Part 10 - Who's Petra?

Joan memperhatikan ekspresi wajah dingin Petra dengan sejuta pertanyaan yang ada dalam kepalanya. Dan yang membingungkannya adalah sikap para saudara laki-lakinya yang lain terlihat waspada dengan sorot mata tajam yang tidak seperti biasanya. Mereka terlihat lebih... menakutkan. Sama sekali tidak ada raut wajah konyol atau iseng seperti biasanya.

Yang memberikan ekspresi berbeda adalah dirinya dan Nayla. Sepertinya memang hanya mereka berdua yang tidak mengerti duduk persoalan yang terjadi. Rasa cemas Joan bertambah saat melihat beberapa pria bertubuh besar dan tegap dalam balutan pakaian hitam-hitam mulai berpencar diseluruh restoran itu yang entah kenapa memang sepertinya hanya mereka yang menjadi satu-satunya pelanggan disitu. Ini tidak benar.

Belum lagi Joan juga memperhatikan seorang penjaga dengan rambut gondrong yang terikat dalam balutan wajah paling dingin dan paling seram yang pernah dilihatnya kini mencium setiap makanan yang tersaji diatas. Tanpa terkecuali. Bahkan gelas air minum yang habis diteguknya setelah meminum obat lambung pun diendusnya dengan alis berkerut. Astaga! Apakah ada racun didalamnya? Joan mendadak panik dan ingin segera pulang sekarang.

Kepanikannya semakin bertambah saat dia melihat ada orang kepercayaan Petra datang dari arah belakang dengan seseorang dalam cengkeramannya. Wajah orang itu adalah wajah lokal dengan ekspresi dingin tapi kesemua wajahnya melebam seolah terkena pukulan keras. Orang itu bahkan menatap Petra dengan tajam dan sorot matanya penuh kebencian disitu. Tapi itu tidak seberapa.

Karena Joan dikejutkan oleh suara dingin dan wajah yang menggelap dari Petra sekarang. Dia bahkan tidak bisa menahan rasa ngeri yang terasa saat Petra menoleh kearahnya untuk menatapnya. Deg! Seketika itu juga Joan membenamkan kepalanya di bahu Verdinand yang mendekapnya.

Ini tidak benar. Kembali dia mengingatkan diri dan merasa ada yang harus dijelaskan tapi Joan tidak yakin apakah dirinya sanggup untuk mendengarkan atau tidak.

"Baby...", suara lembut Petra terdengar diiringi usapan ringan di punggungnya.

Deg! Joan tersentak dan mendongak menatap Petra dengan waspada. Dia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, berusaha menahan dirinya agar tidak histeris. Bahkan saat Petra mengambil alih dekapan Verdinand dengan memeluknya saja dia sudah tidak ada tenaga untuk melawan. Dia lemas seketika.

"Aku tidak akan menyakitimu. Kau tidak usah takut. Justru aku akan melindungimu, percayalah. Percayalah padaku", bisik Petra hangat sambil mengecup kepalanya beberapa kali.

Joan memberanikan diri untuk menegakkan tubuhnya dan menarik diri. "Si...siapa kau sebenarnya? Apa pekerjaanmu dan kenapa kau terlihat..."

"Aku akan menjelaskannya jika kau sudah siap, sayang. Tapi tidak sekarang. Tidak saat kau melihatku dengan tatapan seperti ini", sela Petra halus sambil menautkan rambutnya di belakang telinganya.

"Tapi kau harus menjelaskan padaku, Petra. Kau sudah berjanji", balas Joan dengan suara tercekat. Dia sendiri tidak yakin apakah dirinya siap mendengarkan semua itu tapi dia perlu mengetahuinya.

"Aku tahu", sahut Petra dengan suara bergumam.

Mereka terdiam beberapa saat dengan beberapa anak buah Petra yang masih menyusuri restoran itu dimana yang lainnya saling melempar tatapan tajam dan tidak bergeming.

Tidak berapa lama kemudian, ada sekelompok orang datang dan masuk ke dalam restoran. Itu Joel dan para ayah. Oh dear...

"Daddy!!!", pekik Nayla kencang saat melihat sosok Wayne memasuki restoran itu dan berlari menggapai ayahnya untuk memeluknya dan menangis tersedu-sedu disitu.

Yang lainnya mengedarkan pandangan sekeliling, sementara Joel datang menghampiri Petra dan Joan lalu menatap mereka secara bergantian.

"Apa kau baik-baik saja, Joan?", tanya Joel dengan tatapan menyelidik.

Joan langsung mengangguk cepat, sementara dia melihat baik Joel dan Petra sama-sama saling bertatapan seolah melakukan komunikasi disitu. Kakaknya bahkan berdecak kesal sambil melengos dan Petra memberikan ekspresi datar namun terlihat tegas.

