9. Menembak Target


         Taehyung masih merasa marah atas pengusiran yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tinggal di jalan Hannam. Yang lebih membuatnya marah ketika salah satu dari penjaga gerbang hendak mencelakai Jungkook. Tak habis pikir rasanya jika ada sekelompok orang yang tidak ingin bekerjasama pada keadaan genting seperti ini. Menegakkan punggung saat mobil yang ditumpanginya berhenti.

         Mendengar suara pintu terbanting pelan dari kendaraan lain, Taehyung ikut turun.

         “Kenapa kita berhenti di sini?” tanya Taehyung pada Jungkook.

         “Entahlah. Sebaiknya kita cari tahu.”

         Taehyung sontak mengawasi sekitar mereka karena dilihatnya beberapa zombi berkeliaran di dekat mereka. “Sebaiknya kita jangan terlalu lama berada di sini,” kata Taehyung, tampak tidak nyaman.

         “Malam ini kita akan bermalam di sini,” kata Jae Hyuk, mengabaikan perkataan Taehyung.

         “Apa? Di sini?” Nada Taehyung terdengar keberatan.

         “Kalian lihat gang di antara kedua toko itu? Kurasa tempat itu aman. Kuharap ada seseorang yang bersedia untuk memeriksanya.”

         “Biar aku saja,” ucap Taehyung sambil lalu. Ditariknya pedangnya saat memasuki gang. Taehyung melangkah tanpa suaranya, lalu pedangnya membantai tiga zombi yang ada di tempat itu. “Aman,” beritahunya.

         “Bagus,” kata Jae Hyuk sambil menepuk bahu Taehyung saat mereka bersisian.

         “Selanjutnya apa?” tanya Taehyung kemudian.

         “Kita membutuhkan tenda,” tukas Kyuhyun.

         “Biar aku dan Jungkook yang pergi. Aku tahu toko yang menjual perlengkapan untuk berkemah.” Tanpa berkata lagi, Taehyung menarik Jungkook.

         “Tunggu, Hyung, kita membutuhkan kendaraan.”

         “Biar aku yang menyetir,” ucap Siwon, menawarkan bantuan kepada kedua pemuda itu. “Setidaknya kita membutuhkan tiga tenda berukuran besar.”

         Mereka bergegas mencari kendaraan lain, bersyukur karena di sana ada mobil pikap. Taehyung sengaja memilih jok penumpang bersama Jungkook, membiarkan Siwon duduk sendiri di depan.

         “Kenapa kau ikut bersama kami, Hyung?”

         “Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin menolong kalian.”

         “Di depan belok kiri.” Taehyung membasahi bibirnya, tampak ragu untuk memulai perbincangan. “Kenapa Sersan Kang memilih tempat seperti itu untuk bermalam?”

         “Tampaknya kau masih kesal padanya?” Jungkook balik bertanya.

         “Ya, memang. Tapi dengan menempatkan semua orang di sana, kurasa itu terlalu berbahaya.”

         “Harusnya kau mengutarakan keberatanmu padanya,” tukas Siwon.

         “Dia tidak memberiku kesempatan untuk berbicara.”

         Setelah itu Taehyung tidak berkata apa-apa lagi hingga mereka tiba di kawasan Namdaemun, yang dulunya terkenal sebagai pasar tradisional terbesar di Korea. Namun sekarang kawasan pasar itu sudah berubah. Zombi berada hampir di setiap sudut toko, belum lagi mayat-mayat yang terkapar dengan kondisi mengerikan di sana, mengumbar aroma busuk di udara yang baunya tak tertahankan. Taehyung mengambil saputangan dari saku jaket kulitnya, melipatnya menjadi bentuk segitiga kemudian mengikatnya menutupi hidung dan mulut.

         Menjelajahi tempat ini terdengar sinting bagi Taehyung, tetapi mereka membutuhkan tenda sekarang. Membulatkan tekad, Taehyung menarik pedangnya, mendatangi zombi pertama yang dilihatnya. Zombi itu bertubuh tinggi besar dan kekar, persis seperti Jae Hyuk. Entah kenapa melihatnya membuat amarah Taehyung tersulut. Memegang gagang pedang dengan kedua tangan, lalu Taehyung berlari, mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan menghujamkannya ke kepala zombi tersebut. Taehyung membelah tengkorak zombi itu menjadi dua lalu setelahnya dia menghadapi zombi lainnya yang terpancing dengan aksi Taehyung tadi.

