Part 16 - The Promise

Kalau semalam Noel bikin kamu
panas dingin

Biarkan babang yang satu ini menetralkan diri kamu dalam satu degupan yang menenangkan.

Happy Reading 💋



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Joan membuka matanya dengan rasa lemas yang ada di sekujur tubuhnya. Dia mengerjap pelan sambil menatap langit-langit yang berwarna putih dengan tatapan sayu. Ingatannya langsung teringat dengan kejadian terakhir yang membuatnya lemas seketika sampai tidak sadarkan diri.
Ya Lord... Joan mendadak panik dan buru-buru terbangun dari rebahannya untuk mengecek tubuhnya sendiri.

Gaun merah yang dipakainya masih melekat ditubuhnya dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya, dia langsung mendesah lega sambil mengusap keningnya dengan gemetar. Untungnya bajingan itu tidak melanjutkan niat mesumnya saat dia tidak sadarkan diri. Kalau tidak, Joan berani bersumpah kalau dia akan meracuni pria itu atau menusuknya dengan pisau dapur.

Rasanya keputusan ayah dan kakaknya agar dia berada dibawah pengawasan Ashton dan Petra terasa salah. Entah kenapa dia merasa tidak aman jika berada di dekat Petra dengan tubuhnya yang sepertinya merasa terancam dari serangan sentuhan Petra yang tidak bisa ditahannya itu. Ciuman dan sentuhan yang dilancarkan Petra membuatnya kewalahan dengan sensasi asing yang mendentum hebat dalam tubuhnya, tubuhnya seolah meleleh dengan reaksi keras dari dalam seolah menuntut lebih.

Oh dear... Joan mengusap wajahnya dengan tangannya yang gemetar. Dia tidak percaya kalau dia akan mengalami hal ini dan itu didapatnya dari Petra, seorang pria dewasa yang seumuran dengan kakaknya. Pria itu sudah pasti sangat berpengalaman terhadap wanita, dilihat dari gestur tubuh dan bagaimana caranya berinteraksi sudah pasti kalau pria itu memiliki pesona yang tidak terbantahkan.

Petra memang terkesan bajingan ulung tapi Joan merasa ada sebuah ketulusan dalam hatinya untuk dirinya. Entahlah. Kalau tidak, bagaimana mungkin ayahnya akan menyerahkan dirinya begitu saja kepada Petra dan menghalangi Joel untuk menjauhkan dirinya dengan pria itu? Terlebih saat Joan tahu kalau selama tiga tahun terakhir ini, Petra yang menjaganya dan membantunya dalam segala hal.

"Kau sudah bangun?".

Joan terkesiap sambil melonjak dan menarik selimut untuk menutup tubuhnya sambil menoleh kearah sumber suara dengan tatapan waspada. Dia bisa melihat Petra menatapnya dengan ekspresi santai dan heran disaat yang bersamaan sambil bertolak pinggang.

"Jangan kaget seperti itu, sayang. Tidak perlu takut padaku sampai sebegitunya, kau benar-benar membuatku tersinggung seolah aku adalah seorang penjahat kelamin", cetus Petra kalem.

"Nyatanya kau memang melakukan hal seperti seorang kriminal!", desis Joan dengan lantang.

Petra hanya tersenyum hambar lalu berjalan mendekatinya dan mengambil duduk di tepi ranjang sementara Joan langsung beringsut menjauh dari jangkauan Petra. Dia berpindah ke sudut lain di ranjang itu sementara pria itu hanya mengangkat alisnya setengah melihat penolakannya barusan.

"Aku tidak akan menyakitimu, Joana", ujarnya lembut.

"Menjauh dariku", sahut Joan waspada saat melihat Petra mulai merangkak naik untuk mendekatinya.

"Aku tidak akan mungkin menjauh darimu, justru semakin kau menolak diriku maka aku akan semakin mengejarmu. Jadi berhentilah untuk menghindariku, cantik", balas Petra yang langsung menarik Joan untuk mendekat kearahnya.

