Part 1 - The birthday party
Joana Agnesia Christina, sedang menatap seribu bunga mawar merah yang terhampar di halaman mansion keluarganya. Dia benar-benar tidak tahu siapa pengirimnya dan tidak mengerti kenapa sampai dikirim bunga sebanyak itu kemarin.
Dan kini, bunga-bunga itu sedang dalam tahap pembuangan dimana truk sampah yang besar itu sudah terparkir di halaman mansion dengan beberapa orang yang mulai membuang bunga-bunga itu ke dalam truk.
“Jadi, bunga itu dibuang? Sayang sekali”, ujar Christian, ayahnya sambil menggeleng pelan lalu terkekeh saja melihat ekspresi putrinya yang kebingungan.
“Aku juga tidak tahu kenapa bunga itu dikirim lalu dibuang”, ucap Joan sambil bergumam heran.
“Itu karena ada yang mengagumimu secara diam-diam dan kakakmu sudah seperti kebakaran jenggot karena ketakutan kalau kau akan diambil oleh bajingan yang lebih parah darinya”, celetuk Alena yang tahu-tahu sudah datang kesitu.
Spontan Joan langsung berbalik dan melebarkan senyuman kearah kakak ipar kesayangannya itu. “Kak Alena!”.
Joan langsung berlari dan memeluk Alena yang hanya tertawa saja melihat adik iparnya yang kekanakan seperti itu. Mereka sangat dekat, bahkan Joan mengidolakan Alena yang begitu sanggup membuat kakak keras kepalanya bertekuk lutut.
“I miss you so much!”, seru Joan dari balik bahu Alena.
“Me too, sister”, ucap Alena sambil menarik diri lalu tersenyum padanya. “Happy birthday. May all your wishes come true”.
Joan tersenyum saja sambil menerima ciuman Alena di pipinya dengan senang hati. Dan matanya kembali melebar senang saat melihat kedatangan kakaknya dengan wajah sumringah saat pria itu masuk ke ruangan keluarga dengan wajah masam.
“Kak Joel!”, pekik Joan dan langsung berlari menghampiri kakaknya lalu memeluknya erat.
Joel tersentak lalu memeluk Joan dengan senyuman pelan. “Happy birthday, adik manja. Bertambahlah dewasa dan jangan gegabah dalam menentukan pilihan hidupmu, terutama pria. Dan jangan lupa pesanku. Jauhi pria yang bernama Petra! Karena...”
“Karena dia adalah orang yang berbahaya dan bajingan paling keji di dunia. Dia menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan termasuk diriku, bukan begitu yang ingin kau katakan? Aku bahkan sudah hafal di luar kepala setiap kali kau memberi wejangan padaku beberapa tahun terakhir”, sela Joan dengan ekspresi jenuh.
Joel terkekeh lalu mengangguk sementara Alena hanya memutar bola matanya lalu menghampiri Christian untuk memberi pelukan.
“Hi, Dad”, ucap Alena hangat.
“Dimana kedua cucuku yang lucu itu?”, tanya Christian senang.
Joel dan Alena sudah menikah tiga tahun yang lalu dan memiliki sepasang anak kembar yang baru berumur dua tahun bulan mendatang. Keponakan kembarnya itu bagai raja dan ratu untuk kedua pihak keluarga. Mereka selalu dimanjakan dan selalu menjadi bahan rebutan antar para orangtua.
“Sedang bersama mommy”, jawab Alena dengan cengiran lebarnya saat melihat Christian berdecak tidak suka.
“Mommymu pasti akan memonopoli mereka. Biarkan saja, nanti saat dia lengah akan kuambil darinya”, ucap Christian dengan senyum licik diwajahnya.
Alena tertawa dan menarik diri lalu kembali pada Joan yang masih sumringah menatapnya. “Sejak kapan kalian kembali kesini? Aku sempat tidak suka kalau kalian pindah dan tidak tinggal disini”.
“Jika kau sudah menikah, kau pun akan keluar dari rumah orangtuamu untuk tinggal bersama suamimu”, balas Alena sambil mengusap rambut Joan dengan tatapan sayangnya.
“Joan tidak akan keluar dari rumah ini. Dia masih terlalu muda untuk mengenal sebuah pernikahan”, suara Joel terdengar memperingati lalu dia mengambil duduk di sofa samping ayahnya lalu mengucapkan salam.