         Tampak seringai di wajah Taehyung ketika dia menyeka noda darah dari wajahnya, kemudian pemuda itu memulai aksinya lagi. Taehyung mengayunkan pedangnya dengan liar. Tanpa sadar menciptakan tarian kematian dengan pedang berlumuran darah di tangannya. Taehyung tidak mengerti entah dari mana datangnya energi yang dimilikinya, adrenalin dalam dirinya seperti membuatnya merasa begitu hidup.

         Hingga saat ini sudah empat toko yang mereka masuki, namum keempatnya tidak menyediakan apa yang mereka cari, itu artinya mereka harus masuk semakin dalam ke kawasan pasar tersebut. Mendekati salah satu etalase toko, Taehyung mengintip ke dalam, lantas bersiul pelan memanggil Jungkook dan Siwon saat dia menemukan toko yang tepat.

         “Pintunya terkunci,” kata Siwon.

         “Pecahkan saja kaca etalasenya,” Taehyung melontarkan pendapatnya.

         Jungkook menggeleng, menolak pendapat tersebut. “Hal itu akan memancing mereka kemari. Aku membawa linggis.”

         “Kenapa tidak bilang dari tadi,” protes Siwon.

         Taehyung mengawasi sementara Jungkook mencongkel pintu. Seakan tak membiarkan kewaspadaannya menurun, dari samping toko datang segerombolan zombi yang menatapnya dengan keji serta mulut terbuka, bersiap untuk mencabiknya.

         “Biar aku dan Siwon Hyung yang mengurusnya,” katanya pada Jungkook.

         Sambil menggeram marah Taehyung menusuk kepala zombi wanita hingga bilah pedangnya menembus sisi kiri kepala zombi itu. Sesaat kemudian mata Taehyung terbelalak saat mengetahui gang kecil di samping toko dipenuhi zombi. Dihampirinya Siwon, kemudian berkata, “Kita tidak bisa menghabisi semuanya, Hyung. Lihatlah,” ucap Taehyung sambil memberi isyarat ke arah gang.

         Diliriknya Jungkook, lantas ditepuknya lengan Siwon sewaktu Jungkook meminta mereka semua masuk. Seketika zombi di luar toko mengerubungi tempat itu. Sorot mata Taehyung tampak liar mengawasi para zombi yang saling mendorong dari balik dinding kaca etalase. Dia tidak bergerak dari sana sambil memegang pedangnya, bahkan Taehyung tidak bergerak sedikit pun untuk menyeka bulir-bulir keringatnya sendiri.

         “Entah berapa lama dinding kaca ini akan menahan mereka. Cari dengan cepat semua barang yang kita butuhkan, aku akan mengawasi di sini.”

         Taehyung mendengar kaca di hadapannya berderak pelan, peringatan pun diserukan oleh pemuda itu.

         “Bagaimana keadaan di sana, Hyung?”

         “Mengkhawatirkan,” jawab Taehyung. Tak lama kemudian terdengar lagi lebih banyak suara kaca berderak. “Cepatlah!” Teriak Taehyung.

         Detik berikutnya kaca etalase pun pecah. Taehyung melompat mundur agar tidak terkena pecahan kaca, lantas bersiap-siap menghadapi gelombang zombi yang masuk. Setelah membantai dua zombi, Taehyung terdesak mundur dan dia tahu tidak bisa menghadapi semuanya sendiri. Berpikir cepat, Taehyung menarik meja dan menjadikannya penghalang di depan tangga. Meja tersebut memberinya jarak aman untuk menghadapi zombi yang jumlahnya semakin banyak.

         Akan tetapi cara itu tidak bertahan lama. Meja yang dibuat Taehyung untuk penghalang bergeser di bagian sudutnya, hingga membuat meja tersebut terjungkal. Satu zombi merayap naik ke meja tersebut tanpa disangka-sangka oleh Taehyung. Hal itu membuatnya tertegun, lalu terdengar suara tembakan dari arah belakangnya, membuat telinga Taehyung berdenging hebat.

