Chapter 9
Sebelum pulang ke rumah, Wina menyempatkan diri menaiki wahana bianglala. Selain karena ini bukan wahana yang ekstrem, dia yakin Pahlevi tidak terlalu takut. Dugaannya benar. Walaupun Pahlevi menggenggam tangannya erat-erat sewaktu bianglala yang ditempatinya mulai naik, tapi ekspresinya tidak sepanik naik roller coaster. Setidak-tidaknya dia tidak perlu khawatir Pahlevi akan muntah seperti sebelumnya.
"Oh, ya, kamu tau nggak hari ini adalah hari apa?" Pahlevi memulai obrolan demi mengusir rasa takutnya akan ketinggian. Dia hanya menatap Wina dan tidak berani melihat ke sekelilingnya.
"Hari sabtu."
"Jadi kamu nggak tau? Hari ini ulang tahun saya."
"Pak Pahlevi ulang tahun? Saya baru tau." Wina pura-pura kaget karena sebenarnya dia sudah tahu kalau hari ini ulang tahun calon suaminya. "Ulang tahun yang ke berapa, Pak?"
"Masa kamu nggak tau sih, Win?"
Wina melepas tangan Pahlevi darinya, mengeluarkan kotak makan yang ada di dalam tas ransel, dan menyodorkannya kepada Pahlevi. "Saya tau, Pak. Tadi cuma pura-pura aja. Ini cupcake untuk Pak Pahlevi. Saya buat sendiri."
"Saya pikir kamu nggak tau."
"Mana mungkin. Saya sudah baca biodatanya Pak Pahlevi." Wina membuka penutup kotak makan dan langsung terkejut ketika menyadari cupcake buatannya sudah tak berbentuk. "Yah... kok begini sih?! Perasaan tadi pas buat bentuknya oke. Ah, nyebelin banget!" sungutnya kesal.
Pahlevi tertawa pelan sesaat Wina menunjukkan cupcake buatannya yang sudah tak seindah yang dikatakan. Whipped cream-nya melebar ke mana-mana dan sprinkles-nya ikut bertebaran di seluruh kotak makan berukuran sedang itu. Dia tidak peduli soal bentuknya yang tak lagi indah. Hatinya tersentuh karena Wina membuatkannya cupcake di hari ulang tahunnya.
"Sebel! Gagal deh tiup lilin. Mana lupa bawa lilinnya!" Wina menggerutu sebal setelah menyadari lilin yang telah dipersiapkan tertinggal di rumah. "Saya buat ulang besok ya, Pak. Ini gagal. Jadi kita nggak usah ada-"
"Saya nggak masalah walaupun kuenya nggak berbentuk lagi, Win," sela Pahlevi.
"Tapi lilinnya nggak ada."
Pahlevi tidak ingin Wina mengulang usahanya hanya perkara lupa lilin dan keindahan cupcake-nya hancur. "Pura-pura tiup aja, anggap ada lilinnya," ucapnya.
Mendengar ucapan itu, Wina mulai menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk calon suaminya. Selagi Wina menyanyikan lagunya, Pahlevi memejamkan mata untuk menyematkan keinginan dalam doa yang dipanjatkan dan kemudian meniup lilin khayalan. Selesai dengan permohonan, Pahlevi mengambil satu cupcake dan mencicipi dalam satu gigitan besar.
"Wow! Ini cupcake terenak yang pernah saya cicipi," komentar Pahlevi.
"Bohong."
"Serius. Kamu cicipi aja sendiri."
Wina ikut mencicipi cupcake buatannya karena penasaran. Setelah dicoba, ternyata rasanya memang lumayan. Dia pikir Pahlevi membohonginya hanya untuk menyenangkan dirinya, ternyata tidak.
"Enak, kan?"
Wina mengangguk.
"Makasih ya untuk cupcake yang kamu buat. Kita pergi pagi-pagi dan saya nggak tau kapan kamu buat cupcake ini. Saya tau buat cupcake itu nggak mudah jadi saya benar-benar salut sama usaha kamu." Pahlevi mengusap kepala Wina dengan satu tangannya yang bebas dari apa pun. "Sekali lagi terima kasih."
"Sama-sama, Pak. Selamat ulang tahun!"
Mereka menghabiskan masing-masing dua dari empat cupcake yang ada. Seusai makan cupcake, Wina mengeluarkan kotak dari dalam tasnya. Lalu, dia menyerahkan kotak tersebut kepada Pahlevi beserta kartu ucapakan berukuran besar.
"Ini hadiah untuk Bapak. Tolong jangan diliat dari harganya ya, Pak. Semoga suka," ucap Wina.
"Apa ini?"
"Buka aja, Pak."
Sebelum membuka kotaknya, Pahlevi lebih dulu menyempatkan diri membaca ucapan yang tertulis dalam kartu ucapan. Ada senyum yang tertarik saat membaca isinya. Perasaan senang turut datang menyapa hatinya.
Selamat ulang tahun yang ke-30, Pak Pahlevi.
Semoga tahun ini rezekinya semakin melimpah dan ketampanannya berkurang. Saya sengaja tulis berkurang supaya kalau kita jalan nggak diperhatikan perempuan genit di luar sana. Bukan cemburu tapi saya risih. Berasa jadi artis dadakan. Oh, iya, sisa doanya Bapak sebutin aja nanti saya aminkan hehehe...
Sebelum saya akhiri ucapan basa-basi ini, semoga pernikahan bisnis kita lancar! Apa pun masalah yang melanda pernikahan kita kelak, semoga dapat teratasi dengan baik dan kepala dingin.
