「🍮」- O8

"Mari kita berteman."

'Hah?'

(Name) menatap Jaimerson dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Seorang Law mengajaknya berteman?

"Aku hanya tertarik dengan mu, jangan kegeeran."

"Siapa juga yang kegeeran?" (Name) tidak suka pria ini.

***

DUAK

"Hey nak! Jangan bengong!" (Name) memegang perutnya yang baru saja dipukuli Jayden.

'Apa itu tadi?!'

Petra menyerang Jayden yang kali ini sedang bengong dengan menggunakan golok miliknya, "Bengong aja terus!"

"Bodoh! Jangan terburu-buru!"

Pergelangan tangan Petra digenggam oleh Jayden dan memukulinya hingga terpental menjauh.

"Kenapa pas aku yang nyerang dia malah sadar dari bengongnya! Sial!"

"Jay!" Jayden tersentak.

"Tolong.. Hentikan semua kegilaan ini," ucap seorang gadis berambut pirang bernama Elena dan terdapat Surya yang mengejarnya dari belakang.

"Kau siapa? Apa aku mengenalmu?"

"Aku Elena kekasihmu. Kumohon sekali ini saja, hentikan semua ini. Lepaskan teman-temanku."

(Name) membantu Petra yang baru saja terpental untuk berdiri, "Sepertinya akan ada live action sinetron," ucap Petra bersama (Name) yang sedang membantunya mendekati Surya.

"Hyahahaha, buntung ya dek," ucap (Name) menunjuk lengan Surya yang tersisa satu.

"Kalau kamu bukan lebih tua dariku mungkin kamu udah hancur sekarang."

"Kau Elena? Apa kau benar Elena?" Jayden berjalan mendekati Elena, hendak menyentuh pipinya.

"Tidak.. Kau bukan Elena. Elena hanya satu."

"Bicara apa kau? Masa kau nggak mengenaliku?" tanya Elena terkejut. Ia meletakkan tombaknya, "Ah, aku tahu. Elena yang kau kenal dulu tidak memegang senjata."

"Lihatlah, aku tidak bersenjata."

"Aku tahu kau melakukan semua ini untukku, aku menghargai itu, tapi yang paling kuinginkan saat ini adalah kedamaian." Terlihat Jayden yang terdiam beberapa saat mulai berteriak, "Kau bukan Elena, penipu!!"

Jayden mengambil senjatanya untuk menyerang Elena, untung saja Surya sudah duluan berlari untuk menyelamatkannya.

"Sekali orang gila tetap orang gila! Nggak bisa diajak negosiasi!"

"Hei, nona! Teruslah bicara padanya! Dia terpengaruh oleh ucapanmu. Aku merasakan keraguan saat dia mengayunkan pedangnya tadi," ucap Bisma kepada Elena.

"Apa?! Kenapa Lemon harus melakukan hal tidak berguna seperti itu!" tanya Surya.

"Surya tenangkanlah dirimu, Jayden memang ragu-ragu tadi. Yang membuatnya aneh adalah alat yang dikenakannya itu," ucap (Name) menunjuk ke arah kacamata yang dikenakan oleh Jayden.

"Kacamata itu mendeteksi radiasi inframerah dari suatu objek. Itu membuat kita dimatanya seperti monster." Surya terlihat terkejut dengan penjelasan dari (Name).

"Nak, darimana kau tahu itu?" tanya Bisma sedikit curiga kepada (Name).

"Aku mendengarnya." (Name) tersenyum miring sebelum melanjutkan perkataannya, "Dari seseorang yang tidak jauh saat ini."

Bisma sedikit menaruh kecurigaan kepada (Name), tapi ini bukanlah saatnya untuk curiga.

"Baiklah. Nona teruslah berbicara, Surya dan Petra alihkan perhatiannya dan tugas mu adalah menghancurkan kacamata tersebut, nak."

"Maaf tapi sepertinya Petra tidak kuat lagi," ucap (Name) melirik ke arah Petra yang sedang menahan rasa pusingnya.

