Part 18 - I do cherish you
Inspirational song :
I do by Eveline
Just listen the song and I'll make sure that you're gonna love it.
It was my wedding song and this week is my 6th anniversary 😍
Polling terbanyak adalah PETRA
Happy Reading 💋
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Joan menatap kearah luar jendela dengan tatapan menerawang pada taman bunga lilac yang terpampang indah di luaran sana. Dia menautkan kedua tangannya dengan perasaan gugup.
Saat ini dia sudah mengenakan gaun putih sederhana dengan rambut panjangnya yang bergelombang terurai di balik punggungnya dan berdiri memunggungi beberapa orang di dalam ruangan itu.
"Aku tidak percaya kalau kau benar-benar akan mengambil keputusan sekonyol ini, Joana. Tidakkah kau sadar kalau..."
"Sudahlah, Joel. Bisakah kau hentikan omong kosongmu soal mempengaruhi adikmu untuk berubah pikiran sekarang?", sela Christian dengan nada masam.
Joan berbalik untuk menatap kakak dan ayahnya itu dalam diam sambil merapikan gaun yang dikenakannya. Dan hey... hari ini dia menikah! Yeah! Dia akan menikah dengan Petra setelah menerima lamaran pria itu tiga hari yang lalu. Melihat kebahagiaan Petra saat mendengar jawabannya membuat perasaan Joan semakin menghangat.
Pada intinya dia tidak ingin membuang waktu tarik ulur yang sering dilakukan oleh banyak pihak. Kisah cinta orangtuanya pun sudah dijadikannya sebagai pengalaman dengan masa vakum tujuh tahun yang akhirnya mempertemukan kembali dalam satu kesempatan dimana kakaknya, Joel sudah hadir diantara mereka tanpa diketahui ayahnya.
Lalu ada kisah cinta kakaknya yang harus vakum selama lima tahun hanya untuk menjaga Alena dari kejauhan lalu tarik ulur lagi sampai beberapa waktu dengan ending yang sudah pasti akan bersama juga. Untuk apa membuang waktu begitu banyak kalau sudah tahu akhirnya mereka harus bersama juga? Demikianlah pemikiran Joan.
Petra bahkan cukup kaget dengan permintaannya yang ingin segera menikah. Selain slogan hidupnya yang berbunyi : "Never ever had sex before married", dia pun merasa kalau pria itu sudah terlalu lama menunggu dirinya selama tiga tahun dan harus menahan diri untuk penolakan yang dilakukannya dua bulan lalu.
Dia juga tahu kalau dia tidak akan bisa menghindar atau menjauh dari Petra karena pria itu akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya kembali. Bisa jadi dia akan diculik kalau dia berusaha kabur. Atau dia akan membunuh semua pria yang mendekati dirinya. Seperti itu. Tidak ada jalan keluar yang lebih baik selain menerima lamarannya dan menikah dengan pria itu.
Keputusannya sudah sangat mantap, terlebih melihat kesungguhan Petra dalam memenuhi janjinya, juga pertahanan diri yang cukup mengagumkan selama tinggal bersamanya tiga hari terakhir. Meskipun dia masih belum terlalu mengenal sosok pria itu, tapi dia tahu kalau pria itu pasti sudah sangat mengenal dirinya.
Jadi daripada membuang waktu untuk menghindarinya, lebih baik Joan menggunakan waktu yang ada untuk mengenalnya lebih jauh sambil menjalani kehidupan bersama dengannya. Rasa cinta mungkin belum ada, tapi debaran jantung yang tidak beraturan dan rasa rindu saat tidak bertemu dengan pria itu adalah jawaban untuknya bahwa dia juga merasakan sesuatu yang berbeda pada pria itu.
"Tapi ini terlalu cepat, Dad!", seru Joel tidak terima.
"Joan sudah dewasa dan dia sudah memutuskan. Kau tahu jelas bagaimana perasaan Petra padanya dan keseriusannya selama ini. Apakah tidak terlalu kejam kalau kau memperlakukan sahabatmu seperti itu?", balas Christian ketus.