"Okay, guys. We should go now", tegas Liam sambil mengarahkan semuanya untuk beranjak dan meninggalkan restoran itu.

Joan pun merasakan kedua lengannya dicengkeram lembut dan membuatnya berdiri lalu menatap Petra cemas.

"Pulanglah ke mansion, Joana. Ikutlah ayahmu. Kau akan aman disana", ucap Petra lembut.

"Ka...kau mau kemana?", tanya Joan gugup.

"Aku ada urusan dan tidak akan lama", jawab Petra langsung.

"Kau tidak akan menyakiti oranglain bukan?", sahut Joan tanpa berniat untuk basa basi.

Petra terdiam sejenak lalu menggeleng pelan. "Aku akan jelaskan nanti".

"Tidak! Kau tidak boleh menjelaskan nanti, aku mau sekarang. Kau sudah berjanji, ingat?!", balas Joan keras kepala.

"Kalau begitu pulanglah, begitu urusanku selesai aku akan segera kembali ke mansion", kembali Petra berkata dalam suara lembut.

"Pulanglah, adik kecil. Aku akan bersama Petra jika itu yang kau kuatirkan. Dia tidak akan macam-macam", kini Joel ikut bersuara sambil mengangguk mantap.

Joan terdiam lalu mempelajari raut wajah keduanya dengan tatapan penuh penilaian dan menemukan adanya keseriusan disitu. Dia kembali menoleh kearah Petra dan menatap pria itu dengan ekspresi datar .

"Aku akan sangat marah jika kau tidak kembali dan menjelaskannya padaku. Pokoknya kau harus kembali dan membawakanku makanan! Waktumu dua jam dari sekarang atau aku akan menolakmu", ucap Joan dengan nada tinggi dan tidak bisa diganggu gugat.

Petra mengangkat alisnya, begitu juga dengan Joel. Keduanya memberikan tatapan kepadanya seolah dia sinting karena memberi waktu dua jam. Joan bahkan tidak peduli jika dia akan dinilai aneh oleh keduanya.

"Baiklah, aku akan kembali ke mansion dalam dua jam", ucap Petra dengan seulas senyuman tipis. Sementara kakaknya, Joel hanya mendesah malas sambil memutar bola matanya.

"Kau berjanji?", tanya Joan kemudian.

Petra mengangguk mantap. "Aku berjanji".

"Kalau begitu jangan menyakiti orang dan jaga dirimu. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu", ucap Joan dengan suara yang nyaris berbisik.

Perkataannya barusan membuat Petra tertegun sampai dia tidak berkedip sekarang. Dan Joan mengabaikan tatapannya dengan memeluknya selama beberapa detik lalu mencium pipinya dengan lembut.

Entah apa yang mendorong Joan untuk melakukan itu semua, yang jelas dia merasa harus membalas setiap kebaikan dan kelembutan yang Petra lakukan padanya. Dia merasa yakin untuk semua hal yang diberikan Petra padanya karena ada ketulusan didalamnya dan dia tidak akan menyia-nyiakan seseorang yang begitu memperhatikannya.

"Aku pulang dulu", ucap Joan sambil menarik diri lalu beralih menatap Joel yang terlihat kesal.

"Kau lebih mempedulikannya daripada kakakmu sendiri?", tanyanya dengan wajah tidak terima.

"Aku juga peduli padamu. Jaga dirimu, kak", ucap Joan sambil memeluk dan mengecup pipi kakaknya dengan singkat.

Dia menyambut uluran tangan Christian untuk membawanya masuk ke dalam mobil sambil kembali menoleh kearah Petra dan Joel yang terlibat dalam sebuah komunikasi yang terlihat serius lengkap dengan saling menatap tajam diantara keduanya.

Joan duduk di bangku belakang bersama Alejandro dengan Christian yang duduk di kursi depan dan Nathan yang memegang kemudi. Yang lainnya, mengikuti mobil masing-masing dengan ayahnya. Bahkan Joan sempat menoleh ke belakang kalau ada banyak mobil sedan berwarna hitam dengan tipe dan model yang sama berjalan beriringan tepat di belakang mobil mereka.

"Semua sudah menyebar mencari informasi. Ada pergerakan yang tidak diinginkan sampai kesini. Bisa jadi mereka melacak keberadaan kita", ucap Nathan dalam suara rendah.

"Kalau memang mereka sudah bisa sampai kesini, itu berarti kita harus perketat keamanan. Jangan sampai lengah. Dan aku tidak akan segan-segan untuk memberi pelajaran kepada mereka yang berani mengusik ketenanganku", balas Christian kemudian.