"Jangan menyentuhku lagi", ucap Joan dengan suara memohon dan itu membuat Petra terkesiap.

Pria itu menggeleng keras lalu memeluknya dengan erat. "Aku adalah pria yang selalu memegang janjiku, Joan. Aku tidak akan menyentuhmu jika kau tidak mengijinkanku. Tadi aku hanya meluapkan rasa rinduku sampai kelewat batas. Maafkan aku. Lain kali aku tidak akan mengulanginya".

"Jika kau mengulanginya bagaimana?", seru Joan sambil mendorong bahu Petra.

"Aku akan mengijinkanmu untuk memukulku ataupun membunuhku", balas Petra santai sambil terkekeh tapi sorot matanya serius.

Joan mengerjap bingung lalu kemudian dia mengangguk menyetujui. Tanda kesepakatan mereka sudah dimulai.

"Kalau begitu pulangkan aku ke hotel", ujar Joan kemudian.

"Nope, baby. Mulai hari ini kau akan tinggal di penthouseku. Ini adalah tempat teraman. Aku tidak akan membiarkanmu tinggal sendirian disana", tukas Petra sambil menarik diri dan beranjak dari ranjang.

"Aku bahkan sudah tidur semalaman disana dan tidak ada yang terjadi", ujar Joan sambil menyibakkan selimutnya dan ikut beranjak berdiri.

"Itu karena ayahku berniat untuk menyembunyikanmu dari jangkauanku. Dengarkan aku, diluar sana masih ada orang brengsek yang berniat membalas dendam padaku dan sepertinya dirimu menjadi incaran. Orangtuaku akan pergi berlibur sementara kau adalah tanggung jawabku disini. Tinggallah disini, Joan. Aku sudah janji aku tidak akan melakukan apa-apa padamu", ujar Petra dengan lugas dan tegas.

"Tapi.."

"Kita akan tidur di kamar terpisah kalau itu bisa menenangkan dirimu. Aku sudah menyiapkan kamar pribadimu tepat di sebelah kamarku dengan kopermu yang sudah ada disana. Intinya aku ingin kau berada dimana aku pun berada. Sebelum orang itu belum kubereskan, aku tidak akan membiarkanmu lepas dari pengawasanku", ujar Petra lagi.

"Siapa sebenarnya orang yang kau maksud dan kenapa dia mengincarku?", tanya Joan dengan alis berkerut bingung.

"Long story, baby. Yang jelas dia tahu siapa dirimu dan berniat untuk melakukan sesuatu padaku lewat dirimu. Tentunya aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi", balas Petra dengan rahang yang mengetat.

"Jadi, maksudmu aku dalam bahaya?", tanya Joan kemudian.

Petra terdiam sejenak lalu kemudian mengangguk pelan. "Katakanlah begitu".

Joan berckckck ria sambil menyilangkan tangannya. "Kau ini. Tidak dalam bahaya pun, kau akan menjagaku seperti bayi. Memangnya aku tidak kenal tipikal pria posesif sepertimu? Asal kau tahu saja aku sudah kebal dengan semua pengawasan yang dilakukan para pria. Persis seperti ayahku dan kakakku, juga para uncle lainnya".

Petra mengulum senyum senangnya lalu membungkuk untuk menyejajarkan wajahnya pada Joan. Dia menatap Joan dengan sorot mata yang penuh kehangatan disitu, membuat Joan harus menahan nafas sepersekian detik karena tatapan Petra yang membuatnya salah tingkah.

"Kau sangat menggemaskan. Terkadang kau bisa menjadi wanita yang kuat dan galak. Terkadang juga kau bisa menjadi wanita yang suka panik dan ketakutan seperti anak kecil. Menarik. Itu membuatku semakin mencintaimu", ucapnya lembut lalu mengecup kening Joan dengan penuh perasaan.

Deg! Joan langsung beringsut mundur tapi tangan besar Petra sudah lebih dulu menahan tubuhnya agar tidak menjauh.

"Aku bilang jangan..."

