Part 15
"Siapa?"
*** (Name)'s pov ***
Aku hanya bisa diam menatap Papa dengan tatapan tak percaya.
"Papa... tau?" kagetku.
"Sebenarnya Papa sudah menyadari ini sejak tahun lalu, tapi Papa tak yakin menanyakannya sampai sekarang." jelas Papa.
Aku hanya berkedip tak percaya.
"Dan juga, Papa bertemu dengan Masaomi-san saat sedang liburan di Jerman tahun lalu."
"Masaomi...? A-ayahnya Sei?" heranku, "Tahun... lalu?"
"Ya, kami berbicara cukup lama sampai Masaomi-san memberikan hadiah pensiun padaku--mengingat tersisa perusahaan Akashi yang belum memberikan hadiah pensiun padaku."
"Eh, jadi masih ada 1 hadiah pensiun yang belum Papa terima?"
"Ya, dan hadiah yang Masaomi-san berikan berbeda dari hadiah yang lain, tipikal dengan keluarganya yang antimainstream..." jelas Papa tertawa kecil.
"Berbeda... dari yang lain?"
"Kau mau tau?"
Aku mengangguk bersemangat, "Tunggu, jangan-jangan hadiahnya sudah Papa pakai!"
"Eeh? Tidak kok!" sanggah Papa dengan cepat, "Hadiahnya bukan sesuatu yang bisa Papa habiskan!"
"...eh?" heranku, "Sesuatu yang tak bisa Papa habiskan?"
'Aku jadi semakin penasaran apa itu...' pikirku.
"Apa itu, Pa?"
Papa hanya tersenyum, "Masaomi-san memberikanku paket pernikahaan yang mewah."
"Eh?"
"Awalnya Papa juga heran, lalu Masaomi-san memberitahukan kalau kau dan Seijuuro sudah berpacaran sejak SMA."
(Deg!)
"Lalu...?"
"Masaomi-san juga sudah menyetujui hubungan kalian." ucap Papa, "Dan itu membuat Papa berpikir, mungkin sebenarnya kau ingin menikahi Seijuuro daripada Shuuzo."
"Tapi mengenai pertunangan kami--"
"Kau mungkin belum mengingatnya tapi saat kau lulus SMA, kau dan Shuuzo membuat perngumuman palsu bahwa kalian sudah memutuskan pertunangan kalian."
"Eh? Kenapa...?"
"Papa masih ingat alasannya, kalian berdua jadi sulit untuk beraktivitas seperti biasa karena kalian selalu dikejar wartawan." jelas Papa sedikit tersenyum, "Dan kalian berencana kembali mengumumkan bahwa kalian kembali bertunangan saat natal nanti."
(Deg!)
"Tapi itu masih rencana, kan? Papa juga sudah bertanya pada Shuuzo dan Nijimura-san mengenai ini."
Irisku sedikit membesar kaget, "Mereka berdua...?"
"Ya," jawab Papa mengangguk, "Nijimura-san mengatakan bahwa ini keputusan kalian berdua, dan Shuuzo mengatakan bahwa dia hanya mengikuti apa keputusanmu."
"Eh, kenapa Shuuzo mengatakan hal seperti itu..."
"Karena sebenarnya pihak yang paling dirugikan di pertunangan ini adalah kau, (Name). Kau sudah memiliki laki-laki yang kau cintai tapi kau dipaksa menikah dengan laki-laki lain." jelas Papa.
Aku hanya menunduk, "Bagaimana dengan Shuuzo?"
"Dia belum memiliki sosok perempuan yang ia cintai sampai dia merasa dirugikan, itu penjelasan Shuuzo."
Aku mengerutkan alisku.
'Belum memiliki sosok perempuan yang ia cintai sampai dia merasa dirugikan...? Bearti dia...'
Aku mendengar Papa menghela napas panjang.
"Jadi, (Name)--"
"Papa..." panggilku.
"Huh, ya? Ada apa, (Name)?"
"Apa tidak kedinginan memakai pakaian tipis seperti itu?" heranku mengingat sebentar lagi akan musim dingin.
"Sebenarnya iya." jawab Papa sedatar mungkin, walaupun dia sedang mengigil sekarang.
Aku hanya bisa tertawa saat melihat kondisi Papa.
"Kalau begitu Papa pergi beli minuman yang hangat dulu." ucap Papa berdiri.