         Menoleh ke belakang, dilihatnya Jungkook mengacungkan senjata ke arah zombi yang tadi hendak menyerang Taehyung. Dari ujung senjata itu tampak asap tipis disertai bau mesiu.

         “Terima kasih,” ucap Taehyung ketika Jungkook berdiri di sampingnya.

         “Itulah gunanya teman.”

         “Ya. Tapi kita terjebak di sini.”

         Secara refleks Jungkook mencari-cari sesuatu dalam tasnya, namun tidak menemukan apa yang dicarinya. “Hyung, kau punya granat?”

         Siwon mencari dalam ranselnya, lantas menggeleng.

         “Lalu, bagaimana caranya kita keluar dari sini?” Taehyung berusaha untuk tenang, tetapi melihat kawanan zombi sebanyak itu membuatnya sulit berpikir jernih. Meraih walkie-talkie dari sabuknya, lantas Taehyung mengontak Kyuhyun, memberitahukan di mana posisi mereka sekarang, lalu menunggu bala bantuan tiba.

         “Kita harus bersembunyi.” Taehyung bergegas naik mengikuti Jungkook, menyelinap ke dalam ruang kerja dalam toko itu.

         Tak berapa lama kemudian, seseorang mengontaknya.

         “Taehyung, kau masih di sana?”

         Raut Taehyung berubah kesal mendengar suara dari walkie-talkie-nya. “Ya. Di mana posisimu sekarang?”

         “Di seberang toko.”

         Jungkook yang berada di dekat jendela sontak mengintip keluar, kemudian mengangguk pada Taehyung.

         “Karena kau sudah di sini, lakukan sesuatu agar kami bisa keluar dari sini, Sersan Kang.”

         “Aku akan melemparkan granat ke dalam toko itu. Sebelum aku melemparnya, carilah tempat untuk berlindung.”

         “Kami berada dalam ruangan tertutup di lantai dua. Kau bisa melemparkan granat itu sekarang.”

         Tak sampai sepuluh detik, terdengar dua ledakan beruntun dari lantai bawah yang sukses mengagetkan Taehyung. Dia merangkak menjauh dari pintu ke dekat meja dan bersembunyi di sana.

         Jae Hyuk berteriak dari bawah meminta mereka untuk keluar. Hal pertama yang dilihatnya ketika keluar dari ruangan itu adalah asap, disusul dengan bau terbakar yang aromanya membuat Taehyung mual. Dia yang pertama kali menuruni anak tangga, kemudian terkejut dan nyaris muntah melihat genangan darah dan potongan-potongan tubuh yang hancur berserakan di lantai. Taehyung tidak bisa mengalihkan pandangannya dari hal menjijikkan itu tanpa harus melewatinya.

         Karena tidak punya pilihan lain, dia menginjakkan kakinya di atas genangan darah dan berusaha berjalan dengan cepat keluar dari sana. Untuk mengalihkan pikirannya dari darah dan potongan tubuh, Taehyung membantai zombi yang datang ke sana setelah mendengar suara ledakan.

         “Ambil ini,” kata Jae Hyuk sambil menyodorkan Beretta berwarna hitam pada Taehyung. Jae Hyuk memberitahu cara menggunakan senjata tersebut pada Taehyung, lantas berlalu dari sana untuk menembaki zombi.

         Tergoda untuk mencobanya, Taehyung pun membidik target pertamanya. Tembakan tersebut meleset jauh, memecahkan kaca toko yang berada di seberang jalan. Tahulah dia jika menembak target yang bergerak ternyata tidak semudah seperti dalam adegan film. Percobaan kedua dan ketiga sama saja buruknya, hingga akhirnya Taehyung memilih menembak dari jarak dekat. Kali ini tembakannya melubangi kepala zombi dari jarak dua langkah di depannya. Merasa hal itu kurang efektif, Taehyung menyelipkan senjatanya ke bagian belakang sabuknya, lalu kembali menggunakan pedangnya.

         Tubuhnya berbalik ke belakang dengan cepat sambil mengayunkan pedang, berlari kecil menghampiri zombi di dekat pintu toko dan memenggal kepala zombi tersebut. Potongan kepala tersebut menggelinding ke kaki Jungkook. Tanpa merasa jijik, Jungkook melangkahinya dan bergegas berlari ke truk tentara yang dikemudikan Jae Hyuk.

