5. Malapetaka
Pertama kali Jungkook merasakan ketakutan dan kelalutan yang begitu besar dalam hidupnya, bahkan bencana yang tengah mereka hadapi sekarang pun tidak membuatnya sampai seperti ini. Apa yang menimpa Taehyung seakan tidak nyata, tetapi sekarang temannya itu sekarat akibat tindakan bodoh yang dilakukan seseorang. Air mata Jungkook jatuh lagi. Jika saja mereka tidak ikut bergabung dengan kelompok Kyuhyun, mungkin Taehyung akan baik-baik saja. Atau, jika saja Taehyung tidak menawarkan diri untuk bergabung, pasti saat ini nyawanya tidak terancam.
Setelah apa yang menimpa teman-temannya di bandara, rasanya Jungkook tidak akan sanggup jika harus kehilangan Taehyung juga. Hanya Taehyung satu-satunya orang terdekat yang dimiliki Jungkook saat ini. Apa pun akan dia lakukannya agar Taehyung bisa selamat.
Mobil yang ditumpangi Jungkook berhenti mendadak, saat Jungkook menengok ada sekumpulan zombi di depan sana menutup jalan mereka. Mengumpat dalam hati, kendala seperti ini membuat pemuda itu tampak semakin kalut. Membuka pintu mobil, belum lagi dia turun dari mobil, Siwon mencegahnya dan meminta agar pintu mobil kembali di tutup.
“Jangan, Jungkook. Jumlah mereka terlalu banyak,” kata Siwon.
“Kita bisa menghabisi mereka,” ujar Jungkook cepat.
“Dengan jumlah sebanyak itu? Aku tidak mau mengambil risiko,” tukas Young Pyo.
Siwon menatap Young Pyo, kemudian menatap Jungkook. “Aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang. Tapi dengan bertindak gegabah tidak akan membantu, justru akan mendatangkan masalah lain untuk kita.”
Jungkook tak lagi berniat meninggalkan mobil setelah mendengar perkataan Siwon. Dia berpikir sejenak, mencari cara agar mereka bisa lepas dari situasi ini secepat mungkin.
“Jarak kita dengan rumah sakit tidak terlalu jauh, mungkin sekitar 300 meter lagi. Kita bisa berjalan ke sana, hanya itu pilihannya. Jika kita tetap menaiki mobil ini juga percuma, di depan sana banyak kendaraan yang sudah ditinggalkan dan tak ada jalan untuk kita,” ujar Siwon. “Bawa mobilnya ke jalan itu, Young Pyo ssi.”
Mobil tersebut melewati jalan sempit, menembus beberapa zombi, lalu mereka meninggalkan mobil tersebut.
Jungkook mengambil linggis, membunuh zombi yang muncul hendak menyerang Boram. Mereka berlari meninggalkan tempat itu, sesekali harus berhenti karena Jungkook, Siwon, dan Young Pyo harus berhadapan dengan zombi. Zombi yang berdatangan ke sana jumlahnya semakin banyak hingga mereka tertahan di sana cukup lama. Posisi mereka terdesak oleh zombi, hingga tidak ada celah untuk melarikan diri dari sekumpulan zombi itu.
Dari sisi kirinya terdengar suara tembakan hingga membuat Jungkook spontan menutup kedua telinga dan berjongkok. Saat menoleh, dilihatnya Young Pyo tengah menembaki zombi-zombi itu, lalu terdengar suara tembakan lainnya. Siwon juga turut menggunakan senjatanya.
Young Pyo dan Siwon sedang membuat celah agar bisa lari dari sana dan Jungkook dengan keberanian yang entah datang dari mana maju sendirian di antara peluru yang berterbangan untuk membunuh zombi. Dia tahu amunisi Siwon dan Young Pyo jumlahnya terbatas dan mereka tidak bisa bergantung terus dengan itu. Tangan Jungkook berlumuran darah saat dia menusuk dan menusuk lebih banyak lagi zombi. Dia tidak takut pada makhluk itu dan tidak merasa ngeri lagi membunuh mereka semua.
Jungkook menoleh, suara tembakan tidak terdengar lagi, itu artinya amunisi milik Young Pyo dan Siwon sudah habis. Mereka turut bergabung dengan Jungkook, membentuk formasi.