"Aku bukannya tidak setuju, kau lihat sendiri kalau aku sudah melunak bukan? Maksudku kenapa Joan tidak belajar untuk mengenalnya lebih dulu. Pernikahan itu bukan untuk main-main atau sekedar coba-coba. Dia masih bisa menunggu beberapa waktu", ujar Joel menjelaskan.
"Seperti apa misalnya? Membuang waktu selama bertahun-tahun seperti yang kau lakukan? Atau seperti ibumu yang meninggalkanku dan membohongiku soal dirimu selama bertahun-tahun juga? Kalau perusahaan majalah bisnis sialan itu tidak mengalami penurunan penjualan, bisa jadi ibumu tidak akan kembali kesini lalu bertemu denganku lagi dan kau akan selamanya menjadi anak bodoh diluar sana!", desis Christian sengit.
Joan buru-buru melirik ibunya yang masih membantunya untuk merapikan gaunnya tanpa merasa tersinggung dengan ucapan ayahnya. Dia seolah tidak ambil pusing dengan sengitan pedas yang dilontarkan ayahnya barusan. Sikap tenang dan kesan datar yang selalu diberikan ibunya sudah pasti tidak terkalahkan karena bisa jadi ayahnya berusaha memancing emosinya untuk berargumen padanya.
"Tapi itu..."
"Kak...", sela Joan dengan tatapan yang tegas kepada kakaknya. "Aku tahu kau mencemaskanku tapi percayalah.. aku baik-baik saja dan aku tahu apa yang sudah menjadi keputusanku. Jika aku merasa terancam atau merasa diperlakukan tidak wajar oleh Petra, kau akan menjadi orang pertama yang akan kuhubungi untuk membunuhnya. Tapi sepertinya itu tidak akan terjadi".
Joel menatapnya tajam sambil menggertakkan giginya lalu mendesah malas. Christian menyeringai puas melihat reaksi Joel yang langsung bungkam sementara Miranda tersenyum lebar melihatnya sambil menangkup kedua pipinya dengan haru.
"Aku tidak percaya kalau gadis kecil mommy sudah sedewasa ini dan akan menikah lalu meninggalkan mommy", ucapnya dengan suara serak.
Joan langsung maju untuk memeluk ibunya dan menahan rasa harunya sekuat mungkin. Selama ini dia sudah dirawat dan dilindungi oleh ibunya yang begitu kuat. Bagaimana kesabaran dan perhatiannya dalam mendidiknya, bagaimana ibunya mengorbankan waktunya untuk menemaninya belajar tengah malam, bagaimana ibunya merawatnya dan menjadikannya seseorang yang seperti sekarang.
"I'm forever be your little girl, mommy. Don't worry", ujar Joan kemudian.
Miranda mengangguk lalu menarik diri untuk kembali menatapnya. "Jangan lupakan apa yang pernah mommy ajarkan kepadamu. Jadilah wanita yang kuat dan mandiri, yang bisa menjadi penopang dan penolong bagi suamimu. Jadilah bijak dan mommy yakin kau akan menjadi hebat".
Joan mengangguk dan dia langsung menoleh ketika merasakan adanya usapan lembut diatas kepalanya dari arah samping kanannya. Itu Christian.
"Dad..."
Joan langsung menubrukkan dirinya ke dalam pelukan ayahnya lalu terisak begitu saja. Jika dengan ibunya dia masih bisa menahan diri, lain halnya dengan ayahnya yang selalu memanjakannya dan memberikan dunia padanya. Kasih sayang seorang Christian sudah tidak bisa lagi dihitung dan selalu membuat Joan tidak habis pikir kalau hidupnya layaknya seperti seorang puteri kerajaan yang terjadi di dunia nyata.
Ayahnya selalu menyayanginya dan mendidiknya dalam caranya yang unik. Mungkin terkesan memanjakan tapi dibalik dari semua itu, Christian selalu menanamkan nilai-nilai kemandirian yang bisa dipetik Joan lewat dari apa yang terjadi. Bahkan pria itu tidak pernah marah atau menaikkan suara padanya. Dia diperlakukan sangat sangat lembut dan selalu menjadi pria idaman nomor satunya.
