Part 4 - Sahabat Terbaik

"Sahabat itu akan ngomong jujur dan mungkin terkesan pedas di hadapan kamu, tapi gak pernah ngomongin aib-mu di belakangmu"

(Shanum, sahabatnya Nuha)
-------------------------------------------------------------

Nuha mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, menembus keramaian kota Bandung untuk menghampiri sahabatnya. Selain mereka di tugasi untuk ikut andil dalam pernikahan Muna dan Killian, kesibukkan juga membuat mereka merasa wajib meluangkan waktu untuk sekedar bertemu sapa. Walaupun hanya beberapa menit.

Nuha memarkirkan mobilnya di depan sebuah restoran steak terkenal kota Bandung. Kemudian ia memasukki restoran yang menempati bangunan jaman Belanda. Tampak Julia dan Ovi sedang duduk di halaman belakang restoran.

"Shanum mana?" tanya Nuha.

"Masih di jalan kayaknya," jawab Ovi. "Tunggu aja, sebentar lagi jg nonggol."

Benar saja, tak berapa lama Shanum menampakkan batang hidungnya. Tampilan Shanum yang biasanya agak terbuka kini tertutup meskipun tanpa khimar di kepalanya.

"Lupain soal Hamish deh!" celetuk Shanum ketika ia baru saja menghampiri meja tempat ketiga sahabatnya duduk. "Emangnya lelaki di dunia cuma tinggal dia?!"

"Kalem, beb. Lu dateng-dateng langsung nyolot ngomongin Hamish," tegur Ovi. "Katanya mau ngobrolin persiapan pernikahan ka Muna."

"Palingan juga alibi Nuha ini sih... Biar kita kumpul terus minta saran tentang Hamish," celetuk Julia. "Emang apa yang terjadi antara lu sama Hamish 4 bulan yang lalu abis balik konser?"

"Kita ngobrol panjang kali lebar kali tinggi selama perjalanan Jakarta-Bandung," jawab Nuha. "Ujung-ujungnya bahas lagi masalah keyakinan di keluarga dia"

"Masih golput?" tanya Julia.

"Golput kebagusan. Ga jelas tepatnya," celetuk Shanum.

"Urusan keyakinan lu nyolot yak," sahut Ovi. "Baru gue denger lu nyolot kayak Julia"

"Ya maaf. Masalahnya ini orang yang di sukain Nuha dan gak menutup kemungkinan berbalas," ujar Shanum. "Kalo gak berhubungan sama Nuha ya aku woles aja. Tapi aku gak rela kalo Nuha nikah dengan kondisi Hamish yang masih gak jelas akan keyakinannya."

"Wait... Nikah? Gak kejauhan? Pacaran dulu aja kali. Siapa tau Hamish berubah," celetuk Julia.

"Pacaran itu main-main, nikah itu serius. Jadi, mau di mainin atau di seriusin sama lelaki?" tanya Shanum.

Suasana pun hening.

"Aku yakin gak ada satupun wanita yang mau di mainin. Tapi kenyataannya banyak yang milih di mainin 'kan?" lanjut Shanum.

"Lu abis semedi dimana omongannya bener pake banget," ujar Julia.

"Petuah ayah beberapa hari ini. Ya aku juga gak mau gini-gini aja kondisinya. Usia kita di dunia ini sampai kapan, gak ada yang tau. Berubah sekarang jauh lebih baik, sebelum terlambat," terang Shanum. "Jangan mencintai lelaki yang meninggalkan Allah. Allah aja dia tinggalkan, apalagi kamu"

Nuha tersenyum geli lalu berkata, "Petuah abah tuh tadi malem. Makanya aku minta kalian kumpul hari ini buat minta pendapat"

"Lu cinta banget sama Hamish?" tanya Ovi.

"Jelas lah Vi... Dari awal kuliah 'kan?" tanya Julia. "Dan gue tau Hamish juga ada rasa sama elu. Gak mungkin gak ada rasa tapi nurut kayak anjing peliharaan sama ke majikannya"

"Tapi..... Kalau dia belum punya kepastian mau memeluk agama apa gimana dengan masa depan kamu?" tanya Shanum. "Menikah itu menyempurnakan setengah agama. Ibadah. Gak mungkin 'kan kita beribadah bersama orang yang beda keyakinan sama kita. Apalagi ini gak jelas keyakinannya."

"Maksud lu?" tanya Julia.

"Mungkin gak kita salat berjama'ah sama orang yang tidak memeluk agama Islam?"

"Perkataan Shanum ada benernya tuh. Gue insyaf ah," celetuk Ovi.

"Insyaf bagaimane?" tanya Julia.

"Itu... Mario, Juls," sahut Nuha. "Lelaki tetangga yang kerja di kedutaan"

"Aku tau kamu cinta sama Hamish. Bahkan kamu ngeklaim dia cinta pertama kamu. Tapi masa urusan agama dia gantung begitu aja," lanjut Shanum. "Seganteng apapun Hamish, sekaya apapun dia kalau urusan agama dia anggap remeh... beugh, mau di bawa kemana rumah tangga kalian?"