“Lari!” Teriak Young Pyo.
Jungkook orang pertama yang keluar dari kerumunan zombi, dia berlari sangat kencang hingga teman-temannya yang lain tertinggal di belakang. Dia terpaksa kembali karena mendengar teriakan Boram. Dilihatnya ada zombi yang menindih Boram dan berusaha menggigitnya. Sambil berlari ke arah Boram, Jungkook mengambil pisaunya, kemudian membunuh zombi yang menyerang Boram.
“Terima kasih,” kata Boram dengan napas terengah.
“Bawalah ini, Nuna. Tusuk kepalanya dan mereka akan mati. Jika kau tidak berani melakukannya, simpan saja pisau itu untuk berjaga-jaga,” ucap Jungkook, dengan tenang menyodorkan pisau miliknya pada Boram.
Boram mengangguk mantap dan menerima pisau tersebut.
“Di mana rumah sakitnya?” tanya Young Pyo.
“Sebelah sana.” Siwon menunjuk ke satu arah, lantas memandu teman-temannya ke tempat tujuan mereka.
Rumah sakit berlantai sembilan yang mereka datangi meninggalkan kesan menyeramkan untuk Jungkook. Banyak tubuh-tubuh tak bernyawa bergelimpangan di depan rumah sakit, darah yang sudah mengering di jalan, dan zombi yang berkeliaran. Di bagian lain justru lebih parah lagi. Lobi lantai satu dipenuhi zombi, lift pun tidak bisa dipergunakan, sehingga mereka harus memakai tangga darurat untuk naik ke lantai dua. Di lantai dua pun keadaannya sama saja, mau tak mau Jungkook dan yang lainnya terpaksa membereskan zombi-zombi itu.
“Kau tahu letak ruang operasi di rumah sakit ini?” tanya Boram pada Siwon.
“Di lantai lima.”
“Kenapa kita harus ke sana?” tanya Young Pyo.
“Semua peralatan yang dibutuhkan Suk Hye Eonni ada di sana.”
“Tunggu apa lagi? Ayo kita ke sana,” ujar Jungkook.
Young Pyo memeriksa sepanjang lorong di lantai lima, untungnya tempat itu tidak ada zombi. Dengan percaya diri, Young Pyo memimpin jalan, dan membuka pintu ruang operasi. Saat masuk ke sana, keempat orang itu secara serempak menutup hidung. Tercium bau busuk yang sangat menyengat dari ruangan tersebut. Bau busuk itu berasal dari jenazah seorang pria yang tampaknya sengaja ditinggalkan saat sedang menjalani operasi. Selang-selang masih terpasang di tubuhnya dan luka terbuka di perutnya terlihat begitu jelas.
Saat melihat itu Jungkook nyaris saja muntah dan lebih memilih memalingkan wajah. Diikutinya Boram ketika mengumpulkan alat-alat yang tertulis dalam daftar, terkadang Jungkook mengikuti perintah Boram untuk mengambilkan sesuatu.
“Kau seorang dokter juga?” tanya Jungkook penasaran.
“Dokter magang,” jawab Boram cepat. “Ini tahun pertamaku dan beruntung karena Suk Hye Eonni banyak membimbingku. Dia juga yang menolongku keluar dari rumah sakit saat semua ini terjadi. Tak kusangka dia begitu berani.”
“Kita semua harus berani jika ingin bertahan hidup. Ah, seharusnya aku tidak mengajakmu berbicara, maaf. Kau sudah mendapatkan semuanya?”
Boram membaca ulang secarik kertas di tangannya. “Ada beberapa obat yang harus kita cari dan obat bius. Kenapa di ruangan ini aku tidak melihat obat itu? Kita harus mencarinya, Jungkook.”
“Kalian sudah selesai?” tanya Young Pyo.
“Ya. Hanya perlu mencari obat dan obat bius.”
“Apoteknya ada di lantai satu,” beritahu Siwon, rautnya langsung berubah.
“Ya ampun, di sana jumlah mereka sangat banyak,” gumam Jungkook frustrasi.
“Kita harus menghadapinya jika kau ingin temanmu selamat. Ini bukan saatnya untuk mengeluh,” ucap Young Pyo. Dia tersenyum miring ketika bertatapan dengan Jungkook. “Siwon ssi, tunjukkan jalan menuju apotek.”