"Aku hanya ingin memelukmu, sayang. Sudah dua bulan aku tidak melihatmu dan itu membuat kerinduanku menumpuk. Ijnkan aku untuk memelukmu seperti ini selama beberapa menit supaya aku sadar kalau aku tidak sedang bermimpi", sela Petra sambil memeluknya erat dan menaruh kepalanya di bahu Joan.

Joan memejamkan matanya untuk menikmati pelukan itu dengan perasaan yang menguar dalam hatinya. Nyatanya dia juga merindukan Petra. Dia merasakan kenyamanan dari pelukan itu dan bisa merasakan semburat kehangatan dari nafas Petra yang menyapu kulit bahunya. Pria itu bertubuh tegap dan besar, membuatnya merasa terlindungi dan sanggup membuat dirinya merasakan sesuatu yang tidak pernah dirasakan seumur hidupnya terhadap seorang pria selain Alex.

Pelukan itu terjadi selama beberapa menit dimana keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing untuk menikmati momen kebersamaan itu, sampai akhirnya Petra menarik diri lalu mendaratkan sebuah kecupan hangat diatas pucuk rambut Joan.

"Saatnya makan, sayang. Ini sudah terlalu malam dan aku ingin kau makan sesuatu sebelum tidur", ujar Petra lembut sambil memberikan seulas senyuman padanya.

Joan ikut tersenyum lalu mengangguk. Dia menurut saja saat Petra membimbingnya keluar dari kamar itu dan berjalan mengikutinya menuju ruang makan dimana disitu sudah tersedia berbagai macam jenis makanan.

"Apakah kau yang memasak?", tanya Joan sambil mengambil duduk di kursi yang sudah ditarik Petra untuknya.

"Tentu saja tidak. Aku tidak bisa memasak. Aku menyuruh Mrs. Lara untuk melanjutkan pekerjaanmu yang tertunda tadi karena ulahku", jawab Petra sambil mengedipkan sebelah matanya kearahnya dengan tatapan menggoda.

Joan langsung membuang muka dengan rona panas yang menjalar di kedua pipinya. Dia benar-benar merasa malu dan terlihat memalukan dengan responnya yang tidak sadarkan diri lewat dari ciuman panas dan sentuhan liar dari Petra tadi. Izzz... seharusnya dia bisa belajar lebih banyak soal pria sehingga tidak harus bersikap memalukan seperti ini.

"Jangan malu padaku, sayang. Aku sangat maklum kalau kau belum berpengalaman dan aku bersyukur karena itu. Ayah dan kakakmu sangat luarbiasa sudah menjagamu sampai seperti ini", ujar Petra hangat sambil memberikan seporsi chicken steak didepannya.

Bahkan seperti tahu dirinya yang kurang ligat dalam memotong steak, Petra memotong steaknya dalam potongan kecil agar Joan mudah memakannya.

"Terima kasih", ucap Joan pelan.

"Sama-sama", balas Petra ramah lalu mulai menikmati makanannya sendiri.

Joan mulai menusuk sepotong steak itu lalu memakannya dalam diam sambil berpikir sejenak. "Apakah kau tidak aneh padaku?".

Petra langsung menoleh kearahnya dengan alis terangkat. "Apa maksudmu?".

"Aku sangat memalukan dan tidak berpengalaman terhadap laki-laki. Bahkan aku harus merasa lemas karena ciumanmu lalu pingsan. Apakah kau yakin kau menyukai wanita sepertiku? Apakah kau sedang tidak berhalusinasi atau sekedar ingin mendapatkan...".

"Jangan berkata sesuatu yang merendahkan dirimu, Joan. Aku tidak suka", sela Petra dengan tatapan menegur namun nada suaranya terdengar lembut. "Aku tidak merasa aneh dan aku sangat yakin kalau aku mencintaimu sejak pernikahan kakakmu itu. Aku tidak berhalusinasi dan aku bukan dalam misi untuk bisa tidur denganmu lalu membuangmu! Aku ingin mendapatkan hatimu supaya kau juga merasakan perasaan yang sama denganku. Yaitu cinta".