Alena melengos. “Oh yeah? Memangnya kau pikir waktu aku menikah denganmu, umurku tidak cukup muda apa?”.
Christian tertawa. “Biarkan saja kakakmu terus melarangmu ini itu, Joan. Daddy akan selalu mendukung apa yang menjadi keputusanmu. Kau tenang saja, aku bukanlah ayah posesif seperti ayah Alena ataupun kakak brengsekmu ini”.
Joel mendengus tidak suka sementara Alena tersenyum senang menatap Christian yang sedang mengedipkan mata padanya.
“Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Ayo kau ikut aku. Kau harus bersiap untuk pesta ulangtahunmu nanti malam”, tukas Alena sambil menarik tangan Joan untuk keluar dari ruangan itu dimana Joel dan ayahnya mulai mengobrol disitu.
“Aku tidak suka pesta, untuk apa kalian membuat pesta seperti ini?”, keluh Joan sambil pasrah mengikuti Alena yang membimbingnya menuju kamarnya sendiri.
“Nikmati saja. Itu tandanya banyak yang menyayangimu, sekaligus lupakan soal Alex. Aku tidak suka kau hanya terpaku pada satu laki-laki yang tidak melirikmu sebagai perempuan dan dia benar-benar pria yang datar”, balas Alena santai.
Joan tersentak dan spontan menghentikan langkahnya menatap Alena tidak percaya. “Da...darimana kau tahu kalau aku....”
“Aku tahu semuanya. Kau tidak usah kaget begitu. Memangnya aku baru mengenal dirimu dan lainnya? Kalian sudah seperti adikku sendiri dan tentu saja aku bisa memahami jalan pikiran kalian lewat hanya melihat gerak gerik dan sikap kalian”, sela Alena acuh sambil kembali menarik Joan untuk berjalan menaiki anak tangga ke arah kamarnya.
“Aku pikir tidak ada yang akan tahu kalau aku menyukai Alex”, gumam Joan pelan.
“Kau sangat hebat bisa menyembunyikan perasaanmu tapi percayalah... Alex tidak bisa membalas perasaanmu. Dia datar dan pendiam. Dia bahkan menganggap kau seperti saudara kandung. Baginya adalah haram jika mendekatimu”, tukas Alena lugas.
“Aku tahu, sister. Sudahlah. Aku tidak mau membicarakan hal ini lagi. Tapi apakah pesta ulang tahun harus benar-benar dirayakan hari ini? Aku tidak suka pesta”, ucap Joan sambil menggeleng pelan.
Alena tersenyum saja. “Anggap saja ini adalah bentuk kasih sayang kami merayakan kedewasaanmu yang sudah menginjak umur 21 tahun, Joan. Nikmati saja”.
Joan hanya mengangguk pasrah dan membiarkan Alena merias dirinya sambil mengobrol dengannya. Memiliki saudara perempuan adalah impiannya sejak lama, maka dari itu dia sangat menyukai jika ada Alena disampingnya. Dia akan menjadi adik paling beruntung karena menerima perhatian yang lebih seperti ini.
Joan menatap dirinya di kaca dan mengusap rambutnya dengan lembut sambil terpana dengan apa yang dikerjakan Alena pada wajahnya. Tidak heran kenapa kakak iparnya menjadi incaran para pria sehingga Joel harus susah payah mendapatkannya, karena Alena sangat tahu bagaimana caranya untuk merias diri.
“Hasil tanganmu luarbiasa”, ucap Joan dengan wajah merona.
Alena tersenyum sambil menggeleng. “Yang benar adalah kau memiliki wajah cantik khas mommy Miranda. Aku hanya mengeluarkan aura kecantikanmu saja. Lihat, riasan wajah yang kulakukan bahkan tidak terlalu banyak tapi kau sudah sangat cantik”.
Wajah Joan semakin merona malu dan menggumamkan kata terimakasih.
“Ganti pakaianmu. Aku meminta mama Lea untuk membuatkanmu sebuah gaun untuk ulangtahunmu hari ini”, ujar Alena sambil mengeluarkan sebuah gaun dari tas besar yang ada dalam ruangan itu.
Joan terkesiap menatapnya. “Oh my God! Ini sangat bagus. Terimakasih”.
