Part 13 - Bravery Joana


Upload marathon hari ini.

Hope you enjoy!



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Joan melepas syal yang melingkar dilehernya sambil merenggangkan otot lehernya dengan cara menggerakkannya ke kiri dan ke kanan. Dia terdiam sesaat sambil menatap tajam kepada satu arah yang dia yakini adalah orang yang sama yang mengikuti dirinya.

Sudah terhitung selama satu bulan ini jika dia tidak salah dalam menghitung, dia sudah diikuti oleh orang yang sama. Orang itu seperti tidak bermasalah jika keberadaannya diketahui olehnya. Tapi dia tidak berbuat apa-apa dan hanya memantaunya dari kejauhan, seperti sedang mempelajari kesehariannya. Itu saja. Dan itu mencurigakan.

Joan yakin dia tidak memiliki musuh. Dan dia juga yakin itu bukanlah orang suruhan Petra karena Joan sudah bisa mengenali ciri yang terlihat dari penampilan orang suruhan pria sialan yang sampai hari ini belum menghubunginya.

Padahal dia sengaja memakai kembali cincin tunangan yang diberikan Petra padanya karena dia tahu kalau cincinnya itu terpasang alat pelacak dari kakaknya. Itu supaya posisinya bisa diketahui pria itu karena dia merasa dirinya tidak aman dengan diikuti oleh orang asing yang masih menatapnya dari sebrang jalan secara terang-terangan.

Tidak ada yang tahu soal ini, bahkan Joan pun merasa tidak perlu memberitahukan ayah dan kakaknya yang protektif. Dia yakin kalau keduanya sudah menyuruh seseorang untuk mengawasinya dari kejauhan seperti yang sudah-sudah karena melarang Petra untuk jangan mengusik ketenangan Joan lagi.

Sambil menarik nafas panjang, Joan memasuki mobil sportnya yang sudah terparkir tepat di depan lobby gedung perusahaan ayahnya dan mulai melajukan kemudinya untuk keluar dari area lobby.

Hari ini dia ingin menyetir sendiri dan menolak mentah-mentah tawaran ayahnya untuk mengantarnya pulang sementara ayahnya memiliki janji temu dengan partner bisnisnya.

Dari balik kaca spion, sebuah mobil SUV hitam terlihat mengikuti mobilnya dari belakang. Dia bahkan bisa mengenali sosok familiar yang terlihat dari sebrang jalan tadi ada dibalik kemudi. Crap! Degup jantung Joan semakin bergemuruh kencang. Mendadak merasa gugup.

Begitu dia sudah masuk dalam jalan bebas hambatan, disitu Joan memindahkan gigi kemudinya lalu menginjak pedal gas dalam-dalam untuk menunjukkan kebolehannya dalam menyetir. Dia melajukan kemudinya dalam kecepatan diatas 100km/jam dan meliukkan mobilnya melewati beberapa mobil disitu. Joan melirik dan mendapati SUV hitam itu mengikutinya dengan kecepatan yang sama.

Sambil menggigit bibir bawahnya, Joan mengendalikan kemudinya dalam kecepatan tinggi selama beberapa saat dan begitu ada plang rest area yang terlihat tidak jauh dari posisinya, Joan segera menurunkan kecepatannya dan membelokkan kemudinya memasuki area spbu disitu lalu segera memarkirkan mobilnya tepat didepan mini market yang ada disitu.

Dia segera keluar dari mobilnya sebelum SUV itu sempat melihat keberadaannya yang kini bersembunyi di dalam mini market tepat di belakang tumpukan air mineral yang meninggi sampai batas pucuk kepalanya.

Dia mendapati sosok pengemudi SUV itu keluar sambil menoleh ke kanan dan ke kiri lalu berjalan masuk ke dalam mini market itu. Pintu terdengar dibuka dengan bunyi denting tanda orang masuk, Joan menahan nafas beberapa saat sambil mendengar derap langkah pelan dari sosok yang sepertinya sedang berjalan mengitari rak sampingnya.

Begitu dia bisa menangkap bayangan yang semakin mendekat dan dia yakin orang itu hampir berada didekatnya, disitu dia menjulurkan kakinya dan orang itu tersandung sampai terjatuh ke depan.

Kesempatan itu diambil Joan untuk menangkup leher belakang orang itu dan menariknya sekuat tenaga sampai tubuh orang itu menabrak kulkas minuman yang ada di belakang.

"Siapa kau?!", desis Joan dengan suara lantang. Dia menatap tajam seorang pria yang berperawakan tidak cukup besar dalam balutan wajah Asia. Terlihat berumur dua puluhan dan sorot matanya yang dingin.