"Ngak papa, aku masih bisa."

Bisma memperhatikan Petra, "Baiklah. Nona kau jaga Petra, aku dan yang lainnya akan melakukannya."

NOTE:
nona = elena
nak = (name)

"Dan kalau rencana kita gagal, aku ingin kalian semua pergi dari sini bersama Tari dan Ghost, terutama kau," ucap Bisma sembari menunjuk (Name) yang diam saja.

"Jika gagal, aku ingin kalian prioritaskan anak ini."

(Name) menatap Bisma dengan tatapan tidak suka.

'Aku bukanlah seorang gadis kecil yang lemah!' batin (Name) yang pernah berduel 1 lawan 1 dengan Law lainnya.

Mereka segera menyerang Jayden. Saat pedang Jayden ingin mengenai mata Surya, Bisma menyelamatkannya dan (Name) menyerang Jayden dari belakang.

"Ternyata keponakannya Jai lumayan juga." Jayden tersentak setelah mendengar perkataan dari (Name).

"Jai?! Maksudmu Jaimerson?!" Jayden menyerang (Name) dengan cepat dan (Name) dengan mudah menghindarinya dengan cara melompat.

"Itu tau."

"Mulailah bicara dengannya, Nona! Saat kau bicara kami tidak akan menyerangnya, supaya dia bisa konsentrasi mendengar suaramu."

"Baik!" Elena mulai berbicara dengan Jayden dan entah kenapa raut wajah Surya terlihat kesal.

Surya mulai memukul kepalanya dengan bongkahan es dari maya Jayden, "Sebal! Sebal! Kenapa?!"

"Karena kau kurang ganteng," sahut Petra.

"Inikah yang disebut dengan nt," sahut (Name).

"Adik macam apa kau?! Malah meledek kakaknya yang sedang frustasi!" Surya mulai mencubit pipi sang adik begitu juga dengan sebaliknya.

"Kakak macam apa kau?! Adik sekarat malah mikirin cewek!"

"KALIAN MAU AKU SLEDING!?"

Klontang

Itu suara pedang Jayden yang terjatuh dari genggamannya, Elena mengira Jayden sudah sadar karena perkataan dan mulai berlari mendekatinya.

"Jay?! Kau mendengarkanku?!"

"Tunggu, Nona!"

"Syukurlah! Sekarang tolong bantu kami keluar dari sini. Pertama-tama lepas dulu benda aneh itu dari kepalamu."

Krak krak

Bongkahan es yang berada di atas tiba-tiba ingin hancur, "E-esnya?!"

"Benda aneh ini yang membuatmu tidak mengenaliku. Lepaskan dan kau bisa melihat wajahku lagi. Setelah semua ini selesai, aku janji aku akan selalu ada disampingmu." Tangan Elena hendak melepaskan kacamata yang dikenakan oleh sang kekasih(?).

"Bahaya! Mayanya menjadi semakin kuat!" teriak Bisma.

"Dia ingin memakai paramaya," ucap (Name).

"Semuanya lari!"

Blarr

"LEMON! MUNDUR JAUHI DIA!" teriak Petra berjalan ke arah Elena, "Bodoh! Jangan pergi kesana!" teriak (Name).

"Jay! Apa yang kau lakukan?!" Tangan Jay mendorong Elena, membuat Elena menjauhinya beberapa langkah, "Pergi. Aku sudah tidak bisa mengendalikan kekuatanku."

"Selamatkan dirimu." Jayden berkata sembari tersenyum lembut.

Saat ingin menyelamatkan Jayden, es yang berada di depannya sudah mengubur laki-laki tersebut.

"Celaka! Kita sudah dikepung es!"

"Aku masih bisa menghalaunya!" ucap Bisma menggunakan mayanya untuk menghalau es es tersebut.

"Cepat! Kalau esnya sudah tebal aku mungkin tidak akan bisa menembusnya."