Siwon berjalan di depan, disusul Boram, Jungkook, dan Young Pyo. Masing-masing menggenggam senjata dan senter, kecuali Jungkook. Mereka muncul dari belokan di ujung koridor, langsung berhadapan dengan zombi yang seakan-akan sudah menunggu kehadiran mereka di sana. Walaupun membunuh tanpa bersuara, beberapa zombi tetap mendatangi mereka. Jungkook merasa heran dengan hal itu. Apakah manusia yang masih hidup mengeluarkan aroma tertentu yang hanya terendus oleh zombi? Hingga mengundang zombi untuk datang dan menyerang.
“Kalian pergilah! Biar kami yang menangani keadaan di sini!” Teriak Siwon.
Jungkook menarik tangan Boram dan mereka pergi menuju apotek. Di sana ada tiga zombi yang dibunuh Jungkook sebelum mereka masuk ke dalam apotek. Untuk mempersingkat waktu, Jungkook membantu Boram mencari obat dalam daftar miliknya. Toh zombi tidak bisa membua pintu dan itu cukup menghilangkan kekhawatirannya.
“Kita sudah dapat semua obatnya, kecuali obat bius.” Boram beranjak dari sana.
Tetapi Jungkook menghentikan Boram. “Bagaimana dengan obat biusnya? Bukankah kau bilang kita harus mencarinya.”
“Kau lihat, kita tidak menemukan obat itu. Dan kita harus segera pergi dari sini. Semakin lama kita di sini kesempatan hidup Taehyung semakin menipis.”
Pikiran Jungkook berkecamuk, entah bagaimana nanti reaksi Taehyung jika tiba-tiba tersadar dan Suk Hye belum selesai menjahit luka tusuk Taehyung. Sekujur tubuhnya merinding memikirkan itu.
“Cepat! Cepat!” Seru Young Pyo.
Mereka bergegas meninggalkan rumah sakit dan berhasil selamat keluar dari sana. Biarpun sudah keluar bukan berarti ancaman sudah hilang. Di luar masih ada segerombolan zombi yang mengetahui kehadiran Jungkook beserta teman-temannya. Rasanya dia sudah tidak sanggup lagi untuk melawan zombi sebanyak itu. Tenaganya sudah hampir habis, entah dia bisa bertahan atau tidak, kesempatan bertemu dengan Taehyung tiba-tiba lenyap dari pikirannya.
Tepat di saat itu Young Pyo kembali berteriak agar mereka lari. Paru-parunya yang kekurangan oksigen seperti terbakar saat dia berlari mengikuti Siwon. Napasnya terasa sesak, Jungkook tidak kuat lagi untuk berlari.
“Jungkook!” Boram histeris mendapati pria itu terjatuh dan detik berikutnya segerombolan zombi mengerubungi Jungkook. Dia berniat menyusul Jungkook, tetapi dicegah oleh Siwon. “Kita tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Kumohon, tolong dia,” ucap Boram sambil menangis.
“Jika kita menyelamatkannya juga percuma, Boram. Tidak ada jaminannya dia tidak tergigit. Sejauh ini tak ada seorang pun yang bisa selamat setelah digigit zombi. Kita masih harus bergegas menolong temannya. Kuatkan dirimu,” kata Young Pyo sambil menatap Boram penuh simpati.
Dengan berat hati Boram terpaksa menerima kenyataan pahit itu. Sepanjang jalan dia terus menangis meningat teman-temannya yang tewas sejak wabah ini terjadi. Entah sampai kapan dia harus terus melihat kematian tragis orang-orang dekatnya. Boram ingin semua ini berakhir sesegera mungkin dan keadaan kembali membaik seperti sediakala .
Tiba di tempat persembunyian, Boram langsung turun dari mobil dan berlari menemui Suk Hye sambil membawa semua pelengkapan medis.
Hee Kyung menyambut kedatangan mereka, memeluk suaminya dan memeriksa keadaan mereka yang baru saja kembali. “Di mana Jungkook?”
“Dia tidak selamat,” jawab Siwon, rautnya tampak sedih.