"Oke," ucapku melambai saat melihat Papa pergi.
Saat Papa sudah jauh, aku melihat ke sekitar taman dan tidak ada siapapun disana. Aku menghela napas panjang lalu bersandar pada kursi rodaku.
'Siapa... Shuuzo atau Seijuuro?'
"...jika aku bertunangan denganmu, tentu saja aku mau menikahimu--"
'Dan pendapat Shuuzo mengenai pertunangan ini...'
"--maksudku! Aku oke-oke saja denganmu karena kita ini sahabat dekat. Menurutku, untuk menumbuhkan rasa cinta antara sahabat itu mudah karena kita sudah nyaman satu sama lain."
'Tapi aku mencintai Sei...'
"Tapi sayang aku membencimu."
(Nyuut!)
"Ah, sial..." gerutuku memegang kepalaku, "Memikirkan ini membuat kepalaku sakit."
'Mungkin aku harus beristirahat...' pikirku lalu memejamkan mataku.
Baru saja aku hendak menghela napas panjang--
"Oh? (Name)? Itu kah kau? Sudah keluar dari rumah sakit rupanya."
--Suara ini...?
Siapa?
*** Nijimura's pov ***
Aku baru saja menutup panggilan yang datang padaku tadi.
"Yo, Shuuzo~" aku menoleh ke sumber suara, Haruno-san.
"Haruno-san, ada apa?" heranku lalu tiba-tiba dia memeluk dirinya sendiri.
"Ka-kau punya jaket, atau penghangat tubuh lainnya? Di-disini sangat dingin rupanya!" komentarnya membuatku menggelengkan kepala.
"Aku membawa 2 jaket, tapi aku meninggalkan satunya di ruangan (Name)." ucapku sambil melepaskan jaket yang kupakai, "Ini, pakailah punyaku dulu, Haruno-san."
"Ooh~ Thank you~" ucapnya dengan senang memakai jaketku, "Tapi, apa kau baik-baik saja dengan suhu dingin seperti ini?"
"Mhm, aku sudah terbiasa dengan suhu ini selama tinggal di Jepang." jawabku mengibaskan tanganku.
"Oh, dan aku ingin beli minuman hangat." ucap Haruno-san mantap.
"Benar, kurasa kita harus minum sesuatu yang hangat. Dan untuk (Name) juga." gumamku.
Dan kami berjalan menuju mesin penjual.
"Shuuzo, kau ingin minum apa? Biar aku yang traktir!" ucap Haruno-san dengan semangatnya.
"Mhm... Kopi hangat saja."
"Kalau begitu, (Name) ingin minum apa ya..."
"Teh hangat adalah kesukaannya." ungkapku.
"Kau selalu tau, ya?" komentar Haruno-san tersenyum.
"Tentu saja aku tau, (Name) adalah--Haruno-san!" aku langsung menepuk keningku saat melihat Haruno-san mengeluarkan uang 100 dollars.
"Huh, apa?" tanyanya lalu menoleh ke mesin penjual, "Dimana aku memasukkan uang ini?"
"Haruno-san, kau harus memakai uang logam dan gunakan uang Yen!" ucapku sedikit kesal.
"Eh? Hahahaha! Apa tidak ada mesin yang memakai uang dollar?"
Aku hanya mendengus kesal lalu mengeluarkan 3 uang logam dan memasukkan uangku ke mesin penjual.
"Haruno-san, ingin apa?"
"Kopi~"
'2 kopi dan 1 teh.'
Setelah mengambil minuman kami dan membawa minuman (Name), kami berdua berjalan menuju tempat (Name) berada.
"(Name)! Kami membawa--" ucapan Haruno-san berhenti membuatku penasaran dan melihat ke arah (Name).
(Name)... tidak ada!?
"Kemana dia!?" ucapku hanya melihat kursi roda (Name) yang sudah kosong.
*** (Name)'s pov ***
"Jahat sekali kau, (Name)."
"Tapi aku benar-benar tak mengenalmu." gumanku.
"Lalu kenapa kau membiarkan aku menggendongmu seperti kau sudah mengenalmu?"
Ya, sekarang aku sedang digendong dengan posisi piggy rides.
"Mhm, walaupun penampilanmu terlihat jahat, tapi aku merasa nyaman dan aman berada di dekatmu." ucapku.