Sekali lagi selamat ulang tahun dan best wishes for you, Pak.
XOXO, Wina
Pahlevi tak berhenti tersenyum selama membaca suratnya. Tidak hanya tingkah laku Wina, bahkan cara menulis surat saja lucu. Kata-katanya berhasil menghibur dan membuatnya terlihat seperti orang tidak waras senyam-senyum sendiri. Selesai membaca surat, dia mulai membuka penutup kotak dari hadiah yang Wina berikan. Di dalam kotaknya terdapat gelang bertali tipis yang terbuat dari kulit berwarna hitam. Tak hanya gelang polos tapi juga ada bandulan berbentuk daun dengan tulisan yang terukir di tengahnya; Yours, W.
"Saya ngajak Bapak pergi ke sini karena tau Bapak ulang tahun. Siapa tau acara jalan-jalan kita bisa jadi kenangan indah di hari ulang tahun Bapak. Masalah hadiah sebenarnya saya mau kasih sepatu bermerk tapi, rasanya Bapak mampu beli sepatu bahkan mungkin bisa beli tokonya juga. Berhubung Bapak nggak keliatan pakai gelang jadinya saya hadiahkan itu. Terus kita mau nikah jadinya saya ukir tulisan seperti yang tertulis di bandulannya. Harganya nggak seberapa sih, bisa dibilang ini hadiah receh dari saya. Semoga aja Bapak-"
Pahlevi menyela kalimat Wina yang belum selesai. "Saya pakai. Saya suka sama gelangnya. Terima kasih hadiahnya. Ini bagus banget."
"Yakin mau dipakai, Pak?" tanya Wina ragu.
"Kenapa nggak?"
"Apa nggak keliatan murahan di tangan Pak Pahlevi?"
"Murah dan mahal itu tergantung persepsi masing-masing aja, Win. Bagi saya gelang yang kamu kasih mahal karena ini pemberian calon istri saya. Apalagi ada ukiran huruf W yang berarti awalan nama kamu. Ini adalah kado terbaik sepanjang hidup saya. Sekali lagi terima kasih, Wina."
Wina tersenyum lega. "Saya bantu Bapak pakai gelangnya." Dia mengambil alih gelangnya dan membantu Pahlevi memakainya. Entah bagaimana caranya gelang yang dibeli dengan harga dua puluh ribu terlihat seperti ratusan ribu dipakai laki-laki itu. Setidaknya Wina bersyukur Pahlevi menyukai hadiahnya.
"Ada hadiah lain yang Bapak inginkan?"
"Ada," jawab Pahlevi singkat.
"Apa?"
"Anak."
Wina memelotot tajam. "Jangan mengadi-ngadi ya, Pak!"
"Mengadi-ngadi?" ulang Pahlevi.
"Maksudnya mengada-ngada, Pak," koreksi Wina. Kemudian, "Bahasa mengadi-ngadi saya dapat setelah nonton videonya Keanu AGL di youtube. Dia lucu gitu, Pak."
"Siapa tuh?" Pahlevi mengangkat sebelah alisnya. "Saya taunya Keanu Reeves."
"Selebgram. Saya suka banget karena dia menghibur. Bapak mau nonton videonya dia nggak?" Wina menawarkan. Tanpa menunggu jawaban Pahlevi, dia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan salah satu video kesukaannya di Instagram sang selebgram. Dengan tawa yang menghiasi wajahnya, dia berkata, "Lucu kan, Pak? Saya suka banget sama dia. Pelipur lara di kala penat."
Namun, Pahlevi tidak tertawa sama sekali. Hal ini membuat Wina menghentikan videonya dan melempar tatapan heran kepada calon suaminya. "Aduh, susah deh kalau kasih liat video lucu ke manusia pelit ketawa kayak Bapak. Yang lucu buat Bapak apa sih?"
"Yang lucu buat saya?"
"Iya, apa?"
"Ini lucu untuk saya." Pahlevi mengecup pipi Wina sekilas. Senyumnya masih terlihat ketika menyaksikan rona merah di wajah Wina muncul. "Bagi saya rona merah di pipi kamu itu lucu. Keliatan menggemaskan."
Astaga... Wina rasa dia perlu bersembunyi di bawah tas ranselnya. Kenapa sih Pahlevi mengeluarkan mulut manisnya? Berhasil membuat detak jantungnya berdegup tidak karuan pula!
"Mau jadi bahan gibah orang-orang, Pak? Keliatan dari luar tau!" protes Wina sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Saya nggak peduli."
"Astaga! Bapak sekali-kali harus jadi orang yang peduli sama sekitar dong. Seandainya jadi bahan gibah terus-"
Wina mengatup mulutnya begitu Pahlevi menarik dagunya hingga mata mereka saling beradu. Dia menelan air ludahnya sendiri karena gugup. Takutnya Pahlevi malah mencium bibirnya di tengah banyaknya manusia yang dapat melihat keberadaan mereka.
"Kamu hadiah terbaik di hari ulang tahun saya. Terima kasih sudah menjadi sosok yang nggak pernah gagal menghibur dan membuat saya tersenyum, Wina," ucap Pahlevi. Sebagai apresiasi dari semua hal yang didapatnya hari ini, dia mendaratkan kecupan di kening Wina.
* * *
Jangan lupa vote dan komentar kalian🤗❤
Follow IG & Tiktok: anothermissjo
Jika ingin membaca kelanjutannya, kalian bisa beli versi digital di Karya Karsa ya atau beli bukunya di online shop seperti shopee atau tokopedia.
Beli di Shopee penerbitnya pun ada yaa namanya namumastore ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top