keduanya dengan erangan yang menyangkut di tenggorokannya dan tertelan oleh gelombang yang menghantam begitu keras hingga tulangnya terasa bergetar.

Perpaduan berbagai suara memenuhi telinganya saat Joan merasakan hunjaman tubuh Petra dalam tubuhnya dan bagaimana akhirnya pria itu mengejang, ototnya semakin lama semakin menegang sebelum akhirnya Petra mengerang hebat saat mencapai klimaksnya.

Joan kelelahan, tubuhnya lemas dan sendinya terasa ngilu. Kulitnya meremang oleh kehangatan dan dia begitu letih hingga tidak mampu membuka matanya namun bisa merasakan Petra menarik ujung kondomnya, menggenggamnya erat sebelum menarik tubuhnya untuk melepaskan penyatuan tubuhnya.

Dia bisa merasakan Petra mengecup lembut pucuk rambutnya dan berbisik lembut seperti aku mencintaimu, lalu menggendongnya untuk dibawa entah kemana.

Ketika Joan bisa merasakan dirinya direbahkan diatas ranjang yang empuk dan hangat itu, dia nyaris sudah tidak sadarkan diri karena rasa lelah yang sudah menghantam dirinya untuk terlelap saat itu juga.


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Salam dari babang mentorku :
"Happy wet dream, pals!"
😖😖😖😖😖

Bagaimana?
Aku yang udah revisi ampe berkali-kali selama dua hari ini...
Bisa dibayangkan betapa tersiksanya aku saat membaca part ini berulang2?

Ini masih lebih waras,
Tulisan awalnya? 😱😱😱
Serasa melayang jiwa sama raga kayak nggak napak.

Berasa banget kayak lagi malam pertama sama babang Petra itu ampe bikin semua nadi dalam tubuh berdenyut 😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top