Alena tertawa saat mendapat pelukan dari Joan lalu menyuruhnya untuk mengganti pakaian karena acara akan dimulai setengah jam lagi.
Joan pun memakai gaun itu diperbantu oleh Alena sambil merapikan bagian gaunnya dan memperbaiki penampilannya dengan apik. Semuanya terlihat sempurna.
“Aku yakin semua orang akan terkesima melihatmu, sayang. Kau cantik sekali”, puji Alena dengan seringaian puas diwajahnya.
“Kau juga cantik, kakak ipar”, balas Joan sambil menatap kagum kearah Alena yang sudah terlihat cantik dengan make up natural dan gaun simple warna putihnya.
Alena tertawa saja. “Kalau aku tidak cantik, mana mungkin kakakmu yang menyebalkan itu bisa menyukaiku”.
“Aku mencintaimu bukan karena kau cantik, melainkan karena kau memiliki kebaikan hati yang luarbiasa”, terdengar suara Joel yang tegas dari balik pintu dan masuk dengan sosoknya yang menjulang dan tampan.
Joan tersenyum melihat Alena yang menatap kagum kearah Joel dan keduanya saling menatap penuh cinta lalu berpelukan dan berciuman. Seperti itu. Dihadapannya. Tanpa berpikir kalau adegan romantis itu membuatnya nelangsa dengan kenyataan dirinya yang masih belum memiliki seorang kekasih di usianya yang sudah tidak remaja lagi.
“Ehhemm...”, Joan berdeham dan kedua insan itu langsung menghentikan ciumannya lalu berbalik menatapnya dengan cengiran lebar.
“Hai, sister. Kau cantik sekali”, ujar Joel kemudian lalu memberikan pelukan dan kembali berujar. “Selamat ulang tahun, sayang”.
“Terimakasih”, balas Joan senang.
“Ini hadiah kami untukmu”, ucap Alena sambil mengeluarkan sebuah kotak biru panjang lalu membukanya.
Mata Joan melebar melihat apa yang dikeluarkan Alena. Sebuah kalung dengan liontin mutiara yang disukainya hampir seumur hidupnya. Itu adalah kalung yang paling susah didapatnya karena hanya dibuat dua puluh buah didunia dan sudah habis terjual.
“I.. ini...”.
“Exactly! Aku berusaha mendapatkannya untukmu. Bagusnya, sang desainer perhiasan itu kenal baik dengan Alena sehingga dia mau membuatkan satu buah khusus untukmu”, tukas Joel dengan senyuman lebar melihat ekspresi kaget dan haru dari wajah Joan.
“Terimakasih”, ucap Joan sambil menatap Alena dengan sendu.
Alena berjalan ke arah belakangnya untuk membantunya memakai kalung itu. “Aku hanya membantu untuk bernegosiasi dengan desainernya, kakakmu yang membayar kalung ini seharga jutaaan dolar. Cium saja dia, dan dia akan sangat senang”.
Joan tersenyum dan langsung menubrukkan dirinya kearah Joel sambil mengucapkan terima kasih berkali-kali.
“You deserve it, sister. I’m happy if you’re happy”, bisik Joel hangat sambil mencium keningnya lembut.
Tidak ada yang membuat Joan tidak bahagia terlahir dalam keluarga yang penuh dengan kehangatan yang dimilikinya saat ini. Sedari kecil, hidupnya sudah seperti seorang putri kerajaan. Dia memiliki orangtua yang menyayanginya dan mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Kakak yang selalu membimbingnya dan melindunginya, juga kakak ipar yang begitu perhatian dan menjadi sahabat terbaiknya. Apalagi kini ada sepasang keponakan kembar yang dimilikinya dimana dia menjadi auntie kesayangan mereka.
Ahh, tidak terasa dia sudah genap berusia 21 tahun hari ini. Dengan pesta yang diadakan di mansion orangtuanya dan backyard yang sudah disulap menjadi pesta kebun yang indah. Seluruh tamu undangan baik teman sekolahnya atau kolega orangtuanya turut hadir mengucapkan selamat. Semua memuji kecantikannya dan mengagumi gaun yang dikenakannya.