"I'm gonna miss you, Dad", ucap Joan dengan suara serak.
"I know", balas Christian pelan sambil mengusap punggungnya dengan lembut. "Kau adalah putriku yang sangat kukasihi. Kami mendapatkanmu dengan susah payah dan sempat kehilangan saudaramu sebelum kau hadir di dunia ini, Joan. Karena itu berjanjilah untuk selalu mengingat kami dan jadilah orangtua yang berkenan untuk anak-anakmu nantinya".
Joan mengangguk mantap. "I will, Dad! Didikanmu, perhatianmu, mommy dan Joel selalu aku utamakan dalam hidupku. Juga kak Alena dan keponakanku. Keluargaku adalah hal terbaik dan terindah yang kumiliki".
"Good! Jadi sudah saatnya kau melakukan urusanmu dari sekarang, Joan. Ingat pesan daddy", ujar Christian lalu mengecup keningnya dan tersenyum lebar kearahnya.
Joan ikut tersenyum dan berjinjit untuk mencium pipi ayahnya dengan hangat. Dia pun menoleh kearah Joel yang langsung mendengus kearah lain.
"Jangan menghampiriku. Aku masih tidak.... Aarrrgghhhh, sudah kubilang kalau kau jangan menghampiriku, adik nakal!", ucap Joel dengan nada kesal tapi dia mengeratkan pelukan pada Joan.
"Tenanglah, brother. Aku bisa menjaga diriku dengan baik. Kau bilang kalau aku akan aman bersama Petra meskipun dia mantan bajingan dan kau masih belum bisa terima kalau dulu dia sempat mendekati Alena. Santai saja, aku akan baik-baik saja", ujar Joan dengan mantap.
"Aku akan sangat marah jika kau tidak bisa menjaga dirimu, Joan", balas Joel lalu mencium keningnya.
"Itu pasti. Dimana kak Alena?", tanya Joan dan langsung disambut desahan malas dari Joel.
"Anak kembar itu kembali berulah dengan meminta Alena mengajaknya berjalan ke taman belakang mansion. Kedua anak itu benar-benar pengganggu!", jawab Joel ketus.
Christian menggelepak kepala Joel dengan kencang sampai kakaknya meringis dan mendesis tajam kearah ayahnya.
"Jangan sembarangan mengatai cucuku! Salahmu sendiri terlalu sibuk dengan urusanmu sehingga anak dan istrimu harus melewati hari-harinya lebih sering tanpa kehadiranmu. Kau masih saja terus memprotes!", sewot Christian tidak senang.
Joan hanya tersenyum saja melihat pertengkaran kecil antara ayahnya dengan kakaknya sementara dia mengobrol ringan dengan ibunya selama beberapa saat. Sampai akhirnya terdengar sebuah ketukan dari arah pintu dan spontan semuanya menoleh... itu adalah Luke.
Pengawal pribadi Petra itu melebarkan cengirannya sambil membungkuk hormat melihat mereka lalu menatap Joan dengan sorot mata kagum.
"Ada apa, Luke?", tanya Joel dengan wajahnya yang angkuh.
"Mr. Ashton sudah tiba, begitu juga dengan para relasi keluarga. acara akan segera dimulai karena Mr. Petra sudah tidak sabar untuk melihat Ms. Joana sekarang", jawab Luke dengan nada sopan dan ramah.
Miranda tersenyum lalu mengecup kening Joan. "See you, baby".
Joel pun mendampingi Miranda untuk segera keluar bersama Luke yang memberikan jalan bagi mereka berdua untuk keluar dari ruangan itu. Hanya Joan dan Christian disitu karena ayahnya akan menemaninya ke altar.
"Aku gugup, dad", bisik Joan pelan saat mereka mulai berjalan keluar dari ruangan itu sambil mencengkeram lengan Christian dengan erat.
Christian menoleh padanya sambil tersenyum dan mengusap lembut punggung tangan yang ada di lengannya dengan mantap.