"Hahahah, walaupun penampilanmu seperti ini, aku adalah asistenmu saat kau memimpin perusahaan (Surname)." sahutnya tertawa, "Dan aku akan selalu menjadi asistenmu walaupun kau vakum dalam perusahaan selama hampir genap 2 tahun ini."
"Kenapa tak mencari pekerjaan lain?"
"Dengan penampilanku yang seperti ini? Jangan bercanda (Name), lagipula gajiku selama menjadi asistenmu 2 tahun lalu cukup untukku hidup selama 5 tahun!"
"Sepertinya... gajimu sangat besar." kagumku.
"Sebenarnya gajiku sama seperti asisten yang lain. Hanya saja selama kau memimpin, kau selalu mengajakku sarapan dan makan siang bersama. Kau juga sering memberiku pakaian kerja atau pakaian santai. Jadi selama kau menjadi pemimpin, pengeluaranku hanya sebatas makan malan dan keperluan sehari-hari." jelasnya panjang lebar.
"Aku kedengarannya sangat baik dalam ceritamu." komentarku.
"Ya, aku sangat berterima kasih padamu. Jadi, aku tidak akan berani melakukan hal yang tidak-tidak padamu."
"Mhm, aku percaya itu." sahutku tersenyum, "Ngomong-ngomong masalah vakum, kenapa kau tidak menjadi asisten Shuuzo selama 2 tahun terakhir? Setidaknya kau punya pendapatan, kan?"
"Ha, aku lebih suka atasanku adalah perempuan yang seumuran dan cantik."
"Berhenti menggodaku! Aku--"
"Sudah punya pacar, Akashi Seijuuro, hm?"
Aku berkedip kaget.
'Sepertinya dia percaya kalau aku dan Shuuzo itu--'
"Dan seorang tunangan rahasia yang sekarang menjabat sebagai pemimpin perusahaan (Surname), Nijimura Shuuzo, hm?"
"Kau tau!?" kagetku.
"Berhenti berteriak atau akan kujatuhkan kau!" gerutunya.
"Hehe, gomen."
"Tentu saja aku tau..." gumamnya kemudian.
"Alasannya?" tanyaku.
"Akan kuberitahu jika kau sudah mengingatku~"
"Cih, dasar pelit." gumamku langsung.
"Hahaha."
"Ngomong-ngomong, kita mau kemana?"
"Ke tempat yang membuatmu mengingatku dan membuatmu bisa memilih antara Akashi dan Nijimura."
...eh?
"Apa ada tempat seperti itu?" heranku.
"Tidak ada."
"...haah!?"
"Aku akan membawa sesuatu yang membuatmu bisa mengambil keputusan yang menurutmu benar dan tepat."
"Sesuatu...?"
"Ya, seperti suatu barang."
"Aku penasaran..."
"Kau akan tau nanti, sekarang bersabarlah karena tempatnya masih jauh."
"Oh, aku penasaran apakah Shuuzo dan Papa sadar kalau aku sedang diculik?"
"Jahat sekali, (Name). Aku tidak menculikmu, buktinya kau tidak memberontak, kan?"
"Tapi mereka berdua pasti berpikir kalau aku sedang diculik..."
"Hm, benar juga. Aku yakin (Surname)-san sedang memanggil polisi pribadi untuk mencarimu."
"Dan jika polisi pribadi Papa menemukanmu sedang membawaku seperti ini?"
"Melihat nona muda mereka sadar dan tidak memberontak, tentu saja aku tidak akan dianggap jahat jika aku diberi kesempatan menjelaskan."
"Mhm, kalau begitu aku akan tidur. Bangunkan aku jika sudah sampai~" ucapku pura-pura tertidur di bahunya.
"Jahat sekali, (Name)." komentarnya tertawa kecil.
Aku yang pura-pura tidur itu hanya ikut tertawa bersamanya.
'Aku ingin tau kebenarannya... Siapa laki-laki ini...'
***
(NAME) DICULIK!?
Haha, ga diculik kok 😋
Siapakah asisten (Name)? Chara KnB kok! 😋
Kalo Reader-san bisa menebak dengan benar, nanti chapter selanjutnya akan update 🙌
Tiap Reader-san cuma punya 1 kali kesempatan menebak~
Kalau belum ada yang jawab dengan benar, update akan tidak jelas seperti biasa 😫 //disepak Reader-san
Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~
-Rain
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top