Para saudaranya dari sahabat ayahnya juga ikut hadir, tidak terkecuali Alex yang datang bersama dengan orangtua dan kakak perempuannya beserta suaminya. Alex sendiri mengucapkan selamat dan memberikannya sebuah kado berupa kotak kecil berwarna hijau padanya. Sebuah perhiasan berupa gelang cantik terpampang disitu.
“Selamat ulang tahun, Joan. Aku harap kau bertambah dewasa dan mengerti akan keputusanku”, ucap Alex dengan suara pelan.
Tidak ada yang tahu soal perasaan Joan kepada Alex selama ini kecuali Alena dan Nayla. Bahkan Alex sendiri kaget saat Joan menyatakan perasaannya sekitar dua tahun lalu. Sosoknya yang pendiam dan tegas itu sudah menarik perhatian Joan kepada Alex. Mereka sama-sama baru lulus dari kuliahnya masing-masing di Oxford dan sedang menjalani kesibukan baru mereka dimana sudah tidak tinggal bersama dalam satu mansion lagi.
“Aku tahu. Tidak seharusnya aku memiliki perasaan kepadamu karena bagaimanapun kita bersaudara, bukan begitu?”, balas Joan dengan senyuman yang dipaksakan.
Alex terdiam lalu mengangguk saja. “Aku bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dipahami oranglain, Joan. Kau cantik, sungguh. Tapi jika kita memaksakan hubungan ini maka yang ada kita saling terluka pada akhirnya. Mungkin kau berharap hubungan kita bisa seperti Joel dengan Alena atau Noel dengan Vanessha. Tapi percayalah, kita tidak akan bisa seperti itu”.
Joan mengangguk pelan. “Dan dirimu dengan Nayla yang bisa seperti itu, bukan begitu?”.
Alis Alex terangkat. “Apa maksudmu?”.
“Kau menyukai Nayla dan Nayla juga menyukaimu. Aku tahu itu. Bagaimana cara kalian saling memandang, bagaimana interaksi kalian jika berhadapan”, jawab Joan. Dia berusaha keras menahan diri untuk tidak terlihat sedih di hadapan Alex meskipun hatinya terasa nyeri saat ini.
“Kau tahu semua itu tapi...”
“Tidak apa-apa, Alex. Sungguh. Aku cukup kecewa dengan sikap kalian berdua yang menyembunyikan hal ini padaku. Terutama Nayla, dia sudah kuanggap sahabat terbaikku tapi tidak jujur padaku. Aku mengerti. Kalian hanya menjaga perasaanku. Aku tahu. Bagaimanapun itu sudah berlalu dan aku baik-baik saja”, sela Joan dengan lugas.
“Tapi, Joan...”
“Bilang pada Nayla tidak usah menghindariku karena takut aku membencinya. Harusnya kau membawa dia ke pestaku jadi aku bisa langsung menyampaikan hal ini pada kalian berdua. Aku berharap kalian bahagia dan tolong jaga Nayla dengan baik”, kembali Joan menyela dengan lugas dan merasakan nyeri semakin menusuk dalam hatinya saat mengatakan kalimat barusan.
Alex terdiam dan menatapnya sedih. Ada raut penyesalan dalam sorot matanya tapi Joan tidak butuh dikasihani. Dia tidak akan menjadi lemah hanya karena pria itu menolaknya. Tidak.
Untungnya pengalihan datang sehingga Joan tidak perlu berlarut-larut harus berhadapan dengan Alex. Mereka berdua sama-sama menoleh pada banyaknya orang yang datang membawa sejumlah buket bunga Lilac yang segar dan menaruhnya di taman bunga mansion. Astaga! Apa lagi ini?
“Darimana kalian? Siapa yang menyuruh kalian mengirim bunga-bunga sialan itu lagi?”, terdengar suara Joel yang tajam dan terkesan tidak suka pada salah satu pengantar bunga.
“Kami mengirimkan bunga ini untuk nona Joana, tuan”, jawab pengantar itu dengan sopan.
“Kemarin sudah mawar! Sekarang bunga apalagi ini?! Seribu mawar yang kalian kirimkan kemarin saja baru dibawa truk sampah tadi siang!”, kembali Joel mengoceh dengan berang.
Joan segera bergerak dan menghampiri Joel untuk menenangkannya. Joel hanya mendengus dan membiarkan para pengantar itu meletakkan buket yang entah kenapa malah lebih banyak seperti kemarin. Hanya saja kali ini Joan menyukai kiriman bunga kali ini karena Lilac adalah bunga kesukaannya.