Ada kesan marah dalam suara Petra yang penuh dengan penekanan. Namun juga ada kesan serius didalamnya. Membuat Joan merasa senang dan tidak nyaman disaat yang bersamaan.

"Maafkan aku", ucap Joan akhirnya.

Petra menggeleng tidak setuju. "No. Jangan meminta maaf. Kau tidak bersalah. Semua gara-gara diriku yang tidak bisa menahan diri melihatmu hari ini sampai aku hilang akal. Tapi percayalah, aku sanggup menahan diri selama kau bersamaku. Aku sudah janji padamu".

Joan langsung mengangguk dan kembali menunduk untuk menekuni makan malamnya yang super telat tanpa minat. Hanya ada suara dentingan garpu dan pisau yang beradu tanpa ada obrolan lagi seolah mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Joan tersentak sesaat ketika teringat apa yang harus dia berikan kepada Petra.

"Ada apa?", tanya Petra heran.

"Apa kau lihat dimana tasku?", tanya Joan balik sambil mengedarkan pandangannya sekeliling ruangan.

"Memangnya ada apa? Apa kau mencari titipan Joel untukku?".

Joan langsung mengerutkan alisnya dengan tatapan tidak senang. "Apa kau merogoh tasku?!".

"Maaf, sayang. Joel meneleponku untuk segera mengambil titipannya yang kau taruh didalam tasmu. Karena itu mendesak sekali, aku terpaksa harus mencarinya didalam tasmu. Saat kau tidur tadi, aku berkomunikasi dengan kakakmu mengenai pekerjaan", ujar Petra menjelaskan dengan sikap tenangnya.

Joan terdiam beberapa saat lalu mengarahkan duduknya kearah Petra dengan tatapan ingin tahu.

"Apakah pekerjaan yang kaumaksud itu bukan seperti pekerjaan pada umumnya? Apakah itu mengenai hal yang akan mencelakakan oranglain?", tanya Joan kemudian.

Petra mengunyah makanannya sambil menatap Joan penuh arti. Terlihat menikmati mimik penasaran dari wajah Joan sekarang.

"Pekerjaan kami diluar pekerjaan pada umumnya bukanlah untuk mencelakakan orang, Joana. Kami mencoba untuk menyelesaikan sesuatu yang merugikan orang banyak dan berusaha untuk mengatasinya", jawab Petra mengoreksi.

"Tapi bukan berarti harus menyakiti orang bukan?", balas Joan.

"Tentu saja tidak. Kami hanya melakukan sesuatu yang pantas untuk didapatkan akibat dari perbuatannya sendiri. Seperti itu", ujar Petra kalem.

"Lalu kalian merasa berhak untuk menghakimi mereka dan melakukan hal yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku?!", sahut Joan keras kepala.

Petra tersenyum kecut sambil menatap Joan dengan tegas. "Dengarkan aku, cantik. Inilah alasan kenapa kami para pria tidak mau menceritakan apapun kepada para wanita yang bisanya mengoceh tanpa mau mengerti alasan kenapa kami melakukan semua itu. Demi apapun yang ada didunia ini, kami melakukannya semata-mata untuk keselamatan kalian yaitu keluarga kami".

Joan terdiam dan mencerna perkataan Petra barusan. Apakah maksudnya wanita hanya bisanya mengoceh tanpa mempedulikan hal lain? Dia tahu kalau pria memang suka bertindak berdasarkan insting dan naluri mereka, tapi wanita juga berpikir berdasarkan hati dan nurani mereka.

Apakah pria tidak berpikir kalau ada sesuatu yang terjadi pada mereka sehingga membuat wanita menjadi cemas? Misalkan jika ibunya tiba-tiba mendapat kabar bahwa ayahnya terkena masalah atau menghilang, apakah itu tidak membawa duka untuk keluarganya?

Jika memang yang dibilang Petra adalah semata-mata untuk melindungi keluarganya, lantas apakah mereka tidak pernah berpikir kalau para wanita juga merasa kuatir dengan apa yang dikerjakan mereka diluar sepengetahuan mereka?