"Tapi sepertinya mereka hanya mengarah pada Petra", komentar Alejandro dengan nada pelan.

"Tidak juga. Mereka berniat untuk menghancurkan organisasi kita karena sejak dulu kita tidak pernah mau bergabung dengan para kelompok baris hitam seperti mereka", balas Nathan.

"Apakah ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi disini? Dan siapa kalian sekarang karena melakukan pembicaraan yang mengerikan seperti itu? Lalu kenapa ada banyak penjaga dengan pakaian hitam mengikuti kita??", tanya Joan dengan suara gemetar sambil menatap ketiganya dengan tatapan penuh tanya.

"Joan, tenanglah" ucap Alejandro yang langsung meraih Joan dalam dekapannya. "Tarik nafas dan tenangkan dirimu. Kau pucat dan gemetar sekarang".

Joan melakukan apa yang disuruh sementara Nathan tetap fokus menyetir dan Christian menoleh menatap Joan dengan tatapan dalam.

"Si..siapa kalian sebenarnya? Apakah mommy tahu? Apakah kak Alena juga tahu?", tanya Joan dengan suara serak.

"Lebih baik beritahu dia. Dalam keluarga kita hanya dirinya saja yang tidak tahu. Lea dan Miranda, bahkan Alena pun sudah tahu. Kalau kau memang menginginkan Joan menikah dengan bajingan seperti Petra, lebih baik kau jelaskan padanya", ucap Nathan kepada Christian dengan lugas.

"Biarkan Petra yang menjelaskan padanya sendiri", balas Christian tegas.

"Dad... kenapa kau tidak mau menceritakannya padaku? Aku bertanya siapa kau, bukan dirinya", sahut Joan dengan gemetar.

"Tenangkan dirimu, Joan!", tegas Alejandro. "Cepat atau lambat kau akan mengetahuinya. Lebih baik kau siapkan dirimu saja karena kalau kau memaksakan kami untuk berbicara, kau akan pingsan! Jangan keras kepala!".

Joan mengerjap lalu terisak tanpa suara. Baru saja dia merasakan kelegaan selama beberapa saat karena urusannya dengan Alex dan Nayla sudah terselesaikan, dia bahkan sudah puas menangis tadi pagi dengan Petra yang setia menunggunya untuk menuntaskan kesedihannya. Tapi sekarang? Dia merasakan sesuatu yang menyesakkan dadanya seolah apa yang akan diketahuinya adalah hal yang menakutkan dan dia takut jika dia mengetahui yang sebenarnya maka dia akan menjauhi Petra.

Mengingat pria itu, belum-belum Joan merasakan nyeri dalam hatinya yang entah kenapa itu dirasakannya sekarang. Dia menilai Petra adalah orang yang baik dengan ketulusan dan kebaikan dalam hatinya. Tegas dan penuh kendali. Namun sorot mata dinginnya dan ekspresi wajahnya yang mengeras sudah terlanjur terekam dalam otaknya sehingga dia merasa ada sedikit rasa takut dalam dirinya pada sosok itu.

Tidak lama kemudian, mereka sudah tiba di mansion dan Alejandro sampai harus membopong Joan yang mendadak lemas sekarang.

"Ayo kita makan dulu, kau belum sarapan sedari pagi", ucap Alejandro lembut.

Joan mengangguk saja dan mengikuti Alejandro yang menggandeng tangannya menuju ke ruang makan dimana para ibu dan Alena sudah berada disana.

"Apa dia baik-baik saja?", tanya Alena pada Alejandro.

"Tidak. Tapi dia membutuhkan makanan karena kami tidak sempat menikmati makanan kami", jawab Alejandro sambil mengoper Joan pada kakaknya.

"Kau baik-baik saja?", tanya Alena lembut dan Joan mengangguk saja.

Cassandra datang memberikan secangkir teh manis hangat untuknya. "Minumlah, sayang".

Joan menerimanya dan menyeruputnya dengan pelan. Dan tidak lama, Nayla datang bersama dengan yang lainnya. Ekspresi wajah Nayla tidak kalah pucatnya dengan dirinya. Sepertinya memang hanya dirinya dan Nayla saja yang tidak tahu apa-apa, sementara para ibu seperti sudah mengetahui apa yang terjadi. Mereka seperti sudah terbiasa. Bahkan untuk kategori lembut dan hangat seperti Lea dan Nadine pun masih bersikap santai dan tersenyum lebar.

"Makanlah, sayang. Kau sangat pucat", ucap Claire sambil membawakan seporsi sarapan yang masih mengepul. Herannya Joan tidak merasa lapar sekarang.

"Kau juga harus makan, Nayla. Kalian berdua terlihat shocked. Tenangkan diri kalian dulu. Jika kalian sudah tenang maka kalian akan mendapat penjelasan", ujar Chelsea yang membawakan sepiring makanan untuk Nayla.