         “Ayo, Taehyung,” ajak Siwon.

         Dibantu Jungkook, Taehyung naik ke truk tersebut dan mereka pergi dari sana. Segerombolan zombi mengejar mereka, namun hal itu tidak membuat Taehyung khawatir karena makhluk itu sangat lambat dan tidak akan bisa mengejar kendaraan yang sedang melaju.

         Menyandarkan punggung, lantas Taehyung melirik muatan dalam truk tersebut. Ada tumpukan tas yang Taehyung tidak tahu berapa jumlahnya, serta peti kayu berukuran kecil. Apa pun yang ada dalam tas dan peti tersebut, Taehyung berkesimpulan jika semua itu adalah milik kelompok ini.

         “Aku penasaran dengan barang-barang itu.”

         Jungkook mengikuti arah pandangan Taehyung, lantas berkata, “Dua di antara tas-tas itu berisi senjata dan sisanya adalah amunisi. Sedangkan peti itu isinya granat.”

         “Itu semua yang kalian temukan dari pangkalan militer di Pyeongtaek?” Merangkak ke arah peti, Taehyung membukanya dan terbalalak melihal isi peti tersebut. “Dengan senjata sebanyak ini, kelompok kita bisa saja menghancurkan tempat di Hannam.” Sambil menutup kembali peti tersebut Taehyung menambahkan, “Tapi kita tidak akan melakukan hal sebodoh itu.”

         Jungkook menanggapinya dengan anggukan pelan. “Kulihat tadi kau menembak di sana.”

         “Permulaan yang buruk kurasa,” ucap Taehyung sambil menatap jemarinya yang kotor terkena darah.

         “Sersan Kang memberikan senjata padamu?”

         “Ya.”

         “Setelah ini aku akan memintanya mengajari kita menembak.”

         Secara otomatis pandangan Taehyung mengarah pada Jungkook. “Kau serius ingin belajar menembak?”

         “Tentu saja. Senjata bisa digunakan jika keadaan kita terdesak. Contohnya seperti tadi.” Jungkook merujuk aksinya ketika menembak zombi di dalam toko.

         “Itu ada benarnya juga. Tapi setelah itu akan zombi semakin banyak zombi yang datang. Seandainya kita memiliki peredam suara, pasti jauh lebih bagus.”

         “Benda seperti itu pasti sulit didapat.”

         Tatapan Taehyung kembali mengarah pada peti kayu di dekatnya. “Ledakan di luar gedung agensi waktu itu apakah karena granat?”

         Jungkook mengangguk cepat. “Segerombolan zombi mendatangi tempat itu, Sersan Kang meledakan mereka semua.” Jungkook menatap Taehyung agak lama, lalu bertanya, “Luka di perutmu sudah sembuh?”

         Menoleh, sambil tersenyum kecil Taehyung menjawab, “Hampir. Kadang masih terasa sakit jika aku terlalu banyak bergerak. Tapi selebihnya, aku baik-baik saja.”

         “Aku tidak pernah membayangkan akan melihatmu dalam keadaan seperti itu. Aku masih memimpikan hal itu sampai sekarang.” Wajah Jungkook tertunduk, ekspresinya tampak muram. “Aku tidak pernah merasa setakut itu sebelumnya dan aku tidak mau kejadian serupa terulang lagi.”

         “Omong-omong soal mimpi, aku juga sering bermimpi bertemu dengan mereka. Dalam mimpiku, kita semua selamat dari kecelakaan yang terjadi di bandara dan keadaannya tidak seperti sekarang.”

         Jungkook tersenyum kecut, iri mendengar cerita Taehyung. “Aku berharap bisa bertemu dengan mereka dalam mimpiku.”

         Truk berhenti, Taehyung dan Jungkook melompat turun bersama-sama sambil membawa gulungan tenda bersama tiang rangka untuk tenda. Mereka berdua berjalan masuk dengan cepat ke dalam gang lalu mempersiapkan semuanya untuk membuat tenda. Dalam hal ini Taehyung tahu betul kalau Jungkook lebih andal daripada dirinya jadi, dia hanya membantu sedikit di sana.

Review jusseyo 😁
Sabtu, 27.10.18


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top