Kembali Joan mengerjapkan matanya sambil melumat bibirnya dengan pikiran yang terus membebaninya. Sejak dari kejadian saat di restoran itu, dan penjelasan Petra mengenai apa yang dilakukan para ayah dan anak laki-laki lainnya, disitu Joan mendapati kenyataan yang membuatnya merasa takut.

Bukan takut kepada sosok yang menakutkan atau bengisnya para pria itu, melainkan merasa takut kehilangan orang yang berharga. Seperti ayahnya dan kakaknya. Juga Petra. Dia sendiri memutuskan untuk memberi Petra sebuah kesempatan tapi dia sendiri juga ragu karena merasa takut jika sewaktu-waktu dia akan merasakan kehilangan. Seperti itu.

"Baby,... hey! Kenapa kau diam? Apa yang kau pikirkan? Apa kau marah padaku karena perkataanku barusan?", tanya Petra dengan nada cemas sambil menangkup kedua pipinya.

Joan mengarahkan tatapannya kearah Petra dan menatapnya lama disitu. Siluet wajah yang tegas dan penuh kendali, sorot mata tajam yang mematikan, rahang yang begitu kokoh dan menawan. Disitu dia melihat ada banyak hal yang terbaca dari raut wajah seorang pria dewasa yang penuh dengan teka teki dan misterius.

"Apa kau mencintaiku?", tanya Joan kemudian dengan suara tercekat.

Petra langsung mengangguk dengan mantap. "Sangat!".

"Apa kau mau berjanji padaku dan kuberi kesempatan untuk mengambil hatiku?", tanya Joan lagi.

"Apapun akan kulakukan, sayang", jawab Petra lugas.

Joan mengangguk dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia menyentuh punggung tangan Petra yang menangkup kedua pipinya dan menatapnya dengan tatapan dalam.

"Berjanjilah untuk tidak membuatku takut. Jadikan aku sebagai orang pertama yang mengetahui apa yang kau lakukan atau apa yang akan kau lakukan. Jika aku tidak tahu alasan kenapa kau melakukan satu hal, beritahu aku dan buat aku mengerti. Karena saat aku mulai membuka hati, disitu aku tidak akan pernah membiarkan kau keluar dari hatiku begitu saja karena aku akan menutupnya rapat-rapat. Jadi, apa kau mau berjanji untukku mulai dari sekarang? Jika ya, kita lanjutkan hubungan ini. Jika tidak, biarkan aku pergi dan jangan mendekatiku lagi", ucap Joan dengan suara gemetar.

Petra menatapnya dengan sorot mata hangat dan senyuman lembut yang menghias wajahnya. Kedua tangannya yang menangkup kedua pipinya kini beralih untuk menggenggam kedua tangan Joan lalu mengecup punggung tangannya dengan penuh perasaan. Kemudian dia mendongak untuk kembali menatap Joan dengan ekspresi yang lebih dalam dari sebelumnya.

"Sebelum kau mengatakan hal itu, aku sudah mengunci dirimu dalam hatiku lebih dulu sehingga tidak ada yang bisa mengalihkan pandanganku daripadamu. Karena itu aku berjanji padamu untuk menjadikanmu yang terutama dan akan membuatmu mengerti dalam segala hal. Kau bisa memegang janjiku ini", ucap Petra mantap.

"Benarkah?", tanya Joan kemudian.

Petra mengangguk. "Benar. Karena itu, maukah kau menikah denganku?".




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷




Kalo sama cowok yang selisih jauh sama umur ceweknya mah gitu.
Nggak pake basa basi
Nggak pake buang waktu
Langsung main ngegas aje.
Ye ga?

Apalagi kalo dapetin om-om hotlist macam Petra gini..

Aku jadi cewek mudanya juga rela banget ninggalin masa muda buat dikawinin sama beliau 😂
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Coba dilihat!
Bagian mananya yang bisa membuat hayati menolak kehakikian seorang babang tampan ini?

BRB MIMISAN 💩💩💩


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top