"Siapa aku tidaklah penting", ucap pria itu dengan nada santai.

Meskipun tangan Joan mencengkeram lehernya dengan satu tangan lagi yang menekan dadanya, dia masih sempat memberikan cengiran sinisnya.

"Jadi kau benar-benar mencari masalah denganku?!", gumam Joan dengan nada tidak percaya.

"Tidak. Aku senang saja mengikutimu karena kau cantik", balas pria itu dengan suara yang terdengar menggoda.

Joan mengerjap lalu tersenyum. "Jadi, menurutmu aku cantik?".

Pria itu mengangguk cepat dan kembali melebarkan cengirannya. "Wajahmu benar-benar mengalihkan duniaku".

Joan melepas cengkeramannya dan mundur selangkah. Menatap pria itu dengan seksama sambil kemudian menilai-nilai bentuk wajah, postur tubuh dan pakaian yang dikenakannya. Membuat pria yang ditatapnya terlihat canggung namun penuh percaya diri.

"Jadi kau menguntitku selama hampir satu bulan hanya karena ingin berkenalan denganku?", tanya Joan lugas.

Pria itu tersenyum lalu mengangguk. "Kau tidak tahu saja kalau aku sudah mengagumi dirimu sejak kau SMU. Kau mungkin tidak mengenalku karena aku adalah..."

BUGG! Sebuah pukulan telak dilancarkan Joan pada wajah pria itu sampai pria itu oleng dan terjatuh ke samping. Joan langsung kembali menarik kerah baju orang itu dari belakang dan menendang perut pria itu dengan lututnya. Hasil terpuji dari taekwondo dan kick boxing yang dipelajarinya ternyata memang berguna sekarang meskipun saat ini degup jantungnya semakin bergemuruh kencang.

Tak lama kemudian, semua orang datang dan menanyakan apa yang terjadi. Joan langsung menjelaskan dan pria itu langsung dibawa oleh beberapa orang tanpa berkutik tapi masih bisa memberikan seringaiannya kearah Joan seolah memberikannya peringatan. Meskipun dia masih tidak percaya kenapa pria itu tidak melakukan perlawanan atau memberontak, seolah dia memang sengaja menyerahkan dirinya untuk dihakimi. Sangat aneh.

Pelayan toko menanyakan keadaannya apa dirinya baik-baik saja dan dia hanya mengangguk pelan sambil mengamati posisi pria aneh itu diamankan oleh beberapa petugas keamanan yang ada di rest area. Dan dia memekik kaget saat ada seseorang yang menepuk bahunya dengan pelan.

Spontan dia memutar tubuhnya dan menatap kaget. "Kau!!!!".

Seseorang dengan setelan jas berwarna hitam membungkuk hormat kearahnya. Wajah yang familiar itu langsung membuat Joan bernafas lega. Meskipun perawakan dari pria yang memiliki kesan Jepang itu terlihat seperti Yakuza dengan tato yang ada dilehernya cukup menakutkan tapi Joan tidak merasa takut padanya.

"Selamat sore, Ms. Joana. Maafkan keterlambatan saya. Perkenalkan nama saya Luke, saya bertugas mengawasi Anda sejak dua minggu ini dan..."

"Dan kau tidak melakukan apa-apa sedaritadi?!", sela Joan dengan ketus sambil menatap kesal kearah pria yang bernama Luke itu.

"Maafkan aku, miss. Tapi tadi aku lihat kau tidak membutuhkan bantuanku. Dan Anda tenang saja, orang suruhanku akan segera membereskan orang itu. Kami akan menanyakan siapa dia sebenarnya", balas Luke dengan ekspresi geli diwajahnya.

Joan memutar bola matanya lalu menyibakkan rambutnya sambil berjalan keluar diikuti Luke dibelakangnya. Alisnya mengerut bingung saat mobil SUV hitam dan orang banyak tadi sudah tidak ada.

"Kemana mereka semua?", tanya Joan pada Luke.

"Sudah kukatakan kalau orang suruhanku akan membereskannya, miss", jawab Luke ramah.

Joan mengerjap. "Dia tidak akan dibunuh kan? Apa kalian akan..."

"Tidak, miss. Tentu saja tidak. Kami akan sesuaikan ganjaran apa yang bisa diterima menurut kesalahan yang dilakukannya", sela Luke kalem.

Joan menarik nafas berat dan berpikir apa mungkin orang itu memang hanya menguntitnya tanpa berniat melakukan apa-apa? Tapi sorot matanya tadi terkesan memberikan peringatan terhadap sesuatu yang akan menimpa dirinya.