"Kalau tidak bisa aku saja." Bisma menoleh ke arah (Name), Bisma memperhatikan keadaan gadis itu, sama sekali tidak ada luka parah ditubuhnya dan ia juga sedikit menggunakan mayanya dari tadi.

"Baiklah."

Byaarr

"Terlambat! Esnya sudah menebal dan semakin kuat!"

Muncul seekor naga es di belakang Petra dan Elena, Bisma berteriak memberitahu mereka untuk waspada.

Blaarr

Naga itu menyerang mereka, dan untung saja bisa dihindar. Terdapat Jayden yang berada di atas bongkahan es yang menjulang tinggi, melihat mereka dari atas sana.

Naga naga itu mulai menyerang mereka yang sialnya sedang berkumpul di satu titik.

"Apaan itu?! Cacing besar alaska?!"

"Semuanya berlindung di bawah ku!"

Blaarr

Bisma menggunakan mayanya untuk melindungi mereka semua.

Tiba-tiba mereka merasakan sebuah maya yang sangat kuat di dekat mereka, mereka reflek melihat ke arah (Name) yang sedang ingin menggunakan paramayanya.

"Apa yang kau lakukan?!"

"Menggunakan paramaya." (Name) terlihat santai sekali, seakan-akan ia sering dihadapkan pada situasi seperti ini. Padahal mah enggak:vvvVvvVvv.

"Tenang saja." (Name) menggantung perkataannya, mengambil pedangnya dan dapat dilihat muncul ukiran burung phoenix yang menyala disana.

"Aku sering berduel dengan Law lainnya kok," lanjut (Name).

Maya (Name) saat ini sangatlah kuat, ia memang jarang menggunakan mayanya. Alasannya? Malas.

"Sekarang bagaimana dengan Law yang ini?" Suhu disekitar mereka sangatlah panas, terdapat kobaran api di sekitar (Name). Uap panas dari api tersebut membuat jaket yang (Name) kenakan terlepas, menampilkan (Name) yang hanya menggunakan kaos hitam dan celana pendek.

"Ternyata memang benar kau pernah bertemu dengan dia." Jayden mengarahkan pedangnya ke arah (Name), membuat naga naganya menyerang (Name).

"Apa kau tau jika es kelemahannya adalah api?" (Name) melompat saat salah satu naga menyerangnya dan mendarat dipunggung naga tersebut, seketika naga tersebut meleleh karena hawa panas dari maya (Name) yang berada dikakinya.

Ia mengayunkan pedangnya, dan muncullah burung phoenix yang cukup besar membuat beberapa bongkahan es sekitar sana meleleh.

"Harus ku akui, kau adalah lawan yang merepotkan." Jayden menghindari burung itu dengan melompat ke bongkahan es yang masih utuh.

"Apa aku harus mengucapkan terimakasih?" (Name) mengendalikan burung tersebut untuk menyerang Jayden tetapi terhalang oleh naganya.

Burung tersebut diserang berkali-kali oleh naga naga Jayden, membuatnya semakin melemah, "Hanya segini?"

Seketika (Name) muncul dari belakang Jayden, mengeratkan pegangannya terhadap senjatanya, menahan rasa sakit dari efek paramaya.

Ia hendak menghancurkan kacamata tersebut. Tapi sialnya Jayden menyadari hal tersebut dan menangkisnya.

Naga naga Jayden menyerangnya lagi, (Name) hendak menghancurkan mereka. Tetapi sebuah maya melindunginya, membuat ledakan yang cukup keras sehingga (Name) hampir jatuh tapi ia terselamatkan oleh burungnya.

"Hey nak, prioritas ku sekarang adalah kamu. Pergilah menjauh dari sini," ucap Bisma yang menjadi pelaku hancurnya naga Jayden dan serpihan-serpihan es tersebut mengenai Petra dan Surya.

"Walaupun kau cukup kuat, aku yakin kau bisa melindungi mereka." (Name) mengangguk, ia turun dan menghampiri Surya dan Petra yang terluka parah. Menggunakan sisa mayanya untuk mengurangi rasa sakit dan keluarnya darah yang berlebihan.