"Setelah kalian tenang, biarkan pasangannya yang menjelaskannya sendiri", tukas Miranda kalem. Dia duduk disamping Joan sambil mengusap kepala putrinya dengan penuh sayang. "Kau akan baik-baik saja. Percayalah".

"Aku tidak tahu apakah aku bisa makan sekarang. Apakah aku boleh ke kamarku saja?", tanya Joan dengan suara serak.

"Makanlah, Joan. Jika kau tidak mau makan, maka kau tidak akan mendapat apa-apa. Tenangkan dirimu, habiskan makananmu dan beristirahatlah. Pria bodohmu itu tidak akan terluka, dia akan kembali. Kau tidak usah kuatir", celetuk Alena dengan tegas.

"Jadi, adik kecil kita ini sudah mempunyai rasa kuatir kepada pria rupanya", celetuk Victor sambil terkekeh geli.

"Mereka sudah begitu dekat, apa kau buta tadi sampai tidak melihatnya?", balas Zac dengan alis terangkat setengah.

"Kak Petra memang sangat keren. Aku menyetujui dia kalau menjadi suami Joan. Dia dan kak Joel sangat keren", celetuk Zayn dengan senang.

"Tutup mulut kalian dan pergilah! Jangan terlalu banyak melantur", tegur Alena dengan suara keras dan semuanya mendesah malas lalu menjalankan apa yang disuruh Alena.

Joan pun menunduk sambil menikmati makanannya tanpa minat. Nayla juga. Sementara Alex terlihat baru datang dengan Juno dan Adrian disitu, dia menatap Joan dan Nayla bergantian lalu duduk disamping Nayla sambil menghela nafas.

"Apa kau akan menjelaskan padaku apa yang terjadi?", tanya Nayla pelan dengan suara gemetar.

"Nanti akan kuceritakan", jawab Alex pelan sambil menatap Joan yang kini sedang melihatnya.

Joan teringat dengan apa yang dikatakan Alex tentang Petra tadi, bahwa jika dirinya bersama pria itu justru akan membahayakan posisinya. Jika benar dugaan Joan, maka apa yang dilakukan Petra saat ini sudah pasti adalah bahaya.

Joan pernah mendengar pembicaraan antara ayahnya dengan kakaknya saat masih SMU. Mereka membahas sesuatu tentang menghajar para koruptor yang berniat untuk melakukan kecurangan pada bisnis mereka di London, ada perkataan seperti pelacak ataupun alat penyadap. Seingatnya, Joel tidak terlalu banyak teman yang dekat dengannya selain Chloe, mantan pacar kakaknya dulu lalu Alena yang kini menjadi istrinya.

Bahkan Petra yang katanya adalah teman lamanya itu tidak pernah dijumpainya sekalipun selain saat pernikahan kakaknya dengan Alena sekitar tiga tahun yang lalu, itupun hanya sekedar interaksi singkat dimana Joan sendiri baru sadar kalau itu adalah Petra.

Dengan kata lain, apa yang dilakukan para ayah dan anak laki-laki lainnya sama dengan apa yang dilakukan Petra. Mereka seperti bergabung dalam sebuah kelompok organisasi gelap yang berbau seperti mafia. Karena kakak iparnya Alena, pernah mengalami satu kejadian yaitu penculikan yang dilakukan oleh kakak sepupunya sendiri yang bernama Samuel dan kini pria itu entah kemana.

Dan apa yang dialami Alena sama sekali tidak diketahui publik mengingat posisi Alena adalah sebagai seorang supermodel yang cukup terkenal kala itu. Juga ayah dan kakaknya seperti enggan bercerita saat dia menanyakan hal itu sementara ibunya hanya terdiam seolah maklum dan sudah terbiasa.

Baiklah. Dari sini Joan sudah mengerti dan tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi, terlebih saat Petra melindunginya dengan cara yang tidak dimengerti oleh manusia awam.

Seolah Petra tahu setiap hal dalam dirinya, seperti kakaknya Joel yang pernah meminta dirinya untuk mengawasi Alena dari jarak dekat dan memberikan informasi mengenai wanita itu kepada kakaknya waktu itu. Demikian jugalah cara Petra mengetahui dirinya lewat orang suruhan yang bisa jadi ada di dekatnya selama ini.





🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷




Moga bisa lega kalau dapet lanjutan 3 cerita hari ini yah...

Brb bobo dulu 💋
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Apa kubilang kan?
Cowok ini suka rese! Bajunya kayaknya nggak lulus QC karena kudu dilepas mulu 😖😖😖

Dehidrasi lama-lama 😤😤😤



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top