"Omong-omong, dimana bos sialanmu itu? Apa dia tidak punya muka untuk bertemu denganku sekarang?", tanya Joan sinis.

Luke tersenyum saja. "Kenapa Anda menanyakannya, miss? Apakah Anda merindukannya?".

Joan mendengus sambil menatap tajam kearah Luke. "Ya! Aku merindukannya sampai aku tidak tahan ingin membunuhnya!!".

Luke melumat bibirnya seolah menahan tawanya dan Joan hanya menghela nafas lalu mengeluarkan kunci mobilnya untuk pulang tapi buru-buru Luke sudah merebutnya.

"Maaf, miss. Biarkan aku yang menyetir. Sepertinya Anda sudah terlalu lelah karena telah melakukan pekerjaan berat seperti tadi. Pukulan yang dilakukan tadi cukup keras dan tangan Anda sepertinya melebam", ucap Luke sopan sambil membukakan pintu penumpang kepadanya.

Joan terdiam dan dia masuk saja dan duduk di kursi penumpang dalam mobil sportnya yang memang hanya ada 2 kursi disitu. Sedangkan Luke mengambil alih kemudinya dan melajukan mobilnya dengan kemampuan menyetirnya yang luar biasa.

Joan memperhatikan punggung tangan kanannya yang cukup memar, dia baru merasa nyeri sekarang. Setidaknya dia sudah merasa tenang dan tidak was-was seperti saat dia sendirian tadi.

"Apakah Anda baik-baik saja? Setibanya di mansion Anda, sebaiknya Anda mengompres memar Anda dengan air hangat", tanya Luke dengan ekspresi cemas diwajahnya.

Joan mengangguk. "Aku baik-baik saja. Terima kasih, Luke. Bagaimanapun aku merasa lega dan tenang secara bersamaan saat aku melihat dirimu ada disini. Seolah aku benar-benar sudah merasa aman dan tidak ada yang bisa menjangkauku jika dia mengutus seseorang untuk mengawasiku".

Luke tersenyum menyetujui. "Anda tidak pernah sekalipun ditinggalkan, miss. Bahkan jika Anda tidak ingin melihatnya pun, dia akan tetap berusaha untuk melihatmu meski dari kejauhan".

Joan menoleh kearah Luke dan mendapati ada keseriusan disana. Bahkan tanpa perkataan Luke barusan, Joan bisa merasakan kehadirannya lewat dari sorot mata yang familiar baginya. Terlebih sejak dia memutuskan untuk kembali memakai cincin tunangannya, dia sangat yakin kalau Petra mengawasinya dan mendengarkan apa yang dikatakannya.

Tadinya dia berpikir kalau dia membutuhkan bantuan karena merasa diikuti penguntit seperti tadi dan memakai cincin itu sejak dari dua minggu yang lalu hanya agar Petra bisa melacak keberadaannya.

Nyatanya sudah sebulan dirinya yang tidak bertemu sejak pertemuan terakhirnya itu, membuatnya kecewa karena hanya mendapati Luke yang muncul saat ini dan merasakan kerinduan yang asing dalam hatinya sekarang.

Sambil bersandar dengan pandangan yang terarah keluar jendela, Joan memejamkan matanya dan tertidur begitu saja dengan nafas yang teratur. Dia merasakan kelelahan.

Luke yang melirik kearahnya hanya tersenyum lalu mengeluarkan ponselnya dan mengetik nomor satu lalu menempelkannya ke telinga.

"Dia sudah tertidur", ujar Luke dengan lugas.

"Aku berubah pikiran, Luke. Bawa dia kepadaku sekarang dan pastikan keberadaannya tidak bisa dilacak oleh keluarganya, terutama Joel. Kau urus saja mobilnya dan kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?", suara dari ponsel itu terdengar. Siapa lagi kalau bukan bosnya yang sedang kasmaran dengan sikap konyolnya yang berubah-ubah.

"Sure", respon Luke cepat dan dia langsung memutuskan teleponnya.

Tapi belum sempat Luke berjalan jauh, dari arah belakang ada mobil sport berwarna biru melesat cepat dari arah belakangnya. Shit!

Tanpa perlu mengetahui siapa yang mengemudi, Luke sudah bisa mengenal kalau itu adalah Brant, orang kepercayaan Joel. Akhirnya, Luke dan Brant saling mengebut dalam kecepatan diatas rata-rata. Ketika Brant hendak menyalipnya, disitu Luke tidak memberinya kesempatan dengan terus mengalihkan perhatiannya.