Tiba-tiba Elena berlari ke arah Jayden sembari meneriaki namanya.

"JAYYY!"

"Hah?! Nona! Kenapa kembali?!" tanya Bisma yang sedang bertarung dengan Jayden, tetapi Elena tidak menjawab ia menaiki punggung naga yang sedang dilawan Bisma.

"Waduh! Nona, disuruh pergi malah naik! Jangan naik kesitu, bahaya!" teriak Bisma.

(Name) hanya menoleh sebentar, ia tetap fokus dengan mayanya. Gini-gini (Name) juga sayang saudara ya. Soalnya..

Flashback

(Name) pov

Mereka semua membenciku. Semuanya membenciku. Aku menyentuh foto keluargaku, saat ayah dan ibu masih hidup, menatapnya dengan tatapan kosong diruangan yang serba gelap ini.

Surai coklat dan mata hijau milik ayah sangatlah indah, surai hitam dan mata kuning milik ibu sangatlah indah.

Disana aku dan orangtuaku sedang berlibur, aku terlihat sangatlah bahagia disana. Tetapi rasa tersebut sangatlah singkat.

Jin gila tiba-tiba merebut rasa kebahagiaanku. Aku yang masih berumur 12 tahun menatap ayah dan ibuku yang sedang diinjak oleh jin tersebut, berteriak sekencang kencangnya, menyuruhku untuk kabur.

Disana seakan-akan, kebahagiaan, rasa sedih, takut, senangku hilang. Aku dibawa kabur oleh salah satu undead yang datang, menatap orangtua ku diinjak hidup hidup di depan mataku sendiri.

"Hanya ini yang bisa aku dapat." Undead yang menyelamatkan ku tadi memberikan sebuah kalung dan cincin pernikahan orangtuaku kepadaku.

Aku hanya menatap benda tersebut dengan tatapan kosong, "Terimakasih.."

Ada satu fakta yang ku ketahui. Orangtuaku dibenci oleh keluarga ayahku, karena itulah tidak ada yang ingin mengadopsi ku. Aku juga tidak ingin diadopsi, aku tinggal dirumah lamaku.

Dimana aku mendapatkan uang? Aku mendapatkannya dari keluarga ibuku. Hanya mereka yang merasa kasihan denganku.

Tetapi rasa kasihan bukan berarti ada rasa sayang kan?

Beberapa bulan setelah kejadian tersebut, aku semakin menjauh dari kehidupan sosial. Aku sudah merelakan orangtuaku.

Teman yang kumiliki sekarang adalah sepupuku, Surya dan Petra. Frola saat itu masih balita dan baru berumur 5 bulan.

Merekalah yang menemani ku, hingga Frola sudah menginjak umur 3 tahun ia bergabung dengan kami. Tentu saja secara diam diam, ibu mereka tidak mengijinkan mereka untuk bermain denganku.

Tahun tahun yang sangat menyenangkan kalau boleh jujur.. Tetapi entah kenapa, saat aku merasa bahagia selalu ada masalah, seakan-akan aku tidak diperbolehkan untuk bahagia.

Oh, dan saat itu aku berumur 18 tahun, 3 hari sebelum hari kelulusan ku.

Paman- ayah dari Petra, tiba-tiba mendatangi ku dan memberitahuku ia akan kemana. Seakan-akan ia sudah tahu, aku akan mengikutinya.

Petra sempat melihat ayahnya dirumahku, itu membuat hubungan kami merenggang. Surya dan Frola tidak bisa lagi bermain denganku karena Petra memaksa.

Dan aku dilanda kesepian seperti dulu.

Seminggu setelahnya aku tertabrak mobil karena menyelamatkan Petra, sakit. Aku sempat melihat wajah Petra yang menangis histeris karena ku.

Sungguh.. Itu sangatlah lucu.

Bersambung-

Anw aku buat ini

Mmf kalau keliatan banget kalau editan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top