“Apakah ini bunga Lilac?”, tanya Joan dengan ramah kepada salah satu pengantar bunga itu.
“Ya, nona”.
Joan meminta satu buket bunga itu untuk dipeganginya dan mencium aroma bunga itu. Dia tersenyum melihat bunga yang dipeganginya sambil memeluknya dalam dekapannya. Sangat cantik.
Bahkan dia tidak menyadari ada seseorang yang datang menghampirinya sambil membawa buket bunga Lilac yang sangat besar sekarang.
“Hello, gorgeous”.
Suara bariton yang terdengar dalam itu membuat Joan tersentak lalu menoleh kearah sumber suara. Disitu dia melihat siluet wajah yang terkesan familiar tapi terasa asing.
Sorot matanya tajam, hidungnya terbentuk sempurna dengan bibir tipis yang menawan. Bakal jenggot yang memenuhi rahangnya itu membuatnya terlihat maskulin dan potongan rambutnya yang tertata rapi seolah menegaskan kesan tampan tapi menyakitkan itu. Dia memakai setelan tuxedonya untuk menyempurnakan penampilannya. Kalau Joan tidak salah ingat dia adalah teman lama kakaknya.
“Apa kau yang mengirimkan bunga-bunga ini”, tanya Joan langsung tanpa basa basi.
Pria itu menyeringai tipis lalu mengangguk dengan kalem. “Yeah. Sesuai dengan bunga kesukaanmu. Lilac”.
“Dan apakah kau juga yang mengirimkan bunga mawar kemarin termasuk mawar-mawar lainnya setiap seminggu sekali di London?”, tanya Joan lagi.
“Yeah. Itu aku”, jawabnya lagi.
“Apa maksudmu mengirimkan semua bunga-bunga itu? Dan lagipula aku benci mawar!”, tuding Joan dengan wajah tidak suka.
Pria itu mengembangkan senyuman hangat. “Aku tahu kau membenci mawar. Itu aku sengaja lakukan supaya kau mengingatku. Bila aku memberikan apa yang kau suka, tentunya sudah banyak orang disekelilingmu yang memberikan apa yang kau sukai. Jadi aku memutuskan untuk memberikan sesuatu yang kau benci supaya kau bisa mengingatku”.
“Untuk apa kau melakukan semua itu?”, tanya Joan heran.
“Untuk memberitahukan kedatanganku karena aku sudah menunggumu selama itu”, jawabnya langsung.
Joan mengerjap dan menatap pria itu dengan tatapan aneh. “Kau... siapa? Apa kau...”
“Perkenalkan, namaku Petra. Dan aku datang kesini untuk melamarmu, cantik. Karena sudah tiga tahun aku menunggu hari ini, tepat saat kau berumur 21 tahun. Dan 1.095 buket bunga lilac hari ini adalah bukti dari masa penantian 1.095 hariku untuk memperkenalkan diriku secara resmi dan memintamu untuk menjadi istriku”.
Deg! Joan terdiam dan menatapnya tidak percaya. Apa dia gila? Apa dia waras? Selama tiga tahun menunggunya dan baru memperkenalkan dirinya sekarang untuk langsung melamarnya?
Oh dear... dalam doanya tadi memang dia menginginkan adanya kekasih untuk mencintainya, tapi bukan seperti ini. Bukan dalam sosok menakutkan dalam diri seorang pria yang terkesan bengis dan dingin seperti pria yang ada dihadapannya saat ini meskipun dia sedang tersenyum sekarang.
Karena apa yang terlihat di hadapannya adalah persis seperti apa yang Joel wanti-wanti kepadanya selama ini. Dia bahkan mulai bergidik ngeri melihat pria itu dengan sorot mata waspada menatap kearahnya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Jeng... jeng... jeng... 🤣
Surprise ye!
Fyi, cerita ini akan aku kerjakan setelah aku rampungkan Hyun dan Noel.
Ini cuma sekedar iseng-iseng buat Petra shipper yang udah kangen sama beliau.
Jadi jangan berharap terlalu banyak karena aku mau bobo nyenyak.
See ya 🤗🤗🤗🤗🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top