Hee Kyung terkejut, refleks menangkupkan tangannya ke mulut. “Apa yang terjadi?” Nada suaranya terdengar parau.
“Kami berhasil keluar dari rumah sakit. Young Pyo menyuruh kami untuk lari. Yang kutahu Jungkook berlari di belakangku lalu dia terjatuh dan....” Tanpa sadar Siwon mengusap wajahnya. “Dia kelelahan, sebelum masuk ke rumah sakit dia sempat melawan zombi seorang diri.”
“Saat menolongku dan Ji Young, dia juga mati-matian melawan zombi.” Hee Kyung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya sambil bergumam, “Bagaimana memberitahu Taehyung saat dia sadar nanti?”
“Biar aku yang melakukan itu. Dia harus tahu jika kematian Jungkook tidaklah sia-sia.”
Sementara itu di dalam gudang, Suk Hye melakukan tugasnya sebagai seorang dokter bedah. Taehyung dalam kondisi kritis ketika operasi itu berlangsung. Di tengah proses operasi, Taehyung tersadar dan memberontak karena kesakitan, pemuda itu juga sempat berteriak sebelum akhirnya pingsan lagi.
“Kenapa tadi dia sadar?” Young Pyo harus turun tangan memegangi Taehyung yang memberontak. Ditatapnya Suk Hye dengan raut heran dan bertanya-tanya.
“Dia tidak dibius,” jawab Suk Hye cepat.
Menatap tajam pada Boram, entah kenapa Young Pyo tidak senang mengetahui hal ini.
“Paman, kenapa kau tidak meninju Si Berengsek itu ketika dia berteriak? Teriakannya akan memancing zombi datang kemari,” protes Min Jun. Karena tidak mendapat respons sama sekali, Min Jun kembali berulah. “Wah! Kau benar-benar pilih kasih! Temanmu memborgol tanganku! Lalu kau meninjuku! Sedangkan dia tidak!” Teriak Min Jun.
Menghampiri Min Jun dengan langkah lebar, Young Pyo menghadiahi anak muda itu dengan tamparan keras di pipi kirinya. “Di mana otakmu, Anak Muda? Si Berengsek itu tidak dibius makanya dia tersadar dan berteriak kesakitan karena ulahmu. Jika dia tidak dalam kondisi seperti itu, aku juga akan meninju wajahnya. Jika kau tidak mau kupukul lagi, tutup saja mulut bodohmu.”
“Cukup! Jangan memukulnya lagi!” Seru Min Ji. “Tindakanmu sudah kelewatan, Tuan Baek.”
Tatapan tajam Young Pyo mengarah pada Min Ji, namun dia tidak melakukan apa pun selain memelototi gadis itu. Menghampiri Suk Hye, Young Pyo merasa lega karena Suk Hye telah selesai mengoperasi Taehyung. “Terima kasih, dok.”
Sambil tersenyum, Suk Hye mengangguk. “Kita hanya tinggal menunggunya sadar, dan setelah itu semuanya akan baik-baik saja.” Suk Hye pergi keluar untuk mencuci tangan, lalu dia mulai memperhatikan orang-orang. Mendapati ketidakhadiran Jungkook di sana, dia pun mendatangi Young Pyo. “Aku tidak melihat Jungkook.”
Boram yang sedang menunggui Taehyung langsung membuang muka.
Young Pyo menundukkan wajah, kemudian berkata, “Kami tidak bisa menyelamatkannya.”
“Taehyung pasti sedih sekali jika tahu temannya sudah tiada.”
Young Pyo mengangguk, rautnya tampak sedih.
“Paman! Hei, Paman!” Seru Min Jun.
Semua orang dalam gudang sontak menatap Min Jun.
“Aku mau buang air kecil, tolong buka borgol ini.”
“Aku tidak memegang kuncinya. Jika kau berani, minta sana pada Pak Polisi,” ucap Young Pyo dengan nada ketus.
“Hei, kau,”kata Min Jun pada Hyo Jin. “Minta ayahmu untuk membukakan borgol sialan ini.”
Hyo Jin melengos, lebih memilih melanjutkan acara bermainnya bersama sang adik beserta dua teman barunya—anak-anak Mirae. Rupanya dia masih merasa kesal atas tindakan brutal Min Jun menyerang dan melukai Taehyung.