Luke mencoba bertahan dengan terus menghindari Brant dan berusaha menjauh tapi pria sialan itu tidak gentar dan sama sekali tidak membiarkannya menjauh. Damn! Luke terpaksa harus membelokkan kemudinya untuk keluar dari jalur bebas hambatan itu dan tahu-tahu Brant sudah berhasil mendahuluinya lalu menghadang jalannya sampai dia spontan menginjak pedal rem dalam-dalam. Membuat Joan tersentak dan terbangun. Crap!

"Ada apa, Luke?", tanya Joan kaget.

Sebelum sempat menjawab pertanyaan Joan, pintu mobilnya terbuka dan Brant sudah mencengkeram lengan Joan dengan cepat lalu menariknya keluar.

"A...apa yang kau lakukan, Brant?!", seru Joan kaget sambil menatap galak kearah Brant dimana pria itu memberikan ekspresi dingin kearah Luke.

"Dia berniat untuk menculikmu", tukas Brant datar sambil menunjuk kearah Luke.

Joan langsung menoleh dan menatap Luke yang sudah berdiri di hadapan mereka sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana. Pria itu memberikan ekspresi wajahnya yang terlihat santai.

"Aku bermaksud untuk mengantarnya pulang. Tanyakan saja sendiri kepada Joan kalau kau tidak percaya", ucap Luke geli dan langsung mendapat desisan tajam dari Brant.

"Dia memang akan mengantarku pulang, Brant. Lagipula aku mengalami hal yang tidak menyenangkan tadi dan kau tidak ada dimana-mana", cetus Joan sambil melepas tangan Brant yang masih dengan lancang mencengkeram lengannya.

Menyadari kesalahannya, Brant langsung membungkuk hormat kepada Joan dan menarik tangannya dari lengan Joan.

"Maafkan aku jika tadi aku terkesan tidak melakukan apa-apa. Aku hanya memantau dari jauh dan memastikan kau tidak akan disakiti. Bagaimanapun kau membuat tuan bangga akan keberanianmu tadi", tukas Brant lugas.

"Yeah... kalian berdua sama saja. Sengaja mendiamkanku dan membiarkanku memukul bajingan itu!", celetuk Joan kesal lalu menatap Brant dan Luke secara bergantian.

Dia melempar tatapan kearah sekelilingnya dan baru menyadari kalau mereka sedang ada di bahu jalan dengan pintu keluar jalan bebas hambatan yang bukan merupakan tujuannya.

"Jadi kau benar-benar ingin membawaku pergi, Luke? Dasar penipu!", ucap Joan sambil melotot galak kearah Luke.

"Aku tidak ada pilihan selain memberikan kebahagiaan untuk bosku. Dia sangat rindu padamu", balas Luke dengan senyuman setengahnya.

"Katakan saja pada bosmu untuk berhentilah menjadi pria bodoh karena berniat untuk membawaku padanya dengan cara yang sangat tidak terhormat seperti ini", tukas Joan sambil menggelengkan kepalanya.

"Dia sudah bisa mendengarmu tanpa perlu aku katakan", balas Luke dengan ekspresi gelinya.

Brant memutar bola matanya lalu mempersilahkan Joan untuk masuk ke dalam mobil birunya sementara dia menyuruh Luke untuk membawa mobilnya kembali sampai ke mansion.

Joan langsung masuk ke dalam mobil yang dibawa Brant sambil melihat Luke yang mengikuti dari belakang dengan membawa mobilnya.

"Jadi, kau disuruh kakakku untuk menjagaku?", tanya Joan kemudian.

Brant mengangguk. "Aku sudah yakin kalau seseorang mengikutimu dan memberitahukan kepada tuan mengenai hal itu. Kemudian aku juga melihat Luke sudah memantaumu selama dua minggu ini. Dia seperti mengetahui posisimu dan selalu sigap dimanapun kau berada".

Joan diam-diam tersenyum mendengar pemberitahuan Brant. Jika Luke bisa dengan sigap memantau dirinya, itu berarti kode SOS yang dikirimkan Joan padanya tersampaikan. Bahwa dia sengaja memakai cincinnya kembali hanya untuk memberitahukan keberadaannya sekaligus memiliki keinginan untuk bertemu dengannya kembali.

Meskipun dia harus menelan kekecewaan kalau usaha pendekatan yang dilakukan Petra tidak sebesar mulutnya yang selalu berkata cinta. Dan sudah saatnya dia melakukan sesuatu yang akan membuat pria itu pusing kepala mulai dari sekarang.

Lihat saja kau, Petra!



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Jangan tambah baper.
Biasa aja.

Dari sini aku mau infokan kalau Petra slow update.

Noel on writing untuk lanjutan part.

Hyun dalam rencana menulis part ending.

Mungkin jadwal update akan ngadat.

Hope you like it!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top