"You can do it, baby", balas Christian hangat.
Joan mengangguk dan menarik nafasnya untuk melangkah keluar menuju altar bersama ayahnya itu. Dari posisinya berdiri, dia bisa melihat seluruh keluarganya berkumpul disitu. Para kakaknya dan teman sebaya dari para sahabat ayahnya sudah ada disitu dengan tatapan yang terarah padanya.
Joel sudah berdiri berdampingan dengan Alena sambil masing-masing menggendong anak kembarnya yang baru berumur 2 tahun itu. Lalu kemudian ada Ashley yang hadir bersama suaminya yang bernama Kim Hyun dengan ketiga anaknya yang begitu lucu. Sementara itu, Vanessha bersama dengan Noel terlihat memukau perhatian dengan penampilan mereka yang memang selalu menarik.
Lalu ada anak-anak dari para sahabat ayahnya, termasuk Alex dan Nayla yang kini sedang menatapnya dalam tatapan penuh arti. Mereka sudah menyelesaikan urusan diantara mereka bertiga dan Joan pun sudah berlibur bersama dengan Nayla beberapa waktu lalu.
Dan juga ada beberapa wajah asing yang tidak dikenalinya tapi sepertinya itu adalah keluarga dari pihak Petra. Joan hanya bisa mengenali orangtua Petra beserta kedua adiknya yang berdiri di sisi satunya lagi.
Pernikahan yang diselenggarakan di taman belakang mansion keluarga Petra terlihat cantik dengan dekorasi yang elegan dan sederhana. Sampai tatapannya tiba pada sosok Petra yang berdiri menjulang tinggi tepat di depan altar dengan gagahnya. Senyumannya yang lebar dan sorot mata yang tampak begitu bahagia. Juga kekaguman yang tersirat dari wajahnya semakin membuat Joan merasa gugup dengan debaran jantung yang menggila.
Ya Lord... dia tampan sekali, pekik Joan dalam hati. Petra terlihat mempesona dengan balutan tuksedo yang membungkus tubuhnya yang atletis, rambutnya disisir rapi keatas dan wajahnya sudah tidak perlu dijelaskan lagi karena memiliki perwakilan ketampanan dari seorang pria dewasa. Dia sangat luar biasa.
Begitu Joan sudah tiba di depannya dengan ayahnya yang berdiri diantara mereka, disitu tatapan mereka bertemu dalam sejuta makna didalamnya.
"Ini putriku, Petra. Aku..."
"Aku akan membuatnya menjadi ratuku, dad. Kau tenang saja. Aku tahu kau akan bilang apa tapi aku tidak mau dengar terlalu panjang karena aku tidak sabar untuk meminang bidadari cantik yang ada di hadapanku", sela Petra tegas tanpa mengalihkan tatapannya sedikitpun dari Joan.
Christian hanya memutar bola matanya dan Joan hanya tersenyum geli melihat ekspresi ayahnya sekarang. Tangannya sudah digenggam Christian dan diarahkan pada Petra yang bukannya meraih tangannya tapi malah menarik tangannya dengan perlahan lalu merangkul pinggangnya dengan mantap.
Shit! Joan memekik kaget dan Christian mengumpat pelan melihat sikap tidak sabaran Petra. Tapi pria itu sepertinya tidak peduli karena masih menatap Joan dengan penuh arti seolah dirinya adalah wanita yang baru pertama kali dilihatnya.
"Kau tidak perlu sampai sebegitunya", ucap Joan pelan dalam nada menegur saat ayahnya berlalu untuk mendampingi ibunya di kursi.
"Kenapa tidak? Aku sudah menunggu selama tiga tahun untuk bisa memilikimu seperti ini", balas Petra lembut.
Joan menatapnya dengan semburat kehangatan diwajah yang kembali menerpanya. Apa yang sudah diperbuatnya sampai harus dicintai oleh sedemikian dalam oleh pria itu? Sudah pasti dia adalah wanita paling beruntung dengan memiliki seorang mantan ladykiller yang pesonanya tidak dapat disangkalnya dalam bentuk apapun.