Tidak terima atas respons yang didapatnya dari seorang anak kecil, amarah Min Jun pun tersulut. Berlari ke arah Hyo Jin, kemudian dikuncinya leher anak itu dengan lengannya hingga memancing keributan di sana.
“Lepaskan anakku!” Seru Hee Kyung sambil menyambar pedang Taehyung yang tak jauh dari jangkauannya.
“Jangan mendekat! Kalau tidak anak ini akan kucekik sampai mati.” Tatapan Min Jun tampak tidak waras ketika itu. Dia bahkan tidak peduli orang-orang di sana menatapnya dengan sorot marah.
“Hei, Anak Muda, jangan lakukan kebodohan lagi. Lepaskan anak itu sekarang juga,” kata Jae Hyuk, selaku pemimpin kelompok itu.
“Apakah ada jaminan, Sersan Kang, jika aku melepaskannya kalian tidak memukulku? Atau membunuhku?” Pertanyaan terakhir ditujukan kepada Hee Kyung.
“Tentu saja,” balas Jae Hyuk dengan sikap dan nada bicara yang tenang.
“Kau ingin aku membuka borgolmu, kan?” Siwon mendekat ke arah Min Jun sambil menunjukkan kunci borgol pada Min Jun. “Aku akan membukanya, tapi lepaskan dulu anakku.”
“Tidak. Aku tidak percaya padamu. Min Ji! Ambil kuncinya!”
Min Ji yang tersentak akhirnya mengambil kunci itu dari Siwon. Setelah kunci tersebut berada padanya, gadis itu dengan takut-takut melangkah ke arah Min Jun.
“Buka borgolnya! Cepat!” Teriak Min Jun tidak sabar.
Melirik ke arah Hyo Jin yang menangis, lantas Min Ji menatap kakaknya sambil menangis. “Kau tidak perlu melakukan ini. Tolong lepaskan anak ini. Kau membuatnya takut, Oppa.”
“Aku akan melepaskannya nanti. Ayolah, berapa kali aku harus meminta agar borgol ini dilepas!”
“Oke, oke. Tapi jangan bertetiak terus, teriakanmu memancing zombi datang ke mari.” Dengan tangan gemetar, Min Ji melepas borgol yang membelenggu tangan kakaknya.
Setelah borgol itu terlepas, Min Jun tetap tidak melepas Hyo Jin, justru menyeretnya sampai ke bagian belakang gudang. “Min Ji! Min Ji! Buka pintunya, kita akan pergi dari sini.”
“Apa?! Kenapa kita harus pergi?”
“Kita tidak aman di sini, terutama setelah kedatangan orang-orang baru ini.”
“Aku tidak—”
Seakan mengetahui reaksi adiknya yang tidak ingin pergi, Min Jun membuka pintu belakang gudang secara paksa. Tampaknya pemuda itu menyesali perbuatannya karena di sana ada sekelompok zombi yang sudah menunggu. Terdorong oleh insting untuk menyelamatkan diri, Min Jun mendorong Hyo Jin lalu berlari keluar sambil menarik tangan Min Ji. Tanpa senjata serta pengalaman melawan zombi, tentu tindakan Min Jun seperti melakukan bunuh diri.
Min Ji lah yang pertama kali menjadi korban. Gadis itu tidak mampu melawan ketika zombi menggigit tangan dan lehernya. Kejadian itu terjadi tepat di depan mata Min Jun, adik satu-satunya tewas menjadi santapan zombi dan Min Jun tidak dapat menutupi penyesalannya. Dia hendak kembali, namun saat melihat zombi memasuki tempat itu, dia mengurungkan niat tersebut. Tempat itu bukan lagi tempatnya untuk tinggal.
Langkah Min Jun untuk meninggalkan tempat itu terhambat oleh lebih banyak lagi zombi yang berdatangan. Di tengah kebingungannya, dia disergap dari belakang. Teriakannya memancing beberapa zombi datang padanya. Dia terus berteriak saat zombi-zombi tersebut mengoyak dan memakannya dengan rakus. Menit berikutnya, suara teriakan Min Jun tak terdengar lagi.