"Sepakat!" sahut Ovi

Nuha menghembuskan napasnya lalu berkata, "iya juga sih. Abah pernah bilang begitu."

"Terus?"

"Tapi siapa yang bisa ngatur rasa cinta sih? Kak Muna jatuh cinta sama Killian sebelum dia jadi mualaf. Kenapa hubungan aku sama Hamish banyak yang nentang coba? Gak cuma abah, ka Muna, kalian--- "

"Ya karena Hamish masih bimbang Nuha. Beda sama Killian yang sudah menentukan sikap menjadi seorang mualaf " potong Ovi.

"Entah kenapa gue ngerasa janggal, " celetuk Julia.

"Janggal gimana?" tanya Nuha

"Berapa banyak coba artis pria mendadak pindah agama untuk menikah lalu setelah beberapa lama malah balik lagi ke agama asalnya" jawab Julia. "Malah istrinya jadi berpindah agama juga"

"Lu suka nonton infotaiment gosip ya?" selidik Ovi.

Julia nyengir dan menjawab, "Gak sengaja denger waktu bi Wati nonton TV"

"Ghibah oy!" celetuk Shanum.

"Iya. Tau," jawab Julia sembari terkekeh.

"Inti-nya lebih baik kamu cari kesibukkan lain biar gak kepikiran Hamish. Selama dia belum menunjukkan tanda-tanda perubahan ke arah yang lebih baik, di lupakan jauh lebih bermanfaat," lanjut Shanum.

Nuha mengigit bibir bawahnya.

"Kalau jodoh gak akan kemana. Percaya, Allah akan menemukan lagi kalian dalam kondisi yang jauh lebih baik. Atau Allah akan mengganti dengan jodoh yang jauh lebih baik dari Hamish," lanjut Shanum.

"Emang ada buktinya?" tanya Julia. "Sorry to say, tapi latar belakang keluarga gue beda sama kalian. Tau sendiri kayak gimana."

"Tapi kamu ga harus ikutin keluarga kamu 'kan?" tanya Shanum. "Kalau keluarga kamu membawa kamu ke jalan yang gak baik, jangan ikuti tapi tetap berbuat baik pada mereka. Seperti Abu Dzar Al Ghifari pada ibunya"

"Siapa dia?" tanya Nuha dan Ovi berbarengan.

"Sahabat Rasul," jawab Shanum.

"Gue kira sahabat Rasul cuma 4. Abu Bakar, Umar, Utsman sama Ali," celetuk Ovi.

"Tapi sekarang udah tau 'kan ada Abu Dzar?" sahut Shanum sembari terkekeh. "Back to topic, apa yang bakal kamu lakuin, Nuha?"

"Bingung aja harus gimana. Apa aku harus ninggalin Hamish?" tanya Nuha.

"Gak ninggalin... Tapi berusaha gak terlalu sering ngehubungin dia," jawab Shanum.

"Susah deh. Tangan aku autopilot ngehubungin dia kalo ada apa-apa"

"Kalo lu gak coba ya gak bakalan tau," sahut Ovi. "Lagian lu punya kita-kita kalau lu butuh sesuatu"

"Kalian bisa bawa lari aku dari hadapan Killian?" tanya Nuha.

"Ya bisa aja," sahut Julia.

"Meskipun banyak gagalnya," imbuh Ovi sambil nyengir.

"Intinya, jaga jarak sama Hamish," sambung Shanum. "Dan kalo kata ayah, dekati Allaah. Cintai Allaah. Allaah gak pernah berhenti mencintai ciptaanNya. Kita-nya aja yang berhenti mencintaiNya."

"Omongan lu hari ini emang pedes banget. Lebih pedes dari sindiran Ovi di tambah nyolotnya gue," ujar Julia. "Baru gue liat lu kayak begini."

"Sahabat itu akan ngomong jujur dan mungkin terkesan pedas di hadapan kamu, tapi gak pernah ngomongin aib-mu di belakangmu," sahut Shanum. "Aku masih belajar untuk jadi muslimah yang baik dan aku ga mau sendirian. Aku pengen temen-temen aku jadi muslimah yang baik juga."

"So sweet banget sih lu," puji Julia.

"Gue jadi terharu," tambah Ovi.

"Makasih ya. Udah ngeingetin aku, Ovi dan juga Julia," ujar Nuha. "Di antara kita emang kamu yang paling bener jalannya."

"Apaan sih kalian. Kita sama-sama belajar. Menjadi baik sendiri itu lelah, tapi kalau menjadi baik berjama'ah itu indah," sahut Shanum sambil tersenyum.

#####

To be continued...
Minggi, 16 febuari 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top