Petra tersenyum melihat ekspresi wajahnya lalu menoleh kearah pendeta untuk memintanya agar segera memulai acara pernikahan itu.
Mereka berdua berdiri berhadapan dan saling menatap satu sama lain. Kedua tangan saling bertautan dan itu membuat Joan bertambah gugup. Bahkan dengan adanya penonton disitu dan dia yang menjadi pusat perhatian saat ini membuatnya tidak nyaman tapi... saat dia bisa memandang wajah Petra yang rupawan, dia mendapatkan sebuah ketenangan yang melegakan.
Terlebih saat pria itu mengucapkan sumpah pernikahannya yang membuat dirinya semakin terbuai dalam alunan suaranya yang terdengar begitu lembut dan penuh kasih di dalamnya.
"I, Petra Joshua Tristan... choose you, Joana Agnesia Christina, to be no other than yourself. Loving what I know of you and trusting who you will become. I will respect and honor you, always and in all ways. I take you to be my queen, my love, my wife...", ucap Petra dengan suara terbata-bata lalu dia terhenti sesaat untuk menarik nafas sejenak lalu melanjutkan. "... to have and to hold, in tears and in laughter. In sickness and in health. To love and to cherish. From this day forward, in this world and the next. You'll be my forever and my happy ending".
Sebulir airmata keluar dari mata Joan saat mendengar sumpah pernikahan Petra yang terdengar begitu dalam dan bermakna. Dia bisa merasakan rasa cintanya yang begitu mendalam dan genggaman erat pada kedua tangannya menyadarkannya bahwa kini saatnya dia mengucapkan sumpahnya sendiri.
"I, Joana Agnesia Christina... choose you, Petra Joshua Tristan, to be my everything in my life. I promise to love you without condition, to honor you each and everyday. To laugh with you when you're happy. To support you when you're sad. To guide you when you're ask for direction. To challenge you to be a better person and allow you to do the same for me. To be your biggest fan and your ever present listening audience. And you'll be my forever man".
Joan bisa melihat mata Petra berkaca-kaca saat mendengar sumpah pernikahannya barusan. Sumpah yang tidak disangkanya terucap keluar dari mulutnya tanpa adanya persiapan. Ungkapan yang keluar begitu saja dari hatinya melihat ketulusan yang dimiliki oleh Petra untuknya.
Mereka bahkan seolah tidak menyadari banyaknya orang yang menatap mereka karena terlalu larut dalam tatapan penuh arti yang dilemparkannya. Sampai akhirnya suara pendeta itu membuyarkan tatapan itu lewat aksi Petra yang tidak sabaran.
"And now I pronounce you as husband and wife. You may..."
Joan menahan nafasnya saat Petra tahu-tahu menariknya maju sampai menubruk tubuh besarnya dan mencium bibirnya dengan lahap tanpa menunggu pendeta itu menyelesaikan ucapannya barusan. Dia bisa mendengar umpatan yang keluar dari kakaknya dan desahan malas dari para ayah.
"I love you, baby. I love you, I love you and I love you", bisik Petra di sela-sela ciumannya.
Dan demi degup jantungnya yang semakin memburu tidak karuan, Joan sampai tidak sanggup untuk membalasnya selain mencengkeram saku jasnya untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh karena ciuman Petra semakin liar saja dengan adanya para penonton yang ada disitu. Oh please...
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Segitu aja dulu...
Gausa kebaperan.
Aku pernah bilang kalau genre cerita ini serba semi bukan?
Semi Dark romance and
Semi Erotic romance...
Dengan kata lain :
Akan ada campur tangan mentorku untuk 'sesi pengajaran' antara
Ladykiller yang udah expert banget dengan istrinya yang masih polos 😤
(Langsung pada heboh deh tuh)
Mungkin ada beberapa kejutan yang belum tertulis tapi udah terpikirkan.
Lihat aja nanti.
Kita senang-senang aja.
Yang penting bang Petra udah bahagia 😏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top