Sekarang giliran orang-orang di dalam gudang yang harus menghadapi serangan zombi. Jae Hyuk beserta kedua anak buahnya maju untuk membantai zombi. Hee Kyung pun turun tangan, menggunakan pedang Taehyung sebagai senjata, dengan gerakan yang luar biasa lihai wanita itu menebas zombi sebelum sempat menyerang mereka. Semakin lama zombi yang masuk ke gudang semakin banyak, membuat mereka yang tinggal di dalam sana merasa terdesak.
“Kita harus meninggalkan tempat ini, Hyung,” kata Siwon pada Jae Hyuk.
“Bagaimana dengan Taehyung? Dokter Kim baru saja mengoperasinya, kita tidak bisa memindahkan dia begitu saja.”
“Kita tidak punya pilihan!” Siwon menghampiri tempat Taehyung dibaringkan, lantas menggendongnya. “Anak-anak, cepat naik ke mobil dokter Kim!”
“Tunggu! Apa yang kau lakukan?!” Suk Hye berusaha menghalangi Siwon yang hendak membawa Taehyung keluar dari sana.
“Kau tidak lihat situasinya, dokter Kim? Tak akan lama lagi tempat ini akan dipenuhi zombi. Jika kita tidak pergi sekarang, semua anggota kelompok akan tewas. Tentu kau tidak mau hal itu terjadi, kan? Sekarang tolong bantu aku, buka pintu gudangnya dan bawa Taehyung pergi dari sini.”
Pada akhirnya Suk Hye pun setuju. Dia meminta Boram beserta anak-anak untuk masuk ke mobilnya. Taehyung pun yang masih belum sadar turut dibawa ke mobilnya. Sementara menunggu teman-temannya yang lain keluar dari gudang, Suk Hye dan Siwon berhadapan dengan zombi yang datang dari arah jalan raya. Dia tahu jika mereka berdua tidak akan bisa terus-terusan bertahan di sana jika zombi yang datang semakin banyak. Mereka membutuhkan pertolongan.
Pertolongan itu pun datang. Sebuah mobil ambulans tampak menabrak dan melindas para zombi yang menghalangi jalan mobil itu. Ketika mobil ambulans berhenti, dua orang pemuda turun dari kendaraan tersebut dan langsung membunuh zombi.
Suk Hye dan Siwon saling pandang, lalu mereka berdua tersenyum saat melihat salah satu dari pemuda itu adalah Jungkook.
“Aku senang melihatmu masih hidup,” kata Siwon sambil memeluk Jungkook.
“Apa yang terjadi sini? Di mana Taehyung Hyung?”
“Semua ini ulah Min Jun. Taehyung ada mobilku, kami berniat untuk pergi dari sini,” beritahu Suk Hye.
Berbalik badan, Jungkook membunuh satu zombi yang hendak menyerangnya, lalu kembali menatap Suk Hye. “Lalu yang lainnya?”
“Mereka semua masih di dalam,” jawab Siwon.
Tak lama setelah itu, pintu gudang kembali terbuka. Jae Hyuk memberi perintah pada semua anggota kelompok untuk keluar dari sana, menuju ke kendaraan yang sudah disiapkan. Ketika semuanya berhasil keluar, Mirae tidak dapat meloloskan diri dari zombi yang menyergapnya dari samping. Wanita itu jatuh tersungkur dan langsung menjadi santapan para zombi yang selalu kelaparan. Anak-anaknya yang melihat kejadian itu berteriak histeris dan menangis sejadi-jadinya.
Tidak ingin kejadian itu melemahkan dirinya, Suk Hye memalingkan wajah dan berkata, “Mari kita pindahkan Taehyung ke mobil ambulans itu,” ujar Suk Hye.
“Jungkook, kau datang bersamanya?” tanya Siwon, menatap dengan penuh minat pada seorang pemuda yang membukakan pintu ambulans.
“Ya. Dialah yang menyelamatkanku. Nanti saja ceritanya. Jika kita berlama-lama di sini salah satu dari kita akan menjadi santapan zombi.”
Semuanya bersiap untuk pergi. Iring-iringan mobil kelompok itu pun pergi meninggalkan gudang yang kini menjadi rumah baru bagi zombi.
Review jusseyo 😁
Kamis, 20.09.18
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top